Kesalahan Semalam

Kata-kata hinaan yang keluar dari mulut mama Ello itu sudah menyalakan api kebencian di hati Meisya. Dia sudah mengira bahwa orang tua Ello tidak akan mempercayai bahwa anak yang dikandungnya adalah anak Ello.

Betapa sakitnya hati Meisya saat ibu kandung Ello itu menuduhnya sebagai wanita gampangan yang bisa melakukan hubungan dengan laki-laki lain. Namun, kesalahan yang telah wanita itu lakukan bersama Ello memang membuat orang lain bisa berpikiran buruk dan menuduhnya seperti itu. Masalahnya, Meisya mau-mau saja dan termakan bujuk rayu Ello, hal itu sudah membuktikan bahwa dia seorang wanita yang gampang dirayu dan tak kuat pendirian.

Dalam hal ini, sekalipun Meisya berteriak dan mengelak, tapi akan tetap sulit membuat orang tua Ello percaya bahwa dia wanita baik-baik. Seorang wanita baik pasti akan bisa menjaga kesuciannya untuk sang suami bukan? Apa pun alasannya, seharusnya dia tidak mau melakukan hal yang justru membuatnya menyesal dan dihantui rasa bersalah sendirian.

“Kak, kita pulang saja!” Meisya yang merasakan kupingnya panas, kini beranjak dari sofa dan berniat meninggalkan rumah Ello.

Rendy dan Mirna menatap ke arah Meisya dan melihat mata wanita hamil itu memerah menahan tangis. Pasti sakit sekali dihina seperti itu oleh keluarga Ello.

“Tapi Meisya, anak itu butuh bapaknya, kamu nggak mungkin bisa membesarkannya seorang diri tanpa suami. Itu akan sulit, Sya,” cegah Mirna yang kini ikut berdiri.

“Aku nggak mau Kak Mirna dan Mas Rendy ikut dihina karena aku. Aku pasti bisa kok menjaga anakku sendiri,” ucap Meisya yang tak ingin lagi mengemis pada orang tua Ello.

Rendy ikut berdiri dan menatap mata mama dan papa Ello bergantian dengan tatapannya yang tajam. Dia tidak bisa menuntut apa-apa, sekali pun itu melalui jalur hukum. Pasalnya, Ello dan Meisya sudah cukup umur dan melakukannya secara sadar atas dasar suka sama suka. Tidak ada pasal yang bisa digunakan untuk menuntut Ello karena mereka sama-sama masih lajang dan tidak terikat dalam pernikahan yang lain. Jadi, secara pidana Ello tidak akan bisa dituntut melalui jalur hukum.

“Gugurkan saja anak itu daripada kalian mempermalukan diri. Jadi perempuan nggak benar ya itulah konsekuensinya. Kasihan sekali Ello memiliki hubungan dengan wanita rendah sepertinya,” sahut ayah Ello dengan lantang menghina Meisya.

“Sya, kita bisa melakukan tes DNA meskipun anak itu belum lahir,” ungkap Mirna masih belum mau menyerah.

“Nggak, Kak. Anak ini akan tetap menjadi anakku. Mereka sudah menolaknya. Jadi, sampai kapan pun anak ini adalah milikku sendiri.” Meisya menyentuh perutnya dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain menghapus air mata yang dengan lancang menerobos keluar tanpa kendali.

Mantan kekasih Ello itu lalu keluar meninggalkan semua orang tanpa berpamitan. Melihat sang adik yang langsung pergi, Mirna pun mengejarnya dan kini hanya tersisa Rendy dan kedua orang tua Ello.

“Saat saya bertemu dengan Ello nanti. Akan saya seret dia untuk melakukan tes DNA. Dan kita lihat, siapa yang sudah berdusta!” Laki-laki itu mendengus kesal sebelum akhirnya ikut meninggalkan keluarga itu.

Mirna dan Meisya kini sudah berada di mobil Rendy. Meisya terus menangis sambil memandang keluar jendela, sementara Mirna hanya bisa mengusap punggung adiknya itu tanpa sepatah kata pun.

“Ternyata aku memang sebodoh ini. Sekarang yang tersisa hanya penyesalan karena waktu tidak akan pernah diputar ulang. Secinta apa pun Ello saat itu, harusnya aku menolaknya karena sekarang hanya aku sendiri yang merasakan akibatnya.”

Ya, memang hanya Meisya yang merasakan hukuman ini, karena sekarang Ello justru sedang mempersiapkan masa depannya yang indah.

*

*

Meisya mengemasi barang-barangnya tanpa sepengetahuan Rendy dan Mirna. Wanita itu sudah memikirkan matang-matang untuk pindah ke luar kota dan melanjutkan hidup tanpa menyusahkan orang-orang di sekitarnya, terutama kakaknya, Mirna.

Saat masih mengemasi barang-barang, tiba-tiba Meisya mendengar keributan di luar. Untuk memastikan yang terjadi, Meisya meninggalkan barang-barangnya yang sedikit lagi selesai dikemas dan keluar dari kamarnya.

“Itu dia biang masalah!” kata mama Rendy sambil menunjuk ke arah Meisya yang baru saja menutup pintu kamarnya. “Kamu bohongi mama demi dia, ‘kan?”

Meisya mengerti, mertua Mirna itu pasti sudah mengetahui kehamilannya. Entah dari mana wanita itu tahu? Apakah dari dokter kandungan yang tadi pagi dia datangi?

“Ma, kita bicarakan dulu dengan kepala dingin!” sela Rendy yang mencoba menenangkan sang ibu. Dia tidak suka melihat ibunya yang memaki-maki istrinya hingga menimbulkan keributan seperti ini.

“Kepala dingin apanya? Kamu tahu ibunya Ello itu teman arisan mama. Dia mengenali kamu yang tadi pagi datang ke rumah mereka untuk meminta tanggung jawab, ‘kan? Mama sudah bilang gadis itu hanya akan menjadi beban untuk kalian!”

Lagi-lagi Meisya harus dihina tanpa bisa melawan atau pun membantah. Semua ini akibat dari kesalahan semalam yang dia lakukan bersama Ello. Konsekuensi yang dia terima terlalu berat jika ditanggung sendiri, tapi kenyataannya memang hanya dia yang menanggung semuanya sendiri.

**

Kembang kopinya jangan lupa.. Buat pembaca yg belum nikah, ambil pelajaran dari novel ini ya gaess, apa pun yg terjadi, jangan melakukan kesalahan semalam seperti Meisya karena konsekuensinya sangat berat gaess 🤗🤗