Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
031 - Gift
Gray jatuh berlutut, pedang misterius tergelincir dari tangannya, jatuh dengan bunyi clack yang nyaring di antara reruntuhan. Kelelahan luar biasa menghantamnya, tubuhnya bergetar hebat. Kekuatan gelap yang telah membantunya, sekaligus hampir menghancurkannya, surut dengan cepat, meninggalkan rasa kosong yang menganga. Ia terengah-engah, napasnya tersengal-sengal, dunia berputar di matanya yang masih dipenuhi cahaya aneh sisa kekuatan gelap. Serlina, meskipun tidak mengalami kelelahan yang sama, terlihat pucat dan terhuyung. Pisau kecil di tangannya bergetar. Di tengah kelelahan dan kesunyian yang menyelimuti mereka, sebuah suara misterius kembali bergema, kali ini jauh lebih dekat, seakan-akan berasal dari dalam diri mereka sendiri.
"Selamat. Kalian telah berhasil melewati ujian. Sebagai hadiah atas keberhasilan kalian..."
suara itu berlanjut, nada suaranya terdengar menyenangkan namun ganjil, penuh dengan nuansa yang sulit didefinisikan,
"Aku akan memberikan kalian... kekuatan."
Sebelum Gray atau Serlina dapat menanggapi, sebuah aura gelap yang pekat tiba-tiba menyelimuti mereka berdua. Gelombang energi yang kuat dan mengerikan itu seolah-olah menekan mereka dari segala arah. Rasa sakit yang luar biasa menusuk-nusuk tubuh mereka. Bukan sakit fisik semata, tetapi rasa sakit yang jauh lebih dalam, seakan-akan jiwa mereka sendiri yang tercabik-cabik. Gray merintih, tubuhnya terkulai lemas, matanya membulat karena rasa sakit yang tak tertahankan. Serlina juga meringkuk kesakitan, gigi-giginya beradu menahan jeritan. Aura gelap itu terus membesar, berdenyut dengan kekuatan yang tak terbayangkan, membungkus mereka dalam lingkaran kematian dan kelahiran kembali yang tak terduga. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, apa yang akan dibawa oleh hadiah misterius ini. Kegelapan menelan mereka, meninggalkan hanya keheningan yang penuh teka-teki.
Rasa sakit yang mengoyak jiwa perlahan mereda. Gray terbangun dengan napas tersengal-sengal, tubuhnya basah kuyup oleh keringat dingin. Dunia masih berputar sedikit, tetapi rasa sakit yang tak tertahankan itu telah hilang, digantikan oleh kelelahan yang mendalam dan… sesuatu yang lain. Sesuatu yang baru. Ia merasakan aliran kekuatan yang dahsyat mengalir dalam dirinya, kekuatan yang terasa hampa, tak berujung, seperti jurang tanpa dasar. Kekuatan Void. Ia menyadari, dengan kejutan yang mencengangkan, bahwa ia mampu menembus ruang dan waktu. Pandangannya menembus reruntuhan di sekelilingnya, melihat ke masa depan yang belum terjadi, dan masa lalu yang telah berlalu. Serlina, di sampingnya, juga terengah-engah, tetapi matanya bersinar dengan cahaya baru yang aneh. Dia pun tampaknya merasakan kekuatan yang sama.
Tiba-tiba, cahaya putih yang menyilaukan meledak di hadapan mereka, membungkus tubuh mereka dalam kepompong cahaya yang hangat. Sensasi melayang, tidak ada rasa takut, hanya perasaan melayang yang aneh dan damai. Ketika cahaya mereda, Gray dan Serlina mendapati diri mereka berada di dalam bangunan tua, tepat di depan kabinet tempat Rabu dan Ren sebelumnya pingsan dan dipindahkan.
Bau debu dan udara lembap langsung memenuhi hidung Gray. Rabu dan Ren masih terbaring tak sadarkan diri, tubuh mereka terlihat pucat. Ren tampak lebih buruk daripada Rabu, kulitnya lebih pucat, napasnya dangkal. Gray dengan hati-hati memeriksa denyut nadi mereka. Rabu masih bernapas, lemah memang, tetapi bernapas. Ren… denyut nadinya sangat lemah, hampir tak terasa.
"Serlina,"
Bisik Gray, suaranya masih lemah,
"kita harus membantunya."
Kekuatan Void yang baru saja ia peroleh membuatnya merasa sedikit lebih kuat, sedikit lebih bertenaga daripada beberapa menit yang lalu. Tetapi ia tidak berani menggunakannya secara sembarangan. Ia masih merasa kekuatan itu asing dan sulit dikendalikan.
Serlina mengangguk, matanya masih sedikit kosong, masih mencerna pengalaman yang baru saja mereka alami. Ia memeriksa Ren dengan hati-hati, kemudian berbisik, "Aku akan mencoba menyembuhkannya dengan pisau ini… tetapi aku tidak yakin itu cukup." Pisau kecil itu masih bergetar di tangannya, memancarkan cahaya redup yang samar.
Gray memperhatikan pisau itu. Ia tampak berdenyut dengan energi lemah yang lembut. Entah apa yang terjadi, tetapi pisau kecil itu tampak berbeda sekarang, lebih… hidup.
“Kita perlu mencari bantuan,”
Kata Gray, matanya menatap Rabu dan Ren yang pingsan.
“Kita harus menemukan Anya dan Jazul. Mereka pasti bisa membantu.”
“Kita bisa melakukannya,”
Kata Gray, suaranya penuh keyakinan yang baru saja ia temukan.
“Dengan kekuatan Void ini, kita bisa menteleportasi mereka ke Kastil, menemui Anya dan Jazul. Kau merasakannya juga, bukan, Serlina?”
