Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Minara (Pencuri Hati)
Namira sudah selesai menyiapkan sarapan dan bekal untuk anak-anaknya. Dia bergegas membangunkan Wulan dan Ilyas.
"Ilyas, bangun nak" Mira menepuk lembut pipi gembul dan putih bersih milik putranya
"Mama, tidur di cini enak cekali. Dingin, kaculnya empuk bantalnya juga wangi mama" Ilyas menggeliat sambil merasakan enggan bangun dan menjauh dari kasurnya
"Kamu suka sayang, berdoa ya semoga nanti mama bisa membeli rumah yang bagus seperti ini" Mira memeluk tubuh anaknya dengan gemas
"Kita campai kapan di cini mama" Namira menggeleng
"Ayo mandi, mama sudah buatkan nasi goreng bakso dan omelet buat sarapan" Namira menggendong tubuh gembul Ilyas ke kamar mandi.
"Waaww.. Kamal mandinya bica buat belenang mama" Mira mengamati kamar mandi anaknya yang dibuat sangat kid friendly dan interior anak-anak, ditambah bathtub yang lucu berbentuk mobil.
"Kalau mau mandi lama, nanti sore aja ya Ilyas, sekarang harus cepat selesai biar kita bisa sarapan cepat. Mama engga mau kalian makan satu meja lagi dengan tuan Marcel seperti kemarin" Ilyas menurut
Wulan lebih mandiri, dia sudah selesai mandi dan langsung menemui Mamanya di kamar Ilyas.
"Ma, aku sudah mandi" Mira menoleh ke arah anaknya yang sudah cantik dengan baju sekolah putih merah
"Pintarnya anak mama, sini mama cium. Wangi gak rambutnya?" Wulan mendekatkan kepalanya ke arah wajah mamanya
"Hmm..wangi sekali sayang" Mira tersenyum
"Sabun dan sampo di sana sekali mama, tidak seperti sampo sasetan di warung Bu Leha
Namira tersenyum, namun hatinya bersedih. Bagaimana jika ini hanya mimpi sesaat, anak-anaknya disuguhkan kemewahan di awal dan akan dilemparkan ke jalan lagi suatu saat jika Marcel bosan padanya.
Haruskah dia terus menjalani pernikahan sandiwara ini bersama Marcel demi kebahagiaan anak-anaknya.
Namira, Wulan dan Ilyas sudah menuruni tangga, betapa terkejutnya ia saat melihat di meja makan sudah ada Marcel dengan segelas kopi hitam dan satu piring makanan sehat.
Kali ini Marcel tidak duduk di kursi kepala. Di sana hanya di sediakan empat buah kursi. Mira yang terbiasa diajarkan Mamy Hellen dulu mengerti bagaimana ia dan anak-anaknya memposisikan duduk.
"Selamat pagi Tuan" Sapa lembut Namira
"Pagi, duduklah" Dengan wajah datar Marcel menatap Namira
Namira duduk di depan Marcel, dan anak-anaknya duduk masih berdiri di belakang kursinya
"Kenapa kalian tidak duduk?" tanya Marcel
"emm, mohon maaf tuan. Anakku tidak terbiasa makan dengan peraturan ketat di meja makan. Biarkan kami makan di belakang saja ya Tuan" Namira hendak berdiri namun Marcel bersuara
"Makan seperti biasa kalian makan di rumah sana, tidak perlu pedulikan aku, duduklah. Temani aku makan" Pinta Marcel dengan menatap wajah Namira
Namira meminta anak-anaknya duduk. Ilyas di sebelah Mira dan Wulan di sebelah Marcel. Namira mengeluarkan nasi goreng yang sejak tadi di masaknya dan meletakkannya di depan kedua anaknya dan di depan kursi tempat dia duduk.
"Apa kamu hanya membuat tiga piring saja, kamu tidak membuatkan ku?" Tanya Marcel setelah melihat hanya tiga piring yang tersedia.
"Aku pikir, menu anda sudah disiapkan oleh seorang koki" Namira memandang wajah Marcel yang terlihat tergoda dengan nasi goreng buatannya.
"Apa anda ingin masakanku, Tuan? Aku masih siapkan satu piring, tapi ragu untuk menawari anda" Namira menunduk
Marcel menggeser piringnya ke depan Mira dan menukar nasi goreng untuk dia makan, Mira hanya memperhatikan dari ekor matanya.
Mereka belum ada yang berani mengambil sendok sebelum Marcel memulainya. Dari ekor mata Mira, Marcel mengangkat piring lalu menghirup aromanya. "Nampaknya lezat" gumamnya
"Ayo makan" Seru Marcel
Ilyas yang belum mahir makan sendiri apalagi harus berhadapan dengan Marcel yang kaku, membuatnya diam tak berani mengangkat sendok.
Mira menoleh ke anaknya yang belum juga mengambil sendoknya, "Sayang mama suapin ya" dan Ilyas hanya mengangguk, Namira tersenyum manis dengan menerbitkan Dimple, senyum manis yang baru pertama kali Marcel lihat.
Marcel terpesona hingga tersedak, "uhuukk..uhuukk" dengan spontan Mira berdiri dan menyodorkan minum untuk Marcel. Lelaki itu langsung menenggak minumannya dengan gugup.
