Yoooooo.... my Family, welcome back to my story. Sesuai permintaan, aku lanjut nulis Zandra. Dan ini adalah Zandra season 6, semoga kalian suka yaaa.❤️❤️❤️
Kembalinya penerus Zandra, yang mana semua anggota keluarganya harus berpencar. Setelah kematian sang legendaris Yumi, dan alasan lain harus memimpin perusahaan di setiap kota dan negara.
Keturunan Zandra, yang memilih untuk tetap tinggal di rumah utama. Ternyata mendapatkan petualangan misteri, dan tentunya berhubungan dengan MEREKA (si makhluk halus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perundungan
"Sa... Hati Ghava itu bukan layangan, yang talinya bisa ditarik ulur. Kalo kamu memang sudah ada rasa, sebaiknya terima perasaan Ghava. Sebelum ia berpaling darimu, dan berakhir dengan kamu menyesal dan malah saling menghindar." ucap Cia
"Percayalah, Ghava tidak sama dengan ayahmu. Dan tidak semua pria, bisa di sama ratakan dengan ayahmu." sambung Luna, Risa terdiam
"Apa yang membuat mu ragu, menerima Ghava?" tanya Cia, Risa menatap Cia Dan Luna secara bergantian
'Aku hanya... merasa tidak pantas, bila harus berjalan beriringan dengan kak Ghava. Bukan hanya dengan kak Ghava sebenarnya, dengan kalian pun aku selalu merasa kecil. Kalian terlalu sempurna, untuk aku yang hanya gadis miskin. Putri dari seorang ibu, yang hanya bekerja sebagai supir ojek online.' ucap Risa menggunakan bahasa isyarat, ia menundukkan kepala
Luna dan Cia menghembuskan nafas keras, mereka saling tatap.
"Bukankah aku pernah bilang, bila kami berteman dengan seseorang. Tidak melihat status dan kedudukan, tapi yang aku lihat adalah hatimu. Hatimu tulus Ris, dan itu yang membuat kami menerimamu. Dan juga, membuat Ghava jatuh cinta padamu." balas Luna
Blush
Wajah Risa lagi-lagi memerah, setiap kali membicarakan Ghava. Jantungnya berdebar kencang, dadanya mendadak terasa penuh sesak.
Luna dan Cia tertawa, melihat reaksi Risa. Mereka berbincang banyak hal, lebih tepatnya Risa lebih banyak menyimak.
.
.
Tak terasa kuliah kembali dimulai, banyak yang bisik-bisik karena melihat Risa bisa bergabung dengan Ghava, Cia dan Luna.
Ali masih belum masuk, ternyata pemulihan nya membutuhkan waktu cukup panjang. Bahkan Ali masih bekum sadarkan diri, sampai saat ini.
"Kenapa?" tanya Cia, Risa menengadah menatanya. Namun tak lama, Risa menggelengkan kepalanya.
"Ga usah dengerin omongan orang, kalo kita terus hidup dengan memperdulikan omongan orang. Kapan bisa bahagianya?" ucap Ghava, Risa menoleh
Blush
Risa tak menyangka, bila ternyata sejak tadi Ghava memperhatikannya. Risa menundukkan kepalanya, kembali fokus dengan makanannya.
Padahal ia menyembunyikan wajah nya, yang sudah memerah. Ghava menyadari hal itu, ia tersenyum tipis. Ghava kembali mengingat, perbincangan kedua saudarinya dan gadis di depannya.
.
Sebenarnya saat itu, Ghava mendengar apa yang dua saudari nya katakan. Ia berpikir, apakah ia harus menjauhi Risa. Supaya Risa mau mengakui, bila sebenarnya dia juga menyukai Ghava.
'Bagaimana menurut kalian?' tanya Ghava, saat mereka bertiga berkumpul di kamar Lua.
'Apa nantinya ga bikin Risa, semakin menjauhi mu Ghav?' tanya Luna
'Kenapa?' tanya Ghava
'Sekarang aja, dia masih jaga jarak ma lu. Karena ia takut dan minder, bila harus memulai hubungan sama lu. Apalagi, di kampus hampir semua mahasiswa mengatainya yang tidak-tidak. Memanfaatkan kitalah, pengen naik pamor lah, lebih parahnya... Risa bilang, bila sampai ada yang bilang. Kalau Risa rela naik ke ranjang lu Ghav, demi dapetin lu.Terus tetiba lu, mau jauhin dia. Cuma demi buat Risa balik ngejar lo, percaya ma gue. Risa lebih memilih semakin menjauhi lo, karena berpikir lu emang ga pantes ma dia.' jawab Cia panjang lebar
Ghava mengangguk, membenarkan ucapan Cia. Jadi ia lebih memilih, untuk selalu mengejar Risa. Sampai Risa percaya, bahwa dirinya adalah pria yang tepat.
