9
Pernikahan adalah cita-cita semua orang, termasuk Dokter Zonya. Namun apakah pernikahan masih akan menjadi cita-cita saat pernikahan itu sendiri terjadi karena sebuah permintaan. Ya, Dokter Zonya terpaksa menikah dengan laki-laki yang merupakan mantan Kakak Iparnya atas permintaan keluarganya, hanya agar keponakannya tidak kekurangan kasih sayang seorang Ibu. Alasan lain keluarganya memintanya untuk menggantikan posisi sang Kakak adalah karena tidak ingin cucu mereka diasuh oleh orang asing, selain keluarga.
Lalu bagaimana kehidupan Dokter Zonya selanjutnya. Ia yang sebelumnya belum pernah menikah dan memiliki anak, justru dituntut untuk mengurus seorang bayi yang merupakan keponakannya sendiri. Akankah Dokter Zonya sanggup mengasuh keponakannya tersebut dan hidup bersama mantan Kakak Iparnya yang kini malah berganti status menjadi suaminya? Ikuti kisahnya
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Sean menggendong Naina keluar dari ruangan Dokter Kenan setelah selesai check up. Sedangkan Zonya, wanita itu berjalan dibelakang Sean, setelah menanyakan lebih lanjut mengenai keadaan Naina. Karena bagaimanapun, Zonya adalah seorang dokter, dan ia pasti lebih paham mengenai apa yang Dokter Kenan jelaskan
"Langsung pulang 'kan?" Sean membalik tubuhnya untuk menatap Zonya
"Mas dan Nai tunggu di mobil saja. Aku izin ke ruanganku sebentar"
"Untuk?"
"Mengambil berkas laporan rumah sakit"
"Baiklah, aku dan Nai menunggu di mobil kalau begitu"
Sean langsung membawa Naina ke mobil. Ia menurunkan gadis kecil itu di kursi bagian belakang, lalu ia juga ikut duduk di samping Naina, dengan pintu mobil yang dibiarkan terbuka
"Papa... Papa..."
"Iya ini Papa. Ada apa, hm?"
"Cucu... Cucu..."
"Susu lagi? Padahal botolnya saja masih hangat bekas nyeduh susu" gerutu Sean
Bagaimana tidak menggerutu jika putrinya ini akan minum susu setiap waktu. Bahkan, sebelum memasuki ruangan Dokter Kenan, ia sudah meminum susu. Masuk ke ruangan Dokter Kenan 'pun, tidak ada yang gadis gembrot itu lakukan selain meminum susu, lalu sekarang ia kembali meminta susu lagi. Pandangan Sean teralihkan pada perut putrinya yang terlihat mengembang, ia terkekeh kecil saat melihat perut besar sang putri
"Anak asuh Ibu Dokter malah menyusu setiap waktu. Dasar gadis nakal" batinnya. Namun tak ayal, ia tetap menyeduhkan susu untuk gadis kecilnya yang memiliki tubuh gembrot itu
Sean memberikan susu yang berhasil ia seduh. Membuat Naina langsung riang tak terkira dan menyedot susunya dengan rakus. Sesekali, bocah itu akan melepas dot susunya, lalu mengajak Sean bicara, membuat Sean hanya menjawab asal karena tidak mengerti. Sean melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah beberapa menit berlalu, tapi Zonya belum kunjung datang. Padahal, tadi wanita itu mengatakan hanya akan ke ruangannya sebentar
"Papa..." panggil Naina
"Iya, ada apa Nai?"
"Mama..."
Tampaknya anak itu juga ingin mempertanyakan keberadaan Zonya. Karena memang, sudah cukup lama Zonya belum kembali "Mau Mama?" tanya Sean yang langsung dijawab Naina dengan anggukan "Baiklah, kita susul Mama kalau begitu"
Sean menggendong Naina untuk masuk kembali ke rumah sakit. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan Zonya, dengan ditemani celotehan-celotehan tiada henti dari Naina. Ya, gadis kecil itu memang cukup bawel. Padahal, saat ini mulutnya tersumpal dot susu, tapi tampaknya hal itu sama sekali tidak mengurangi tingkat kebawelannya
"Papa... Huhu wle..."
