Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
...****************...
Anthea berjalan beriringan bersama Altair menuju rumah kaca yang dibuatkan khusus oleh Duke Ervand untuknya, posisinya ada di taman dekat kamar gadis itu, sedang kan tadi mereka berada di taman utama Mansion Millard. Beberapa pelayan mengikuti keduanya, berjaga-jaga apabila kedua bangsawan itu membutuhkan sesuatu.
“Bibi, bawakan teh dan camilan kemari,” ujar Anthea pada salah satu pelayannya. Tak lama yang ia minta tersaji dengan baik di atas meja.
Anthea menatap Altair, tidak mungkin kan mereka hanya akan diam-diam an seperti ini?
“Silahkan dinikmati hidangannya, Pangeran.” Ucap Anthea diiringi senyuman tipisnya.
Altair menyesap tehnya, kemudian mengulurkan tangannya dihadapan Anthea, “Nama ku Altair Dylan Van Garcello, Putra Pertama dari Raja Dierez dan Ratu Valery, calon suamimu.” Jelas Altair begitu lengkap.
Apa tahap perkenalan memang seperti ini? Tanya Anthea dalam hati. Ia membalas uluran tangan Altair.
“Anthea Lysandra De Millard, Putri dari Duke Ervand dan mendiang Duchess Anastasya,” Ucap Anthea, tak berniat menambahkan embel-embel di belakang perkenalannya.
Setelah melepas jabatan tangan mereka, Altair memperhatikan gadis di hadapannya yang begitu tenang, anggun seperti gadis bangsawan pada umumnya. Berbanding terbalik ketika menangis sesenggukan seperti beberapa saat yang lalu.
“Apa kau tidak menyukaiku?” Pertanyaan to the point dari lawan bicarakan membuat Anthea berusaha mempertahankan wajah tenangnya.
“Bukan begitu,” Jawabnya pelan.
Altair mengerutkan dahi, “Lalu? Kenapa kau menolakku? Ini pertemuan pertama kita, tapi kau bersikap seolah aku pernah melakukan hal buruk padamu,”
Astaga, kenapa aku ada disituasi ini?! Batin Anthea ingin berteriak, ia bingung akan menjawab apa.
Ia menatap Altair, “Bukankah itu reaksi wajar? Ayahku tiba-tiba berkata akan menjodohkan ku dengan orang yang tidak aku kenal, kau berharap aku menerima begitu saja?”
Altair menggangguk wajar, mengiyakan. Bagaimanapun saat ini mereka bukanlah orang dewasa yang bisa mengerti keadaan dengan mudah.
“Berapa umurmu, Anthea?” Suara yang menyebut namanya itu terdengar sedikit serak berhasil membuat Anthea salah fokus, padahal Altair masih 10 tahun, apa yang ia pikirkan pada bocah seperti ini.
“Aku delapan tahun,” Jawab Anthea.
Gadis itu sedikit tersentak ketika tiba-tiba tangan Altair mendarat di rambutnya, mengusap lembut.
“Aku dua tahun di atasmu. Maaf membuatmu terkejut karena perjodohan yang direncanakan orang tua kita, padahal kau masih sangat muda,” Ujar Altair, suaranya terdengar lebih lembut dibanding tadi. Bagaimana pun ia merasa iba pada Anthea, ia masih kecil apalagi untuk membuat keputusan.
“Tapi, Anthea. Kau tau kita adalah bangsawan, kecil kemungkinan kita dapat memilih masa depan kita sendiri, orang tua kita tentunya telah mengatur yang terbaik, kau mengerti bukan?” lanjut Altair.
Anthea refleks mengangguk mendengar suara lembut laki-laki itu. Sedari tadi Altair hanya menampilkan wajah datar dan dinginnya, ternyata bisa ramah juga.
Sebenarnya Anthea tak perlu begitu terkejut, dari Novel ‘Love for Ressa’ yang telah ia baca, hubungan Anthea dan Altair memang baik sejak mereka kecil dan dijodohkan, keduanya saling menerima dan mengerti, tidak langsung menolak seperti yang Anthea lakukan tadi.
Namun, walaupun tumbuh bersama, Altair dan Anthea hanya dekat sebagai teman, sampai mereka bertunangan barulah Anthea lebih dulu menyatakan perasaan, bahwa dia menyukai Altair. Altair sendiri tak merasa terbebani, lagipula itu wajar karena mereka adalah pasangan.
