Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Dengan terpaksa Hope membiarkan laki-laki yang tidak diketahui namanya itu membawanya. Daripada nyawanya habis oleh penjahat yang memecahkan kaca mobil suaminya tadi. Ia memang belum percaya seratus persen pada laki-laki yang terus menariknya entah kemana ini. Namun hati kecilnya merasa lebih baik ikut dengan laki-laki itu.
"Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Hope karena mereka sudah berjalan sangat lama tapi tidak sampai-sampai juga.
Tak ada jawaban. Lelaki itu terus diam berjalan. Tanpa bicara, tanpa menatap Hope, tanpa menjelaskan mereka akan pergi ke mana. Dan Hope kesal dicuekin begitu.
"Aku tanya kamu mau bawa aku kemana? Lepasin, aku mau balik ke pelabuhan saja!" Hope mulai tidak percaya pada laki-laki itu. Lebih baik dia kembali ke pelabuhan saja, suaminya masih ada di sana. Bagaimana kalau mas Darrel kembali dan kebingungan mencari-cari dia?
Saat Hope mencoba melepaskan genggaman pria itu dari lengannya, ia tak berhasil. Pria itu sangat kuat.
"Lepas aku bilang!" sentak Hope mulai marah.
"Diam!" balas laki-laki itu setengah membentak. Tapi Hope susah diatur.
Jason pun mengangkat Hope, menggendongnya seperti sekarung beras. Hope meronta-ronta dan menjerit-jerit dalam gendongan Jason.
Entah berapa menit pria itu berjalan kaki hingga mereka sampai di sebuah rumah kosong, jaraknya tak terlalu jauh dari pelabuhan. Hope pun diturunkan, sedetik setelah dia diturunkan, Hope berlari sekuat tenaga berusaha kabur, tetapi baru beberapa langkah, tangan sekeras batu itu menangkapnya lagi.
Hope meronta-ronta dan berontak. Karena frustasi, dia menggigit sekuat tenaga tangan yang mendekapnya itu. Jason mengaduh kesakitan tapi setelah itu terkekeh geli.
Wanita di depannya ini terus berontak, menggigit dan menendang sampai kelelahan, dia menatap Jason dengan napas terengah-engah dengan pandangan penuh emosi, masih dalam cengkeraman kuat tangan Jason.
Jason membalas tatapannya dengan senyuman manis.
"Jangan menatapku begitu, nanti aku bisa mengabulkan apa yang sedang kau pikirkan di otak kecilmu itu, nona."
Jason tahu benar pasti saat ini perempuan itu menganggapnya sebagai orang jahat. Ia tidak memungkirinya, toh dia memang penjahat. Tapi kalau untuk menyakiti orang tidak ada salah apa-apa, dia tidak pernah. Biar bagaimanapun dia masih punya hati.
Hanya saja sikap wanita di depannya ini membuatnya tertarik untuk menggoda. Ini adalah ketiga kalinya mereka bertemu. Dalam dua hari. Jason masih ingat kata-katanya tadi pagi, bahwa dia akan menganggap mereka berjodoh kalau bertemu sekali lagi.
Dan benar saja, mereka bertemu lagi. Dengan cara yang sangat tidak dia duga. Jadi tahap selanjutnya adalah, pria itu ingin tahu nama wanita itu. Ingin tahu segala informasi tentangnya.
"Siapa namamu?" tanyanya kemudian, menatap Hope.
Hope mundur selangkah.
"Aku tanya siapa namamu." ulang Jason."Dengar, kalau aku mau berbuat jahat padamu, kau akan langsung aku terkam sekarang juga. Dan kekuatanmu tidak akan mampu melawanku, nona"
Hope terus menatap laki-laki tersebut. Benar juga sih katanya.
"Tapi kenapa wajahmu seperti itu? Seolah ingin memakan ku hidup-hidup." arti makan yang Hope maksud berbeda dengan yang ditangkap oleh pikiran Jason.
