NovelToon NovelToon
Fall In Love In Kongo

Fall In Love In Kongo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:92.6k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Menolak dijodohkan, kata yang tepat untuk Azalea dan Jagat. Membuat keduanya memilih mengabdikan diri untuk profesi masing-masing. Tapi siapa sangka keduanya justru dipertemukan dan jatuh cinta satu sama lain di tempat mereka mengabdi.

"Tuhan sudah menakdirkan kisah keduanya bahkan jauh sebelum keduanya membingkai cerita manis di Kongo..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Perkara air

"Oke. Selesai sarapan, kita gelar technical meeting ya..." ujar dokter Alteja memancing anggukan dari beberapa perawat termasuk Aza yang masih mengaduk isian nampan sarapannya, seketika ia mengingat masakan bunda.

"Ngga boleh ditunda-tunda, karena kita datang kesini bukan buat liburan..." kembali dokter pria paruh baya itu memberikan wejangannya.

Lidah Aza kembali mencecap cita rasa baru, yang mungkin sedikit terasa asing. Bukan karena bahannya, melainkan siapa pembuatnya. Terbiasa dengan takaran cinta bunda, membuat lidah Aza sedikit mengeluh.

Namun sekali lagi, berada disini adalah pembelajaran untuknya. Tak hanya ilmu kedokteran yang ia ambil melainkan ilmu bersyukur.

"Interupsi!" Aza mengacungkan sendoknya, "tapi kasih waktu jeda dulu ya, dok...ijin mandi dulu lah..." ijin Aza nyengir. Pasalnya bangun tidurnya Aza langsung makan pagi ini, bukan mandi. Tidak seperti lirik lagu.

"Astagahhh, lo belum mandi, pantesan dari tadi gue nyiumin bau bang keee." tawa Yuan mengapit hidungnya dan langsung dicebiki Aza, "sembarangan."

Jagat tak hentinya menatap Aza meskipun Dika sempat menegurnya karena beberapa kali mendapati Jagat yang memandang penasaran ke arah para nakes.

"Liatin opo, Gat?" bisiknya mencondongkan wajahnya, percuma lelaki ini berbisik, toh pertanyaannya itu bak bisikan setan, yang volumenya aja persis speaker hajatan.

"Mandangin perawat-perawat cantik," bukan Jagat melainkan Rafi.

"Ah, yang berjakun itu bukan?" tuduh Franky pada Yuan yang langsung menyemburkan tawa Rafi dan Toni.

Kunyahan cepatnya membuat rahang Jagat terlihat tegas dan kuat, ia menggeleng, "ndak. Saya ndak liat apa-apa, ndak usah nuduh..."

"Cantik ya?" goda Dika lagi. Tanpa sadar Jagat ikut mengangguk meskipun sedetik kemudian ia menatap Dika dan membuat Dika tertawa, "inget calon istri..." cibirnya habis-habisan, kembali memancing tawa yang lain dan Jagat hanya menggeleng saja digoda begitu.

"Sabar Gat, orang sabar pasti kesel...punya kawan begini, bagusnya dipake buat engsel meriam." Kapten Yuda bersuara membela.

Bwahahaha, Rafi tertawa bersama bang Franky dan Toni.

Jagat menatapnya penuh ketajaman, "inget saya, Dik. Makanya dari tadi saya liatin mereka...karena calon saya itu calon dokter, calon tenaga kesehatan." balas Jagat pintar berkilah sembari merampungkan sarapannya hanya dalam waktu singkat saja. Padahal Aza saja baru beberapa suap, terlebih bagi calon dokter ini, mengunyah itu harus benar...dan tenang agar dapat menikmati taste dari makanan tersebut. Karena menurutnya lidah diciptakan oleh Tuhan untuk mencecap rasa nikmat.

"Bisa ngga dok, technical meetingnya disini, biar sambil minum-minum gitu, ngaso-ngaso cantik...udah pewe nih..." lirih Maya nyengir menyelesaikan makannya.

"Setuju!!" seru mereka bersamaan dan kompak, memecah heningnya suasana kantin, dimana para serdadu makan dengan khidmat, berbeda dengan mereka yang banyak ngobrolnya, persis makan prasmanan di hajatan.

Mereka kompak menutup bibirnya masing-masing, lantas Aza tertawa bersama Yuan.

Kapten Yuda menggelengkan kepalanya gemas. Rame bener!

Nampan stainless para nakes ini sudah kosong, karena isinya berpindah ke perut mereka.

"Alhamdulillah."

Yuan memerosotkan dirinya dari kursi tanda jika ia sudah kenyang.

"Jangan langsung ngelayab ke kamar, kebiasaan orang plus 62 kalo abis makan ya tidur, penyakit." Omel dokter Dimas menggerakan telunjuknya ke arah Yuan yang berada di sebrangnya, sepertinya omelan ini bentuk keluhannya yang sering mendapati pasien dengan kolesterol tinggi.

"Engga dong dok! Cuma ngeregangin otot aja."

