Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Ya, Sayang?" Akhirnya panggilan Arini diterima oleh Dodi yang kebetulan sedang beristirahat sejenak di kursi kesayangannya.
"Ehm, Mas. Hari ini aku kedatangan seorang tamu. Namanya Anissa Rahma, dia bilang ingin melamar menjadi Baby sitter-nya Azkia. Bagaimana, Mas?" jawab Arini.
"Anissa Rahma?" gumam Dodi dengan alis yang saling bertaut.
"Ya, Mas. Namanya Anissa Rahma. Memangnya kenapa Mas? Mas kenal?" tanya Arini balik.
"Ah, tidak-tidak! Mas tidak kenal."
"Sebaiknya Mas bicara padanya. Biar Mas bisa bertanya sekaligus memutuskan apakah ia diterima atau ditolak," ucap Arini lagi.
Belum sempat Dodi menjawab ucapannya, Arini sudah menyerahkan ponsel miliknya kepada Anissa dan wanita itu pun segera menyambutnya dengan cepat.
GwTepat di saat itu mata Arini tertuju pada halaman depan rumahnya. Ia melihat sosok Bu Ria yang berjalan menuju teras sambil menggendong si kecil Azkia.
"Kalian bicaralah dulu, aku ingin menjemput Putriku. Ternyata dia sudah bangun," ucap Arini sembari bangkit dari posisi duduknya kemudian bergegas menuju halaman depan.
"Baik, Mbak."
Sepeninggal Arini.
"Ha-hallo? Anissa Rahma?" Terdengar suara Dodi terbata-bata dari seberang telepon.
"Hallo, Mas. Apa kabar? Masih ingat sama aku 'kan?" jawab Anissa sambil menyeringai.
"A-Anissa! Apa yang kamu lakukan di sana, hah?! Tidak puaskah selama ini kamu menggangguku dan sekarang kamu ingin hadir di tengah-tengah keluargaku! Tidak akan ku biarkan itu terjadi," ancam Dodi dengan tubuh bergetar.
Saking shoknya, ponsel yang sejak tadi ia genggam hampir saja terlepas dan jatuh ke lantai. Di kening lelaki itu terus mengucur keringat dingin dan bahkan gerahamnya pun ikut terdengar bergemeretak.
Bukannya takut akan ancaman Dodi, Anissa malah tertawa pelan sambil menutup mulutnya dengan tangan. "Bukankah sudah pernah aku katakan padamu, Mas. Aku tidak akan pernah berhenti mengejarmu sampai aku benar-benar mendapatkan dirimu," jawabnya.
"Akh!" kesal Dodi, terdengar sebuah gelas jatuh ke lantai kemudian pecah. Ya, Dodi yang tidak bisa menahan rasa kesalnya, melemparkan gelas minumannya ke lantai dan akhirnya gelas itu pecah berkeping-keping.
"Terima kehadiranku, atau istri yang sangat Mas sayangi itu akan tahu semua rahasia kita!" balas Anissa.
"Kamu--" Dodi kehilangan kata-kata. Ancaman wanita itu benar-benar membuat nyalinya menciut. Dodi menghembuskan napas berat dan mau tidak mau, Dodi terpaksa harus menerima permintaan wanita itu.
"Baiklah! Sekarang kembalikan ponsel ini kepada Istriku," titahnya.
"Baiklah, Mas Do-di," jawab Anissa sambil menyebutkan nama Dodi dengan penuh penekanan.
Anissa bangkit kemudian melirik ke arah halaman depan di mana Arini dan Bu Ria tengah berbincang sejenak, memperbincangkan tentang si kecil Azkia yang tidurnya tidak terlalu nyenyak hari ini.
Perlahan Anissa menghampiri Arini kemudian menyerahkan kembali ponsel itu kepadanya. "Ini ponselmu, Mbak. Katanya suami Mbak ingin bicara sama Mbak," ucap Anissa.
"Oh ya, sini. Biar aku bicara padanya." Arini meraih ponsel itu kemudian meletakkannya ke samping telinganya. Sementara sebelah tangannya, menggendong si kecil Azkia.
"Ibu pulang dulu ya, Arini. Tidak apa 'kan Ibu tinggal? Nanti kalau butuh Ibu, panggil saja," ucap Bu Ria sebelum pergi dari tempat itu.
"Baik, Bu. Terima kasih banyak ya, Bu Ria."
"Ya, sama-sama!" jawab Bu Ria sembari berlalu dan kembali ke rumahnya.
Arini pun kembali memasuki rumahnya sambil bicara bersama Dodi di seberang telepon. Sedangkan Anissa mengikuti langkah Arini dari belakang.
"Bagaimana, Mas?" tanya Arini.
"Terima saja, Arini. Aku sudah bicara padanya dan aku setuju-setuju saja jika ia menjadi pengasuh untuk Azkia," jawab Dodi dari seberang telepon. Namun, ada yang aneh di telinga Arini. Suara Dodi terdengar bergetar, tak seperti biasanya.
"Mas, kamu baik-baik saja 'kan?" Arini yang sudah tiba di ruang depan, segera duduk di tempatnya semula, begitu pula dengan Anissa.
"A-aku baik-baik saja. Memangnya kenapa, Arini sayang?" jawab Dodi, mencoba menyembunyikan bagaimana perasaannya saat itu.
"Oh ya, sudah kalau begitu. Jadi, Mbak Anissa-nya diterima 'kan ya?" tanya Arini lagi, mencoba memastikan.
"Ya, Arini, terima saja. Ehm, sudah dulu ya, Mas masih sibuk. Tapi, Mas usahakan sore nanti Mas akan pulang cepat," jawab Dodi sambil menelan salivanya dengan susah payah.
"Baik, Mas. Bye!"
"Bye!"
Panggilan itu pun diputuskan oleh Arini. Setelah menyimpan kembali ponselnya, kini Arini fokus pada Anissa yang masih duduk di hadapannya sambil tersenyum manis.
"Ini putriku, Azkia Pratama. Dialah yang akan kamu jagain nantinya, Anissa. Aku harap kamu menyukainya," tutur Arini sembari memperkenalkan bayi cantiknya kepada Anissa.
Anissa tersenyum lebar kemudian mengulurkan tangannya ke hadapan Arini. "Boleh aku menggendongnya, Mbak? Kebetulan aku memang penyuka anak kecil dan aku paling tidak bisa menahan keinginanku untuk menggendong bayi secantik ini," tuturnya.
"Oh, tentu saja, Anissa. Hati-hati, ya." Arini pun segera menyerahkan si kecil Azkia ke pelukan Anissa dan Anissa pun begitu senang ketika menyambutnya. Anissa bahkan tidak hentinya menciumi pipi bayi mungil itu.
"Ya, Tuhan! Dia cantik sekali," tutur Anissa sambil tersenyum kepada Arini.
...***...
penasaran nih kita /Grin//Grin/