"Kenapa, kau mau aku makan? Aku bisa memakanmu kalau kau ijinkan. Aku bisa mencicipimu sekarang juga, hitung-hitung mencoba tubuhmu enak atau tidak." pandangan pria itu lagi-lagi seperti menelanjanginya.
Hope yang mengerti arti kalimat lelaki itu pun makin mundur dan cepat-cepat menutupi bagian dada dengan kedua tangannya.
"Jangan coba-coba! Suamiku tidak akan melepaskanmu kalau kau berani menyentuhku."
Jason terkekeh geli.
"Benarkah? Sayang sekali aku tidak peduli." ia masih senang menggoda wanita di depannya itu. Sudah ada banyak sekali perempuan yang dia goda. Tapi hanya perempuan ini yang menyenangkan menurutnya, karena sifat perlawanannya.
"Si ... Siapa orang-orang jahat tadi? Mereka musuhmu?" tanya Hope mengalihkan pembicaraan.
Jason membalikan badan duduk pada sebuah kursi di dekat situ.
"Ya. Bisa dibilang begitu. Karena misiku dan mereka tidak sejalan." ucapnya. Hope sedikit mendekat.
"Tidak sejalan?" Ia mengerutkan kening.
"Orang-orang tadi adalah penjahat yang suka menculik perempuan-perempuan sepertimu dan anak-anak kecil untuk di jual menjadi pela-cur."
Kali ini mata Hope melebar. Astaga, kejam sekali. Ia menatap laki-laki itu lagi.
"Bagaimana denganmu, apa pekerjaaanmu?" tanyanya. Jason menatapnya lama. Laki-laki itu ingin bicara lagi, namun ponselnya berdering. Ia buru-buru mengangkat.
"Bagaimana? Anak-anak dan perempuan-perempuan itu sudah kalian amankan?" Jason bertanya di telpon.
"Sudah bos,"
"Si Murat sialan itu? Kalian menangkapnya juga?"
"Murat berhasil kabur dengan melompat ke laut, tapi kami berhasil menangkap beberapa anak buahnya."
"Kalau begitu amankan dulu anak-anak kecil dan perempuan-perempuan itu. Habis itu kembali ke markas, kita susun rencana baru."
"Baik bos."
Panggilan pun terputus. Pandangan Hope tak berpindah dari Jason. Ia berpikir keras menduga-duga apa pekerjaan laki-laki itu sebenarnya.
"Apa kamu adalah polisi yang sedang menyamar?" tanya Hope kemudian. Banyak kan polisi-polisi jaman sekarang yang menyamar demi membela kebaikan.
Sementara Jason yang mendengar langsung tertawa.
"Polisi? Aku bukan orang baik, tidak cocok menjadi polisi." katanya. Laki-laki itu pun berdiri dan mengulurkan sesuatu pada Hope. Wanita itu mengambilnya.
"Itu adalah kartu namaku. Status pekerjaanku sangat banyak, tapi untuk saat ini kau tahu itu saja dulu. Takutnya kau akan syok kalau tahu siapa aku sebenarnya." Jason tersenyum penuh misteri.
"Aku harus pergi sekarang. Kalau kau kembali ke pelabuhan, kembalilah. Sudah aman sekarang." Ia melanjutkan, kemudian lelaki itu pun keluar dari rumah tersebut meninggalkan Hope sendirian.
Hope membaca kartu nama yang di berikan padanya.
"Jason Rife?" gumamnya.
"CEO JS Corporation? Perusahaan apa itu?" ucap Hope lagi. Dia belum tahu tentang perusahaan-perusahaan. Apakah perusahaan laki-laki itu termasuk saingan bisnis suaminya?
Hope memutuskan tidak peduli lagi. Ia membuang kartu nama yang diberikan Jason tadi ke lantai dan ikut keluar dari tempat itu. Mas Darrel pasti sedang mencarinya sekarang.
pasti bucin nti ada saingan rebut isteri nya
tambah satu dari belakang...lagi tidur lagi🤦