"Apa sudah lebih baik tuan" tanya Namira dan Marcel mengangguk.
"Aku juga ingin.." Kata-kata Marcel menggantung
"Ingin?" tanya Namira
"Ah bukan apa-apa, abaikan saja" Marcel menggelengkan kepalanya sambil mengulum senyuman. Dia iri melihat Ilyas disuapi, mengingatkannya saat masa kecilnya bersama mamanya.
"Namira, kamu Pencuri hatiku" batin Marcel
Selesai makan pagi, Marcel bersiap berangkat ke kantor dan anak-anaknya akan diantarkan Deo dan Boa ke sekolah masing-masing. Setelah memastikan bawaan anak-anaknya tidak ada yang tertinggal, Namira memperhatikan penampilan Marcel yang sedikit berantakan.
"Tuan, maaf" Namira mendekati Marcel yang sedang membaca email di gawainya
"Iya Nami" matanya tetap menatap gawai
"Boleh saya rapihkan sedikit dasi anda, terlihat kurang simetris" Lirih Mira, dia kuatir Marcel malah marah
Marcel menegakkan tubuhnya, dan menatap Namira sebentar.
"Iya silahkan" lelaki itu berdiri
"Maaf saya lancang Tuan" Namira berdiri di hadapan Marcel dan membetulkan dasinya dengan rapih. Tanpa Namira sadari, Marcel menahan napas saat hembusan napas Namira menghantam dada dan lehernya. Matanya terus memperhatikan detail wajah Namira yang menarik. Dalam hatinya dia mengakui ucapan putranya, Ken, "Wanita itu sangat menarik, Pah. Terutama hidungnya" Kata-kata Ken terngiang di telinganya.
"Tahukah kamu Ken, bibir dan senyumnya juga menarik. Bahkan aku mengagumi keseluruhan wajahnya" batin Marcel
"Sudah Tuan" Suara Mira membuyarkan kekagumannya dan membuat salah tingkah.
"Terima kasih"
"Ayo anak-anak kita berangkat" Suara Boa di ambang pintu. Mira menyodorkan punggung tangan pada anak-anaknya. Mereka mencium punggung tangan Mira dan menatap Mira menunggu perintah.
"Ayo Salim sama tuan Marcel" Mira berbisik pada anaknya
Mereka berjalan mendekati Marcel yang sedang asik dengan ponselnya.
"Papa, Iyas berangkat" Cicit Ilyas
"Wulan juga berangkat, Pa" Tangan Wulan sudah mengulur di depan Marcel
Marcel terperanjat menatap bergantian kedua anak kecil di depannya. Dengan wajah Haru bercampur kikuk dia ulurkan punggung tangannya kepada Wulan dan Ilyas. Tak lupa juga Marcel mengelus surai lembut Wulan yang berwarna hitam.
"Belajar yang pintar ya biar cepat naik haji" Seru Marcel sambil mengedipkan mata pada Namira.
Namira yang merasa itu adalah kata-kata nasehat darinya untuk kedua anaknya setiap akan berangkat mengaji, membulatkan mata karena kaget, kenapa Marcel bisa tahu Kata-kata itu.
Setelah anak-anaknya berangkat, tersisa hanya dia dan Marcel di rumah. Namira salah tingkah, akhirnya dia memutuskan duduk di ruang tamu menunggu Marcel berangkat kerja.
Tiba-tiba lelaki dewasa itu duduk di sampingnya, menatap wajah salah tingkah Namira sebentar.
"Aku ingin Hari ini kamu ajak anak-anak membeli pakaian yang baru. Pakaian mereka sudah lusuh kulihat. Begitu juga kamu, nanti Deo akan mengantarkan mu ke boutique aunty Viona. Peganglah ini, kartu ini unlimited jangan takut membelanjakan uangku. Terima kasih untuk kehangatan sarapannya hari ini" Marcel mengecup kening Namira
Bagaimana Namira, jantungmu aman? (Author)
"Aku berterima kasih atas kebaikan anda Tuan" lirih Namira sambil meremas jemarinya
"Hmm" Marcel hanya menjawab singkat dengan tatapannya yang mesra, sayangnya Namira tidak melihat tatapan itu.
***
"Bagaimana malam pertama anda Tuan" Deo melirik bos nya dari kaca tengah saat akan mengantarkan Marcel meeting di sore hari
"Gagal Deo" Marcel tersenyum samar
"Deo, anak-anak itu memanggilku papa. Kamu tau Deo? Rasanya aliran darahku mengalir di pipi dan berhenti di sana seperti anak gadis yang baru kenal jatuh cinta" Marcel masih membayangkan perasaan bahagianya pagi itu.
"Ya, itu terlihat dari senyuman yang mengukir di bibir anda hari ini. Anda terlihat bahagia Tuan" Deo kembali melirik bosnya dari kaca spion tengah.
"Heemm...seperti ini rasanya menjadi seorang ayah yang sesungguhnya. Selama ini peranku diambil oleh Mr. Zay"
"Anda beruntung Tuan, beli satu Bonus nya dua hahaha" Jawab Deo menggoda Bos yang juga sahabatnya
"Deo, mau kepotong gajimu, hah!" Marcel menatapnya dengan tajam
...💃🩰💃🩰...