Mereka bukan tidak mau, memberi hukuman pada orang-orang yang menghina Risa. Selain Risa meminta mereka, untuk tidak melakukan apapun. Mereka juga berpikir, selama tak ada yang bermain fisik. Mereka masih akan diam, dan hanya akan memantau mereka.
Tapi bukan berarti mereka diam saja, mereka juga sudah mengantongi nama-nama mahasiswi. Yang sudah menjelekkan Risa, bila sampai Risa terluka sedikit saja. Jagan harap, mereka masih bisa kuliah di kampus tersebut. Bahkan nama perusahaan orang tua mereka juga, sudah ada dalam genggaman.
Jangan ada yang berani, mengusik keluarganya ataupun calon anggota keluarganya.
.
.
'Aku ke toilet ya kak' ijin Risa
"Aku antar" ucap Cia
'Tidak usah kak, aku kan sudah besar. Masa cuma ke toilet aja di anter' tolak Risa, dengan tertawa kecil
"Baiklah, ke toilet yang di dekat kantin aja Sa." ucap Luna
'Iya kak' Risa pun bangun dari duduknya dan melangkah kan kakinya keluar kantin.
Cia, Luna dan Ghava saling lirik, saat mendengar isi hati beberapa orang.
'Anak itu kayanya mau ke toilet, gimana kalo sekarang?'
'Ayo, kita peringatin dia. Supaya menjauhi Ghava, enak aja dia deket-deket pangeran kita. Anak miskin, ga sadar diri.'
Kedua perempuan itu pun keluar, menyusul Risa. Ketiga bersaudara langsung ikut bangun, mereka berjalan di belakang kedua gadis itu.
Sesampainya di depan toilet, tanpa lihat kanan kiri. Keduanya masuk, lalu terdengar suara pintu yang terkunci.
"Sekarang atau nanti?" tanya Cia
"Tunggu sebentar, sampe ada bukti buat bikin kita bisa bales perlakuan mereka pada Risa." jawab Luna
"Luna benar, kalo kita masuk sekarang. Mereka berdua pasti berkelit, karena tak ada bukti." balas Ghava
"Jadi kita nunggu Risa terluka? Gitu maksud kalian?" tanya Cia tak suka
"Sebentar aja Ci, sampe kita denger Ris berteriak." jawab Ghava
"Kalian bodo apa tolol? Risa ga bisa keluar suara woyyy, gimana caranya kita denger suara teriakan di...
BUGH
ucapan Cia terhenti, saat mendengar suara ada yang menabrak sesuatu. Wajah Ghava langsung memerah, ia merentangkan tangan kanannya dan mengarahkan telapak tangan ke depan pintu.
BRAAAKK
Ketiga orang, yang ada di dalam toilet terkejut. Begitu juga dengan Cia dan Luna, mereka terkejut melihat posisi Risa yang duduk di lantai. Dengan kondisi rambut berantakan dan tubuhnya yang basah kuyup.
Kedua tangan Ghava mengepal, amarahnya sudah tak terbendung lagi. Gadisnya mengalami perundungan, dan itu semua karena dirinya.
"I ini hanya salah paham, t-tadi kita hendak m-menolong R..
BRAK
PRANG
KYAAAAA
Kedua gadis itu reflek berjongkok dan berteriak, seraya menutup mata dan telinganya. Tubuhnya bergetar, sudah di pastikan bila mereka akan habis hari ini juga. Dan suara tadi, berasal dari Cia yang memukul wastafel. Sampai wastafel itu pecah, dan tercerai berai di lantai.
Luna tengah memeluk Risa, ia pun memakai kan cardigan miliknya pada tubuh Risa.
Ghava melangkahkan kakinya, mendekati kedua gadis itu. Mereka menyadari bila ada seseorang, yang berdiri di depan mereka. Perlahan, mereka membuka mata dan mendongak.
GLEK
"T-tolong m-maafkan kami, k-kami t-tidak akan mengulanginya lagi. Kami janji" ucap salah satu gadis yang merundung Risa, dengan suara bergetar.
Ghava mengangkat salah satu, sudut bibirnya. Ia memasukkan kedua tangannya, ke saku celana.
Tatapan dingin, yang menghunus tajam ke arah mereka berdua. Kini kedua gadis itu, menangis ketakutan.
"Berani sekali kalian, melakukan hal ini pada gadisku. Punya nyawa berapa? Kalian pikir, hanya dengan meminta maaf. Semua masalah bisa di selesai kan, begitu saja? Bagaimana bila aku melakukan hal yang sama, oohh... Harus dua kali lipat kurasa. "
DEG
...****************...
Jangan lupa jadiin Favorit dan tinggalkan jejak, like, komen, vote dan gift 🥰🥰🥰
...Happy Reading All...
semngatt kak lanjut lagiiii💐