Wanita tegar dan nampak kuat itu ternyata memiliki luka dan beban yang luar biasa, kehidupan nya yang indah dan bahagia tak lagi ada setelah ia kehilangan Ayah nya akibat kecelakaan 10 tahun lalu dan Ibunya yang mengidap Demensia sekitar 7 tahun lalu. Luci dipaksa harus bertahan hidup seorang diri dari kejinya kehidupan hingga pada suatu hari ia bertemu seorang pria yang usianya hampir seusia Ayahnya. maka kehidupan Luci yang baru segera dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahayu Dewi Astuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sugar Daddy
pagi-pagi sekali Luci sudah bangun, ia sengaja ingin bangun lebih awal karena tak enak jika dia terlambat dari sang pemilik rumah.
saat membuka pintu kamar, ia melihat suasana masih sangat sepi, ia yakin jika dirinya bangun lebih awal. baru saja berjalan 3 langkah suara cukup berat tiba-tuba saja menyapa Luci.
"Morning, apakah tidurmu nyenyak?" sapa William yang tiba-tiba datang dari belakang tubuh Luci.
"Morning, apa anda baru saja selesai berolahraga?" tanya Luci heran.
"Iyaa, mengapa kamu bangun begitu pagi? mau kopi?" William sedang mengotak atik mesin kopi yang lama tak ia gunakan.
"Tidak terima kasih, aku kira aku akan bangun lebih cepat dari anda tuan. rasanya memalukan sekali."
"Anggaplah ini sebagai rumah mu, sudah aku katakan sejak awal kau bukan pembantuku." William menatap wajah Luci lekat supaya wanita dihadapannya itu tau jika yang ia katakan bukan hanya sekedar bualan saja.
entah kepercayaan diri dari mana, tiba-tiba saja Luci mendekat kearah William, ia tatap dengan dalam mata berwarna coklat itu, "Sebenarnya, tujuan anda mempekerjakanku itu apa?" Luci melayangkan pertanyaan serius kepada William.
butuh sedikit lebih lama William untuk menjawab pertanyaan dari wanita yang ada dihadapannya, "Aku hanya tertarik padamu." William menjawab singkat.
"Hmmm seperti kau tertarik pada Zee, atau beberapa perempuan lain yang telah kau bantu?" tembak Luci dengan pertanyaan lain.
"Tidak, denganmu rasanya lebih jauh dari itu." William mendekatkan tubuhnya ke arah Luci, kemudian ia berjalan menuju ruang tamu.
Luci cepat-cepat membuang nafas cepat, rasanya begitu sesak, padahal dia yang melakukan itu pertama kali. untuk menghindari William sebentar ia menyibukan diri membersihkan area dapur yang sudah rapi namun berkali-kali ia mengelap area tersebut hanya untuk mencari kesibukan
"Duduklah, area itu sudah bersih." Ucap William yang sedang asik menyaksikan berita di televisi.
Luci berjalan selambat siput, kemudian ia duduk disamping William yang sedang memunggunginya. Aura canggung nya sangat kuat.
"Pertanyaan mu tadi, apa karena kamu tak suka tinggal dengan pria tua sepertiku?" ujar William memecah keheningan.
"Tentu saja tidak, anda juga belum terlalu tua Tuan." Luci kalang kabut membantah pertanyaan William.
Pria itu membalikan badannya, dan tersenyum, "Bukankah, aku terlihat seperti ayahmu? ya tentu saja jika aku menikah cepat aku akan memiliki anak seusiamu."
"Benar, aku melihat sikapmu yang perhatian akan hal kecil seperti melihat Ayahku dulu. Namun kini aku tinggal sendiri tak ada keluarga yang mau menerimaku." Luci menundukan kepalanya dengan sedih.
"Tegakkan tubuh dan kepalamu, jika kau mau panggil lah aku Daddy."
"Apakah anda tidak keberatan jika aku memanggilmu Daddy?" tanya Luci dengan mata yang berlinang.
"Tentu saja, aku senang mendengarnya." William meletakan gelas kopi dan mulai memeluk Luci dengan erat.
"Terima kasih Daddy." Ucap Luci sembari merangkul leher William erat.
semenjak saat itu kedekatan mereka semakin lekat, bahkan Luci terlihat jauh lebih bebas, ia tak malu menunjukan sikap manja pada William, dan William pun senang melihat perubahan pada Luci.
"Daddy, aku ingin jus tomat buatanmu." Ucap Luci yang kelelahan setelah berolahraga di gym pribadi William.
"baik, duduklah aku akan membuatkannya." Sembari menggiling kopi, William juga mulai membuat jus tomat untuk wanita yang kini sedang membaringkan diri karena kelelahan.
sekitar 10 menit menunggu, akhirnya satu gelas jus tomat dan secangkir kopi telah selesai dibuat, William melihat Luci memejamkan matanya diatas matras olahraga, dengan romantis William mengecup kening Luci sebanyak 3x untuk membangunkannya.
"Apa aku tertidur?" tanya Luci dengan polos pada William.
"Tidak, kau hanya memejamkan matamu sekitar 10 menit." jawab William sembari tersenyum.
mendengar hal itu Luci hanya menutup wajah dengan kedua tangannya karena malu, tetapi ia juga meregangkan sedikit jarinya untuk melihat senyum manis William.
