NovelToon NovelToon
Melelehkan Hati Si Pria Dingin

Melelehkan Hati Si Pria Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Moka Tora

Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 Hati yang menguat

Hari-hari kembali berjalan seperti biasa, tapi bagi Keisha, ada sesuatu yang terasa berbeda. Pertemuan dengan Davin di taman beberapa waktu lalu membekas dalam pikirannya. Sementara itu, kehadiran Rama yang selalu ada di sisinya memberikan kenyamanan. Di tengah semua kebingungan ini, Keisha mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya ia inginkan—untuk dirinya sendiri, untuk masa depannya, dan untuk hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.

~

Pagi itu, suasana sekolah terasa lebih sibuk dari biasanya. Ada pengumuman besar yang dipajang di papan pengumuman depan aula sekolah: seleksi untuk lomba debat tingkat provinsi. Siswa-siswa berkumpul membaca detailnya, beberapa terlihat antusias, sementara yang lain hanya lewat tanpa minat.

Keisha, yang sedang berjalan bersama Nadya menuju kelas, ikut berhenti di depan papan pengumuman. Matanya berbinar membaca informasi tersebut.

“Wah, lomba debat tingkat provinsi! Ini kesempatan bagus, Nad,” kata Keisha dengan semangat.

Nadya tertawa kecil. “Gue udah tahu lo pasti tertarik. Lo kan anaknya suka tantangan.”

“Tentu aja,” jawab Keisha. “Ini bukan cuma soal menang, tapi juga pengalaman. Gue pengen buktiin kalau gue bisa berkembang lebih jauh.”

Namun, di saat Keisha berbicara dengan penuh semangat, ia menyadari bahwa Rama juga berdiri di dekat papan pengumuman, membaca informasi yang sama. Keisha menghampirinya, diikuti Nadya.

“Rama, lo juga tertarik buat ikut lomba ini?” tanya Keisha sambil tersenyum.

Rama menoleh dan mengangguk pelan. “Iya, gue udah lama nggak ikut lomba seperti ini. Kayaknya menarik.”

Nadya melirik mereka berdua dengan senyum menggoda. “Wah, kalau kalian berdua ikut, gue rasa bakal jadi tim yang tak terkalahkan.”

Keisha tertawa kecil. “Semoga aja kita bisa satu tim.”

Namun, Keisha tidak tahu bahwa di sudut lain koridor, Davin berdiri memperhatikan mereka. Ia mendengar pembicaraan itu dan merasa tertantang. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk ikut mendaftar.

~

Beberapa hari kemudian, seleksi lomba dimulai. Aula sekolah dipenuhi oleh siswa-siswa yang ingin mencoba peruntungan mereka. Keisha, Rama, dan Nadya duduk di salah satu barisan, menunggu giliran mereka.

Ketika nama Keisha dipanggil, ia berdiri dengan percaya diri. Pandangan Davin, yang juga hadir di sana, tidak lepas dari sosoknya. Keisha melangkah ke depan, memberikan argumen yang tajam dan terstruktur. Penampilannya memukau, membuat para juri mengangguk setuju.

Setelah Keisha, giliran Rama. Gaya bicara Rama yang tenang tetapi penuh makna memberikan warna berbeda. Penonton dibuat terkesan dengan pemikirannya yang mendalam.

Ketika giliran Davin tiba, Keisha sempat terkejut. Ia tidak menyangka Davin akan ikut seleksi. Meski begitu, ia mencoba tetap tenang. Davin menunjukkan kemampuan bicaranya yang meyakinkan, dengan argumen yang kuat dan karisma yang tidak bisa diabaikan.

Pada akhirnya, pengumuman tim yang terpilih dibuat. Keisha, Rama, dan... Davin, dinyatakan sebagai tiga siswa yang akan mewakili sekolah untuk lomba debat.

~

Hari-hari latihan pun dimulai. Tim mereka dipandu oleh seorang guru pendamping yang tegas dan berpengalaman, Bu Anita. Meski awalnya Keisha merasa canggung berada satu tim dengan Davin, ia berusaha bersikap profesional. Rama, seperti biasa, menjadi penyeimbang yang menjaga suasana tetap kondusif.

Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Pada suatu sore saat latihan, terjadi perdebatan kecil antara Keisha dan Davin.

“Keisha, gue rasa poin yang lo bawa tadi terlalu lemah. Kita butuh argumen yang lebih kuat,” kata Davin dengan nada sedikit tajam.

Keisha mengangkat alis. “Lemah? Poin gue itu relevan sama konteks debat. Kalau lo punya ide yang lebih baik, silakan kasih tahu.”

Davin mendengus. “Justru itu yang gue maksud. Kalau kita nggak bisa solid dari sekarang, kita nggak bakal menang di tingkat provinsi.”

Rama, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Udah, Davin, Keisha. Kita nggak bakal selesai kalau terus debat soal ini. Fokus aja dulu ke solusi, bukan masalah.”

Keisha menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Oke, maaf kalau gue terlalu defensif. Kita cari cara biar poin ini lebih kuat.”

Davin mengangguk pelan. “Oke. Gue juga minta maaf kalau nada gue tadi terlalu keras.”

Bu Anita, yang mengawasi dari kejauhan, tersenyum kecil. “Ini baru namanya tim. Kalian akan menghadapi tantangan lebih besar di lomba nanti. Belajar untuk saling mendengar adalah kunci.”

~

Meski perlahan kerja sama mereka mulai membaik, Keisha tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang muncul setiap kali berada di dekat Davin. Kenangan masa lalu terus membayanginya, meskipun ia tahu bahwa ia harus fokus pada tujuan utama mereka.

Suatu sore setelah latihan, Rama menghampiri Keisha yang sedang membereskan buku-bukunya.

“Keisha, kamu nggak apa-apa?” tanya Rama lembut.

Keisha menoleh dan tersenyum kecil. “Aku nggak apa-apa, kok. Cuma... mungkin aku masih harus belajar buat nggak terlalu terbawa perasaan.”

Rama menatap Keisha dengan penuh pengertian. “Kalau kamu butuh waktu sendiri, aku ngerti. Tapi jangan ragu buat cerita, ya.”

Keisha mengangguk pelan. “Makasih, Rama. Kamu selalu bikin aku merasa lebih tenang.”

~

Ketika hari lomba semakin dekat, Keisha mulai merasa lebih percaya diri. Ia tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang memenangkan lomba, tetapi juga tentang membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia bisa melewati segala rintangan.

Namun, di balik semangatnya, ada pertanyaan yang terus menghantui: apakah ia sudah benar-benar siap untuk melepaskan masa lalu dan melangkah maju? Atau akankah bayangan Davin terus menjadi bagian dari dirinya?

Satu hal yang Keisha sadari adalah bahwa tidak ada jawaban yang mudah. Tetapi ia tahu bahwa setiap langkah yang diambil, setiap keputusan yang dibuat, adalah bagian dari proses menemukan jati dirinya.

Dan di sinilah ia berdiri, di persimpangan antara masa lalu dan masa depan, dengan hati yang perlahan-lahan mulai menguat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!