Aza berjalan sendiri kembali ke kamar demi mengambil alat mandi dan baju gantinya.

Ia mengobrak-abrik isian koper tapi tak luput memeriksa ponselnya, "sinyalnya ngga ada. Lupa gue, belum ngaktifin roamingnya..." ia berdiam sejenak disana dan mengotak atik ponselnya demi bisa mengabari orang rumah termasuk Angga, namun jelas sinyal disana kaya minta diajakin kawin biar beranak pinak.

"Ck ah!" Aza melempar ponsel ke atas kasur lipatnya, kebiasaan anak-anak generasi virtual yang kalo kesel dikit lempar hape. Lalu menggaruk rambut terikatnya hingga membuat ia semrawut, "males deh kalo sinyal begini. Gimana bisa ngehubungin yang di tanah air, coba!" omelnya pada ponsel diam itu. Namun semenit kemudian ia memungutnya lagi dan memasukan ponsel ke dalam tas terdalamnya, kemudian ia keluar dengan mendekap alat mandi.

Kebetulan sekali, ia tak memiliki saingan dalam hal malas, hingga tak harus mengantre di kamar mandi, dan langsung saja ia masuk, menaruh alat mandinya dan menggantungkan baju ganti.

Mulutnya yang tak bisa diam berhasil memecah kesunyian dengan bersenandung lirih. Begitu santai, padahal orang-orang sudah menunggunya di kantin untuk technical meeting.

Ia mengguyur dirinya dengan air menggunakan gayung. Air di ember memang tak begitu banyak, namun Aza tak berpikir jika airnya memang habis atau macet, sampai ketika bagiannya membilas rambut dan badannya ia baru menyadari jika air di dalam ember itu rupanya habis.

"Hah, cilaka gue..." tangannya terulur memutar kran air, namun nihil...karena tak setetes pun sumber kehidupan itu tak mau turun dari sana.

"Mamposs kan.." umpatnya membeliak, "beneran deh apes ini..." kembali ia merutuki dirinya karena kesi alannya.

"Aaahhh gimana ini..." keluhnya mana rambut masih shampoan, tangannya menjiwir rambut di kepala dimana, busa masih menutupi helaian rambut indah Aza.

"Woy yang diluar!!! Tolongin gue dong, ada orang diluar ngga sih?!" teriaknya mengetuk-ngetuk pintu.

Yuan sudah menengadahkan kepalanya ke atas dimana kipas angin memutar udara sekitar, hawanya itu loh...ngga ada sejuk-sejuknya, cuma bisa ngeringin keringet beberapa detik saja, "ini kita cuma nunggu Aza doang nih?"

Diangguki dokter Alteja seraya melihat arlojinya, hmmm! Belum apa-apa calon dokter mahasiswi dari temannya itu sudah berulah.

"Keburu kering gigi gue nih, cuma karena nungguin aja." keluh Nisa.

"Coba kamu panggil Ra," pinta Maya, "kali aja dia malah ngelanjutin tidur..."

"Oke." Hera menurut dan berangsur beranjak.

"Za..." panggilnya ke kamar, namun kosong. Bahkan suara cicak saja tak terdengar.

"Loh, kemana nih anak? Apa masih mandi, ya?" ia bermonolog, kemudian Hera mencoba mencari Aza ke toilet dimana benar saja sayup-sayup ia mendengar ketukan di pintu kayu bersama teriakan seseorang.

"Hey, somebody help me please!" jeritnya melemah. Tok...tok..tok!

"Za?!"

Aza menyeru dari dalam kamar mandi, "Ra! Iya ini aku!"

Hera tertawa dari luar, entah...ia tidak khawatir apalagi kasian pada Aza, jika dengan gadis ini bawaannya itu selalu menggelikan, "kenapa Za? Kekunci apa gimana?"

"Bukan ih, aku ngga bisa keluar soalnya badan aku penuh busa! Airnya abis tauuuu...."

Hera meledakan tawanya yang sejak tadi ia tahan, "kok bisa?! Udah kamu puter kran airnya?"

"Udah. Tetep aja ngga keluar airnya. Ini rusak apa emang ngga ada sih, haaaa apes banget aku!"

Hera masih tertawa, membayangkan Aza yang dipenuhi busa sabun, "ampun deh ah...dari tadi pada nungguin kamu, kamunya keabisan air disini...bentar aku mintain tolong deh, bentar ya..." Hera pergi sejenak demi meminta tolong pada siapapun tentara yang ia temui.

"Bang!" Hera melambaikan tangannya pada Toni yang kebetulan melintas, "eh iya?" wajahnya sumringah melihat Hera.

"Temen saya lagi mandi di toilet. Tapi kebetulan airnya ngga ngalir, bisa ditolongin ngga?"

Toni mengangguk, "sebentar. Sepertinya macet, entah mampet...saya coba lihat ya...tapi sementara bisa pake pompaan di dekat toilet, cuma memang airnya juga kecil."