"Bangunlah, jus mu akan segera encer dan kopiku akan segera dingin." Ucap Wiliam sembari mengecup kening Luci lagi.
wanita itu segera bangun membuntuti William yang lebih dulu menikmati minumanya, kemudian Luci datang dan segera meminum jus itu tanpa henti. menggemaskan sekali, hingga William tiba-tiba saja mengangkat tubuh Luci keatas Uniland untuk duduk tepat dihadapannya.
ini terasa canggung, hingga Luci berhenti meminum jus yang terasa sangat menyegarkan itu. William yang kini bertelanjang dada terlihat sangat sexy bagi Luci hingga pikiran yang tak pernah ada tiba-tiba saja muncul dikepalanya.
"Apa yang sedang kamu lakukan Dad?" Luci sedikit mendorong tubuh William agar tak terlalu dekat dengannya.
"Apa kau pernah berpacaran?" tanya William.
Luci menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Baguslah, aku senang mendengarnya." senyum smirk baru saja diperlihatkan oleh William pada Luci. Hal itu membuat bulu kuduk Luci tiba-tiba saja berdiri.
William tiba-tiba pergi begitu saja, tanpa menurunkan tubuh Luci yang pendek ini. dasar tidak bertanggung jawab batin Luci.
"Habiskan lah minumanmu." perintah William pada Luci.
"Kau mau kemana?"
"Mandi, apa kau berminat untuk mandi bersamaku?" William menggoda Luci begitu puas.
"Ten..tu saja tidak. Pergilah!"
"Hahaha, bergegaslah bersiap aku akan mengajakmu berjalan-jalan."
"Yeay.. aku akan segera mandi dan bersiap." Luci amat sangat kegirangan jika William akan mengajaknya pergi hari ini.
ini akan jadi kali pertama Luci keluar rumah setelah dua minggu hanya berdiam diri di apartemen ini. William selalu berkata jika dirinya tak boleh pergi keluar tanpa pengawalan karena bisa saja ada orang jahat yang ingin mencelakai Luci setelah kejadian di Club saat itu.
Luci telah selesai mandi, ia akan menggunakan sebuah mini dress berwarna hitam. ini terlihat terlalu sexy tapi ia percaya jika William menyukainya. Tanpa dirinya sadari jiki kini ia tumbuh menjadi wanita yang lebih percaya diri dan bahagia.
Riasan tipis sudah terpoles diwajahnya, hanya satu yang masih ia bingungkan yaitu memilih riasan untuk bibirnya.
"Apakah ini cocok?" Luci berdiskusi dengan dirinya sendiri. "Ah sepertinya warna peach ini jauh lebih cocok dengan riasanku."
selesai, kini Luci sudah siap untuk pergi keluar bersama dengan William. Meskipun tak tau pria itu akan membawanya kemana namun Luci percaya jika tetap bersamanya ia akan tetap aman.
ketukan pintu sudah terdengar, Luci segera membuka pintu kamarnya dengan sumringah. William nampak berbeda mengenakan pakaian yang cukup santai, karena setiap hari Luci hanya terbiasa melihat william menggunakan pakaian berkancing atau kemeja. aroma parfum yang mewah begitu cocok digunakan olehnya kali ini.
"Mengapa kau berpenampilan begitu cantik?" William menatap Luci kagum.
"Aku hanya tak ingin membuatmu malu saat pergi bersamaku. kau juga nampak luar biasa Daddy." puji Luci.
william mengacak sedikit rambut Luci di pucuk kepalanya, ia juga memerintahkan Luci untuk segera mengambil barangnya agar mereka bisa segera pergi.
Luci dan William sudah meninggalkan rumah, menuju basement, terlihat disana sudah ada seorang supir yang membukakan pintu untuk mereka berdua.
saat didalam mobil Luci nampak canggung karena bertemu orang baru, padahal supir itu tidak mengatakan apapun.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya William yang menyadari kegelisahan Luci.
"Aku pikir Daddy akan menyetir sendiri." Luci berbisik pelan pada telingan William.
"STOP!!" William tiba-tiba saja memerintahkan sang supir untuk menghentikan kendaraannya.
"Ada apa Tuan?" tanya supir itu.
"Keluarlah, kau bisa kembali aku akan mengendarainya sendiri, wanita disampingku tidak nyaman dengan kehadiranmu." ucap William dingin.
"Maaf Nyonya, jika sudah membuat anda tidak nyaman. saya permisi."
belum sempat Luci mengucapkan satu patah katapun supir itu sudah keluar dari mobil dan meninggalkan mereka berdua hingga Luci tak sadar jika William kini sudah berada diluar mobil.
"Keluarlah, kamu harus duduk disampingku Nyonya Luci." William mengulurkan tangannya pada Luci.
"Mengapa kamu tega mengusir supirmu begitu saja? ah aku merasa tidak enak padanya."
"Bukankah kamu hanya ingin berdua denganku nona cantik?" Kata William yang mendekatkan tubuhnya pada Luci.
"Daddy, apa maksudmu?"
"Mari kita bersenang-senang." William menarik seatbelt milik Luci dan mulai menjalankan kendaraannya entah kemana.