Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Malam itu, di sana lah ia sekarang. Di rumah keluarga Aslan. Teman nya Aisyah yang satu ini benar-benar penasaran pada Suami dan anak sambung nya Aisyah.
Karena Pria dan anak itu, Aisyah bisa sampai seperti itu. Padahal, dulu nya dia tidak pernah ceroboh dalam melakukan apapun.
"Sayang, kenal kan. Ini sahabat ku. Bonita. Dan Bonita, ini Alin. Anak ku yang paling cantik se kecamatan ." Ucap Aisyah sambil tersenyum.
"Kok sekecamatan sih sayang?"
"Ya kalau sedunia nanti nama nya Fitnah sayang."
Alin pun tertawa kecil saat mendengar perkataan Ibu tiri nya itu. Bonita yang melihat wajah imut Alin langsung bereaksi.
"Ya ampun Aisyah. Anak mu imuut! Pantas saja kamu sangat bahagia sekarang ya. Alin, ikut kerumah Tante aja yuk."
"Nggak. Nggak boleh. Kamu nggak boleh bawa Alin."
"Eh, apaan sih Aisyah. Kan malam ini aja."
"No Bonita. Alin besok harus sekolah. Nggak boleh nginep di rumah orang asing."
"Hey, kamu ke-jam. Aku kan bukan orang asing untuk mu."
"Tapi bagi Alin, kamu orang yang baru saja ia kenal. Jadi Bonita, kalem ya. Jangan macam-macam kamu." Ucap Aisyah sambil melotot.
"Ih, atuuuut! Bunda Aisyah kalau udah marah, kalah pemeran film horor."
Lagi-lagi Alin tertawa kecil. Ia sungguh tidak bisa menahan tawa nya. Ibu tiri dan sahabat nya ini, memang benar-benar kocak.
"Sayang, memang nya Bonita nggak ke pernikahan kita?"
"Oh, dia ini tinggal nya di luar jangkauan sayang."
"Maksud nya gimana?"
"Bonita tinggal di desa terpencil. Disana jaringan sulit. Maka dari itu dia telat memperkenalkan diri nya."
"Memang nya, di jaman sekarang ini, masih ada tempat tinggal yang seperti itu?"
"Oh masih. Masih banyak malahan. Jangankan jaringan seluler, listrik aja kadang masih sulit."
"Kasihan ya, penduduk yang tinggal di sana. Nanti kapan-kapan, kamu ajak aku kesana deh. Aku mau ngasih bantuan."
Gubrak,,,
Kaki Aisyah hampir saja tersandung saat mendengar apa yang dikatakan oleh suami nya itu. Mana mungkin ia membawa Aslan kesana.
Malam itu, mereka pun makan dengan lahap. Aslan dan Alin memuji masakan itu. Siapa dulu yang buat, emak-emak katering gitu loh.
"Aku pamit dulu ya, Aisyah. Lain kali aku main-main kesini lagi. Boleh kan?"
"Boleh aja. Asal ada aku dirumah. Ingat ya. Kalau nggak ada aku, kamu dilarang ke sini."
"Loh, kenapa gitu? Aku kan mau ketemu Alin sekali-kali."
"Tidak boleh. Aku nggak mau, kamu jadi pelakor nanti!"
"Hah! Apaan sih Aisyah. Kamu ini ya."
"Banyak kejadian seperti itu. Ingat ya Bonita. Kejahatan itu terjadi karena ada kesempatan. Dan aku, tidak akan membiarkan kesempatan itu ada."
"Tapi kan, aku sahabat mu sedari dulu, Aisyah."
"Jangan salah kau Bonita. Bahkan ipar dan mertua pun bisa jadi pelakor. Udah, sana pulang. Hus.. Hus."
"Tega kali lah kau Aisyah. Udah di bantu juga."
"Baru sekali kau bantu aku, langsung kau ungkit. Aku bahkan sudah berkali-kali membantu mu dulu. Bahkan, saat kau hampir mati. Apa lupa?"
"Hah, Tante Bonita memang nya kenapa Bunda?" Tanya Alin yang tiba-tiba muncul di sana.
"Dulu Tante Bonita pernah keselek biji salak. Bunda bantuin deh."
"Keselek biji salak?"
Alin pun bingung. Bagaimana bisa biji salah sampai masuk dan menyebabkan teman bunda nya itu keselek.
"Ya sudah, good bye Bonita. Kami masuk dulu. Ayo Alin kita masuk sayang. Bunda kedinginan."
Bonita hanya menggelengkan kepala nya saat melihat kelakuan Aisyah saat ini. Sungguh sangat berbeda saat mereka bersama dulu.
Tapi, Bonita sangat bersyukur karena sekarang Aisyah bisa tertawa dan bercanda seperti itu.
