(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Benjol
"Ella, aku butuh bantuanmu!" Arion berbicara dengan Angela melalui sambungan telepon. Kemudian ia menjelaskan semua permasalahannya pada rekannya itu, setelah Ella bersedia membantunya, Arion memutuskan sambungan telepon tersebut, dan menyimpan ponselnya ke dalam saku jasnya. Bahkan ia tidak mengatakan apa pun kepada Luc yang duduk di sampingnya. Ia seolah tidak mempedulikan sang nona muda.
Luc terkejut bukan kepalang saat mendengar semua penjelasan Arion pada Ella. "Hei, bagaimana bisa dalam darah putrimu ada racun?!" tanya Luc pada Arion.
"Jika aku tahu penyebabnya, aku tidak akan mencari tahunya!" balas Arion datar dan dingin.
Luc menggerutu kesal karena pria itu selalu ketus dan dingin padanya. "Aku yakin pelakunya adalah istrimu!" lanjut Luc.
"Atas dasar apa kau bisa berkata seperti itu? Sedangkan kau sendiri baru bertemu sekali dengan Vicky," ungkap Arion tanpa menoleh, karena ia sedang fokus menyetir mobil menuju rumahnya.
"Hei, Pak Tua! Selain menjadi pengusaha sukses, aku adalah seorang psikolog terbaik di Kota ini, jadi jangan remehkan aku!" sahut Luc dengan nada sombong.
Arion menoleh, menatap Luc dengan tatapan tak percaya. Oh ... sepertinya ia melewatkan sebuah informasi penting mengenai wanita yang duduk di sampingnya ini. "Aku tidak percaya ini, tapi sepertinya keahlianmu ini sangat membantu!" ungkap Arion jujur.
Cletak!
"Jawaban itu yang ingin aku dengar darimu!" ucap Luc seraya menjetikkan jari telunjuk ke bu jarinya, hingga menimbulkan suara khas. "Hei, jangan menatapku seperti itu. Aku tahu kalau aku ini cantik dan mempesona, jadi hati-hati kau bisa terpesona," ucap Luc dengan segala kenarsisannya.
Arion terkekeh, mengulas senyum tipis saat mendengar perkataan narsis wanita itu, "selain sombong dan menyebalkan, ternyata kau sangat narsis."
"Dan ternyata kau juga bisa tersenyum! Wah ... wajahmu sangat tampan jika tersenyum seperti itu," ucap Luc keceplosan, ia langsung menggigit bibirnya dengan kuat, ketika menyadari kelepasan bicara. "Emh ... maksudku, wajahmu terlihat tidak kaku jika tersenyum!" Luc meralat ucapannya, kemudian memalingkan wajahnya seraya mengumpati dirinya sendiri.
Arion kembali memasang wajah datar dan dingin. Ia sudah lama tidak tersenyum, mungkin lebih tepatnya ia lupa caranya tersenyum dan membahagiakan diri, karena kehidupannya yang begitu pelik dan rumit. Di tambah lagi tugas negara yang selalu menempatkannya di medan perang membuat hati dan jiwanya semakin hampa.
Di dalam mobil tersebut kembali hening, baik Arion dan Luc saling diam, tak bersuara, hingga mobil Arion berhenti di depan rumahnya. Rumah sederhana yang selama ini ditempatinya bersama keluarga kecilnya.
*
*
"Tunggu! Kenapa kau berada di sini?!" tanya Vicky ketar-ketir saat melihat polisi wanita berada di rumah sakit, tepatnya di depan ruang ICU.
"Aku Ella! Aku di perintahkan Sersan Arion bertugas di sini!" Angela menunjukkan identitasnya pada Vicky.
"Apa maksudmu bertugas?!" Vicky menatap tajam pada wanita berambut pirang itu. "Aku yang akan menjaga putriku, jadi lebih baik kau pergi dari sini!" titah Vicky mengusir Angela.
"Maaf, Nyonya. Hanya Sersan Arion yang boleh memerintahku!" tegas Angela, tak mau dibantah.
Sementara itu, Arion mengajak Luc masuk ke dalam rumahnya.
"Untuk pertama kalinya aku memohon kepada Anda, bantu aku menggeledah kamar Vicky," ucap Arion pada Luc yang berdiri di dekatnya.
"Oke!" Luc mengangguk setuju.
Arion sangat berterima kasih pada nona mudanya itu, kemudian ia berjalan menuju kamar Vicky, diikuti Luc dari belakang.
Luc berjalan sambil memperhatikan rumah sederhana itu. Banyak foto putri Arion yang terpajang di dinding ruang tamu. Selain itu ada puluhan piagam penghargaan yang diyakini milik Arion saat masih bergabung di pasukan militer angkatan darat, Milan, Italia.
"Wait! Apakah kau berasal dari Indonesia?" tanya Luc sedikit terkejut saat melihat ada bendera Indonesia di dekat pintu kamar Vicky.
"Iya!" jawab Arion tanpa menoleh. "Kau pernah ke Indonesia?" tanya Arion, seraya menghentikan langkahnya, lalu balik badan.
"Iya, waktu kecil, aku suka berlibur ke rumah buyutku ... " ucapan Luc terhenti saat kepalanya menabrak sesuatu keras, karena ia tidak memperhatikan langkahnya.
BRUG!!
"Awww!" Luc meringis sambil menatap dada bidang Arion yang baru saja dia tabrak. "Kenapa dadamu keras sekali, seperti batu! Kepalaku benjol!" umpat Luc seraya mengusap keningnya yang terasa sangat sakit.
"Maaf, apakah Anda baik-baik saja? Sini aku lihat." Arion menyibakkan helaian anak rambut yang menutupi kening Luc. "Kenapa bisa separah ini? Apakah karena aku memakai rompi anti peluru." Arion bergumam seraya menatap kening Luc yang benjol. Ia menjadi merasa bersalah karena telah membuat nona mudanya terluka.
DEG
DEG
DEG!