Jagat sedang mengangkut logistik yang baru saja turun dari pihak PBB dan melintas ke arah faskes.

"Nah ini....Ndan, lapor..." Toni menghormat pada Jagat di depan Hera.

"Kenapa?"

"Saluran air sepertinya mampet...jadi air tidak mengalir..." belum Toni selesai bercerita, Hera sudah mengguntingnya, "itu pak. Temen saya lagi mandi---kasian udah tanggung, tapi airnya malah ngga ngalir."

"Emh." Gumam Jagat mengangguk, ia lantas memberikan kotak-kotak bertumpuk itu ke tangan Toni membuat juniornya itu sigap menerimanya meskipun tanpa aba-aba.

"Nanti kamu periksa, Ton...Paling-paling dekat batu besar pinggir jalan." Titah Jagat pada Toni.

"Biar untuk keadaan darurat teman kamu ini..." kini mengalihkan pandangan pada Hera, "saya antar ke tempat pompa air. Biar bisa ambil barang seember dua ember dari sana."

Hera mengangguk cepat setuju, lalu mereka berpisah dengan Hera yang mengikuti Jagat.

Hera dibantu Jagat mengambil air dengan pompaan besi meskipun aliran airnya membuat orang naik da rah, saking kecilnya.

Jagat mengambil ember dari bilik toilet lain dan menampung air.

Bukan Hera melainkan Jagat yang memompa dan mengangkut air untuk Aza.

"Ra, udah belum?" tanya Aza sudah frustasi. Ia bahkan sudah memberanikan dirinya membuka celah pintu bilik dengan dirinya yang membalut bagian badan dengan kemeja terlebih dahulu dan handuk, sementara rambutnya, ia biarkan saja tergerai semrawut dengan busa yang masih menggumpal di hampir keseluruhan rambut.

"Mbak, ini air---"

Aza membeliak demi melihat wajah Jagat di depan bilik kamar mandi sementara Hera....gadis itu nyengir di belakang badan Jagat.

"Kyaaaaa!" jeritnya.

"Waduh." Gumam Jagat.

Jeblugg!

"Kenapa ngga bilang-bilang kalo bawa orang ihhhh!" omel Aza dimana wajahnya sudah memerah malu.

"Sorry Za, sorry barusan abisnya ada kendala yang mengharuskan aku dapet bantuan dari si abang."

"Maaf---maaf..kalau begitu saya permisi. Airnya di depan pintu."

Tanpa menunggu balasan Aza, Jagat segera pergi, tak mau dikata otak mesum jika terus-terusan berdiam diri disana.

Ia melangkah cepat untuk menjauh, namun dalam langkahnya Jagat mendengus gemas dan geli berkali-kali, mengingat tampilan Aza dan kejadian barusan, yang jujur saja ia pun cukup dibuat terkejut.

"Hm, Aza..." lirihnya menggumamkan nama Aza sambil cengar cengir sendiri.

.

.

.

.

1
Ney Maniez
mikutttttt liat roti sobekkk🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
Ney Maniez
yaelahhh ikhlas kan c angga aza
yuli
seruuu
Syaff
mau tidur, tapi masih kepikiran, nunggu Aza blm nongol2 😂😂
oca rm
lanjut kak
Fitria Syafei
kk terimakasih 😍 terimakasih 😍 terimakasih 😍
@eheeemmm😄
semangat bennneerrrt aza mau liat tahu kotak"nya om" kacang ijo... 😁😁
Yuni Widiyarti
ada ya calon dokter kayak si aza.absurtnya GK ketulungan. gini ya kalau urusan jodoh baiknya nurut orang tua. pengalaman nih aku dijodohin ortu gak mau milih sendiri malah gak sesuai ekspektasi.mending ngikut ortu aja
Azzahra Azka Lestari
yaaa hidup pilihan za....klo dirasa dah cukup berjuang ya stop.daripada lanjut juga ga dapet apa2.
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Mulianti Mulianti
kikikikik seru yak
myjuly
yaahhh baru juga baca dah habiss aja,kurang panjang teh shin 😍
Mika Saja
dasar calon dokter somplak 😀😀😀tragis amat kisahmu SM Angga za,,,
Alya Karunia
demi lihat Abang j ya za,g usah pake mandi biar ga ketinggalan momen lihat Abang" gagah😅
_rINi_
dijamin ada yg hareudang ntar ga rela calon nya mupeng liat si roti sobek orang" 🤭🤣
Yofa Meisya
wah calon Bu dokter kok jorok sih g mandi dulu......tapi nanti walaupun belum mandi, pasti bang jagad masih terpesona kok za 🤭🤭
sri susanti
lanjut kak,,
Tri Winarni
lanjut Thor banyak2 🙏👍👍👍
sitimusthoharoh
jian y ampsyong calon makmume bang j emang laen dari yg laen wkwkkwkwkwkkwkwk
lanjut
Ani
giliran dibilang sixpack Aza langsung seger otak nya 😆😆😆😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!