Aisyah dikenal dengan nama Alva. Ia merupakan agen yang paling pintar dan kuat. Tidak ada yang bisa menandingi nya saat itu.
Bahkan para musuh, akan ketar ketir hanya karena mendengar nama nya saja. Alva tidak pernah mengampuni musuh nya.
Ia akan menghabisi seluruh musuh yang menghalangi jalan nya.
Siapa sangka Alva malah bertemu dengan Aslan saat misi nya terakhir kali. Ia di khianati oleh rekan setim.
Wanita itu iri karena Alva selalu mendapatkan banyak bonus. Ia pun menjebak Alva hingga Alva hampir kehilangan nyawa nya.
Saat itu, Aslan yang sedang bertugas ke luar kota bertemu dengan Alva yang sedang tidak sadarkan diri.
Aslan seakan dejavu dengan kejadian, dimana mendiang istri nya itu berlumur da-rah saat melahirkan Alin.
Aslan langsung membawa Alva ke rumah sakit dan merawat nya hingga pulih. Tanpa ia sadari, ia pun mulai jatuh cinta pada wanita itu.
Bukan hanya Aslan. Alva atau Aisyah juga merasakan hal yang sama. Perhatian dan kasih sayang Aslan membuat gunung es yang ada di dalam hati nya mencair seketika.
Mereka sudah saling mengenal sejak lama. Hanya saja, Aslan masih menunggu Aisyah pulih, Baru akan memperkenalkan nya pada Alin sebagai Mama baru nya.
Tentu saja Aslan tidak mengatakan yang sebenarnya pada anak nya itu. Ia takut Alin tidak bisa menerima keadaan Aisyah yang bukan berasal dari dunia mereka.
Sedari awal. Aisyah memang sudah jujur dengan pekerjaan yang selama ini ia geluti. Dan saat mereka akan menikah pun, Aisyah sudah mengundurkan diri dari pekerjaan itu.
Awal nya, tidak ada yang setuju jika Aisyah mengundurkan diri. Akan tetapi, Aisyah bersikeras dan akan membunuh mereka semua yang menghalangi jalan nya.
Aisyah juga marah pada pemimpin tim yang sudah membiarkan nya dengan wanita itu di misi terakhir.
Sampai saat ini, mereka semua yang ada di sana tidak pernah tahu, alasan Aisyah mengundurkan diri.
Hanya Bonita, atau Beta yang tahu seperti apa Aisyah. Ia adalah sahabat terdekat nya.
Aisyah pun memulai penyamaran nya. Ia mulai melamar pekerjaan menjadi seorang guru. Agar tidak terlalu mencurigakan saat di kenalkan dengan Alin.
Aisyah sudah jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Alin di ponsel Aslan. Entah mengapa, ia langsung menyukai anak sambung nya itu, saat pertemuan pertama.
Ada sesuatu hal yang membuat Aisyah ingin bersama Alin. Entah apa itu, Aisyah pun tidak tahu.
"Alin, mau di masakin apa besok untuk sarapan dan bekal sekolah?"
"Hmm apa ya Bunda. Alin bingung."
"Loh, kok bingung?"
"Karena selama ini, Alin cuma di bawain bekal ayam dan mie sama Papa."
"Apa? Bagaimana sih Papa mu itu. Kok anak-anak di kasih makan nya kayak gitu."
"Sayang, aku kan sibuk. Nggak sempat masak."
"Kamu itu punya uang. Apa nggak bisa panggil pembantu untuk masak. Atau pake layanan katering seperti aa,,,"
"Seperti apa?"
"Seperti yang lainnya. Apa juga kamu pintar. Tapi anak mu kamu buat terlantar. Kasihan sekali anak Bunda. Di kasih ayam dan mie terus."
"Aisyah sayang. Nggak begitu. Aku trauma. Mereka tidak ada yang benar kerja nya. Alin pernah di culik, di racun, di kasih obat tidur, di siksa dan,,,"
"Cukup sayang. Aku nggak sanggup mendengar nya. Hiks."
Entah mengapa, Aisyah malah sangat sedih saat Alin di perlakukan seperti itu.
"Sayang, kok kamu yang nangis."
"Aku sedih.. Huhuhu."
"Bunda, jangan sedih. Alin udah nggak apa kok." Ucap Alin sambil menghapus air mata Bunda nya.
"Sayang, katakan padaku. Siapa wanita-wanita sialan itu, yang berani sekali berbuat hal yang tidak baik pada anak kita."
"Aku sudah memecat mereka saat itu."
"Hanya di pecat? Cepat tulis alamat mereka."
"Untuk apa?"
"Akan ku beri mereka pelajaran berharga yang tidak akan bisa mereka lupakan. Seumur hidup mereka."
"Apa yang akan kamu lakukan, sayang?"
"Biar itu menjadi urusan ku."