Barulah ketika Altair bertemu Ressa, si Pemeran Utama Wanita semuanya berubah. Jika dulu Altair hanya dekat dan berbicara lembut pada Anthea, dalam sekejap semuanya beralih pada Ressa. Altair merasa ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis itu, ia mulai mengacuhkan Anthea dan mengejar Ressa.
Sekarang kau dapat berbicara sebijak ini, Altair. Tapi, di masa depan kau yang akan menentang ucapanmu. Batin Anthea larut dalam lamunannya.
“Anthea,” Panggil Altair, membuat gadis itu tersadar dari pikirannya.
“Apa Altair? Maksud ku Pangeran,” ralat Anthea.
Altair sedikit menarik sudut bibirnya, “Tak apa, panggillah nama ku. Kita akan sering bersama kedepannya, Anthea.”
“Baiklah, Altair,” Jawab Anthea dengan senyum tipisnya.
Deg
Mendengar suara lembut gadis itu mengalun membuat dada Altair berdebar tanpa ia sadari, tak lupa senyuman gadis itu seolah membuatnya hanyut, benar-benar indah.
“Tadi aku bertanya, apa kegiatan yang kau sukai?” Tanya Altair lagi.
“Ah maaf aku tidak mendengarkan. Emm, sebenarnya aku belum tau. Aku mencoba melukis, tapi sepertinya itu bukan keahlianku, minggu depan aku ingin belajar merajut dengan guru baru ku,” jelas Anthea menampilkan wajah polosnya, khas anak seusianya.
“Apa kau suka membaca?” Tanya Altair, sebelum Anthea menjawab ia bertanya lagi, “Ah, apa kau sudah bisa membaca?” Tanyanya.
Pada umumnya para bangsawan akan belajar membaca di usia tujuh tahun, dan butuh waktu sampai dua tahun untuk bisa lancar membaca aksara kerajaan ini.
“Aku sudah bisa membaca dengan baik, dan aku cukup suka membaca buku-buku di perpustakaan,” Jelas Anthea. Sebagai jiwa gadis 17 tahun, ia dapat mempelajari hal baru dengan lebih cepat. Walaupun aksara di dunia ini cukup sulit, entah kenapa Anthea bisa mengerti dengan mudah.
“Kalau begitu, kapan-kapan aku ingin mengajakmu ke perpustakaan kerajaan, di sana ada berbagai macam jenis buku,”
Anthea langsung saja mengangguk, ia tentu saja sangat suka membaca novel. Perpustakaan mansionnya saja sudah besar, pasti perpustakaan kerajaan akan lebih besar dan lengkap lagi.
Salah satu pelayan memasuki rumah kaca Anthea, sedari tadi mereka hanya berdiri di luar,
“Maaf menganggu waktu Pangeran Mahkota dan Nona Muda, Duke Ervand meminta saya memanggil Anda berdua agar kembali ke taman,” Jelas Pelayan itu.
Anthea dan Altair kembali ke taman utama seperti yang di perintahkan ayahnya, di sana Ayahnya dan Raja Dierez telah menunggu mereka.
Raja Dierez menatap Duke Ervand, “Aku harap hubungan dua keluarga ini dapat berjalan lancar, Ervand.”
“Tentu,” Jawab Ayah Anthea itu.
“Dan Anthea, sering-sering lah berkunjung ke Istana, “ Pinta Raja Dierez, Anthea menjawabnya dengan anggukan.
“Altair, waktu berkunjung kita selesai. Ayo kembali ke istana,” Ujar Raja Dierez.
“Baik, Ayah.” Jawab Altair, ia menatap Duke Ervand.
“Saya pamit undur diri, Duke.” Salamnya di Jawab anggukan, Ervand beralih menatap Anthea.
“Aku harus kembali ke Istana, Sampai jumpa lagi, Anthea,” Ujar Ervand, Anthea tersenyum membalas.
Raja Dierez dan Duke Ervand saling menatap, mereka tau ada kemajuan dari dua anak kecil yang tadinya hanya saling diam itu. Apalagi Dierez yang mengetahui watak anaknya yang dingin, dapat berbicara ramah pada orang lain.
***
tbc