Ia menatap Serlina, mata mereka bertemu dalam pemahaman yang terjalin tanpa kata-kata. Serlina mengangguk perlahan, sebuah senyum tipis terukir di wajah pucatnya. Cahaya aneh yang masih tersisa di matanya tampak berdenyut pelan, selaras dengan getaran kekuatan Void yang terasa di antara mereka.
Mereka berdua, Gray dan Serlina, memejamkan mata. Bayangan Kastil yang kokoh, menara-menara yang menjulang, dan taman yang hijau terukir jelas di benak mereka. Bukan hanya gambar kasar, tetapi setiap detail bangunan itu terasa nyata dalam pikiran mereka, batu-batu kasar di tembok, ukiran halus pada pintu masuk, bahkan aroma bunga-bunga yang tumbuh di halaman. Mereka merasakan getaran energi Void yang kuat, menarik mereka dan orang-orang yang pingsan di dekat mereka. Rabu dan Ren, seolah terbawa oleh arus energi yang tak terlihat, melayang perlahan ke udara.
Sensasi aneh mencengkeram tubuh Gray. Dunia berputar-putar, tetapi kali ini bukan karena kelelahan atau keputusasaan, melainkan karena kekuatan yang dahsyat dan penuh kendali yang mengalir dalam dirinya. Saat ia membuka mata, mereka sudah berada di halaman Kastil. Udara segar langsung menyapa wajahnya. Bau tanah basah dan rumput yang baru dipotong menggantikan bau lembap di ruangan sebelumnya. Rabu dan Ren, masih dalam keadaan pingsan, terbaring lembut di atas rumput, tubuh mereka tampak lebih rileks.
Anya dan Jazul segera muncul, berlari menghampiri mereka. Wajah Anya dipenuhi keprihatinan, tetapi tangannya bergerak cepat, menyembuhkan luka-luka kecil pada tubuh Rabu dan Ren. Jazul, dengan kecepatan yang mengejutkan, memeriksa denyut nadi mereka.
“Mereka masih hidup,”
Kata Jazul, suaranya dipenuhi kelegaan.
“Tapi mereka membutuhkan perawatan lebih lanjut.”
“Bagaimana kalian bisa sampai di sini?”
Tanya Anya, matanya memandang Gray dan Serlina dengan takjub.
“Aku belum pernah melihat teleportasi secepat dan semulus itu.”
Namun, sebelum Gray dapat menjelaskan keajaiban yang baru saja mereka alami, sebuah suara menggema di kejauhan, menggetarkan seluruh Kastil. Sebuah suara yang dingin dan mengancam, dipenuhi dengan niat jahat. Suasana damai di halaman Kastil tiba-tiba berubah menjadi tegang. Ancaman baru telah muncul, dan Gray tahu, petualangan mereka masih jauh dari selesai. Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Suara itu semakin dekat, menggema di antara menara-menara Kastil, mengguncang tanah di bawah kaki mereka. Anya, dengan cepat memeriksa nadi Rabu dan Ren, berbisik,
“Mereka akan baik-baik saja. Tetapi kita harus bersiap.”
Jazul, mata tajamnya mengamati sekeliling, bergumam,
“Ini bukan monster biasa. Rasakan kekuatannya…”
Getaran yang kuat terasa di udara, bukan hanya getaran suara, tetapi getaran sihir yang jahat, menyerang tulang sumsum. Udara terasa berat, dipenuhi dengan aroma belerang dan sesuatu yang... busuk. Dari balik gerbang Kastil, bayangan besar mulai terlihat. Bukan satu, tetapi beberapa sosok tinggi menjulang, berdiri tegak seperti patung-patung batu yang hidup, kulit mereka berwarna hitam legam, mata mereka menyala merah menyala seperti bara api neraka.
Salah satu dari mereka, yang tampak lebih besar dari yang lain, langkahnya bergema seperti guntur, mengucapkan kata-kata yang terdengar seperti bisikan kematian:
“Jordan mengutus kami. Anak-anak itu… harus kembali.”
Ren dan Rabu tersentak, sadar dari pingsannya. Wajah Ren pucat pasi, sedangkan Rabu tampak gemetar. Serlina, dengan cepat bersembunyi di balik Gray, kemampuan menghilangnya tampaknya tidak berfungsi dengan efektif di hadapan makhluk-makhluk ini.
Gray merasakan kekuatan Void di dalam dirinya berdenyut-denyut meskipun ia masih belum mengetahui apa saja kemampuannya selain teleportasi, bersiap untuk beraksi. Pedang misterius di tangannya terasa dingin, tetapi ia tahu ini bukan hanya sebuah pertarungan fisik. Ini adalah pertarungan antara kekuatan gelap yang telah diberikan padanya dan kekuatan jahat yang dipancarkan makhluk-makhluk ini. Anya sudah bersiap dengan ramuan dan mantra penyembuhannya, sementara Jazul, dengan senyum dingin, menarik napas dalam-dalam, siap untuk menggunakan kemampuan teleportasinya jika diperlukan. Dali, jika dia berhasil dipanggil, akan menjadi bantuan yang besar. Tetapi, untuk saat ini, mereka hanya berlima yang berada di garis depan.
“Mereka banyak,” bisik Rabu, suaranya hampir tak terdengar. “Kita perlu rencana.”
Gray menatap makhluk-makhluk itu, matanya tajam dan penuh tekad. Ia tidak akan membiarkan mereka mengambil kembali teman-temannya. Ia tidak akan membiarkan mereka menghancurkan Kastil. Ia telah sampai sejauh ini, telah melewati begitu banyak cobaan, dan ia tidak akan menyerah sekarang.
"Kita serang!" seru Gray, dengan tekad membara.