"Iya, kita cari Mama dulu"
"No no wle Papa..."
Sean menggelengkan kepala mendengar ucapan Naina. Sepanjang jalan ada saja yang ia ucapkan. Tidak tahukah ia kalau kepala Sean hampir meledak karena tidak mampu menalar ucapannya. Sean kembali melanjutkan langkah, hanya tinggal melewati satu lorong lagi, maka ia sudah sampai di ruangan Zonya. Namun barusaja akan kembali melangkah, Sean harus menghentikan langkahnya saat melihat Zonya yang tengah bercengkrama bersama Amir
Melihat interaksi antara Zonya dan Amir, tampaknya mereka memiliki kedekatan khusus. Pasalnya, Sean melihat Zonya tertawa senang, hingga menampakkan deretan gigi rapinya. Hal yang sama sekali belum pernah Zonya lakukan saat bersama dengannya. Sean langsung membalikkan tubuhnya untuk kembali ke mobil. Namun seruan Naina yang memanggil Zonya berhasil menghentikan langkah Sean, sekaligus mengalihkan perhatian Zonya dari Amir
"Mas Sean, Naina..." Zonya kembali tersadar saat melihat Sean yang sudah pergi bersama Naina "Amir, terima kasih atas bantuanmu, semoga Salsa cepat pulih kembali. Kalau begitu aku pulang dulu, permisi"
Sean mempercepat langkahnya menuju mobil. Begitu tiba di mobil, ia langsung masuk dan duduk di depan kemudi. Ia memilih membantu memegang botol susu Naina dan mengarahkan botol susu tersebut ke mulut Naina. Membuat bocah kecil menggemaskan itu girang bukan kepalang, sebab diperhatikan sedemikian rupa oleh Sean
"Papa... Papa... Mama..." Naina menarik kerah kemeja Sean agar melihat keluar, dimana Zonya berada. Tidak lama, Zonya ikut masuk ke mobil
"Maaf lama" Zonya menaruh berkas-berkas yang ia bawa ke kursi belakang. Setelah itu tangannya terulur untuk mengambil Naina, yang langsung disambut riang oleh Naina
Begitu Naina berpindah ke pangkuan Zonya, Sean langsung menghidupkan mesin mobilnya dan langsung tancap gas menuju rumah. Tidak memakan waktu lama, akhirnya mobil 'pun tiba di rumah. Sean lekas turun dari mobil dan akan melangkah masuk, tapi Zonya memanggil dirinya
"Ada apa?" tanya Sean datar
"Mmm bisa tolong bawa Nai masuk tidak, Mas? Aku akan membawa berkas yang tadi"
Sean langsung mengambil alih Naina dan membawanya masuk. Meninggalkan Zonya yang terlihat mengernyitkan dahinya. Entahlah, dimata Zonya, Sean sudah seperti anak kecil yang merajuk karena mainannya diambil. Bahkan Zonya 'pun sedikit aneh melihat perubahan Sean yang seperti itu. Padahal beberapa minggu ini hubungan mereka semakin membaik, bahkan interaksi antara mereka juga sudah tidak lagi secanggung biasanya. Tapi kali ini, raut wajah datar Sean kembali terlihat
"Mas Sean tidak mungkin cemburu pada Amir 'kan?" monolog Zonya. Ia menggelengkan kepalanya dan langsung mengambil berkas, lalu menyusul Sean masuk kedalam
"Nya..." Mbok Ijah menyapa Zonya, dengan Naina yang berada dalam gendongannya
"Sepertinya tadi Nai sama Mas Sean?" tanya Zonya
"Kata Tuan, Tuan ada pekerjaan di kamar, Nya. Makanya Non Nai sama Mbok"
"Oh... Begitu ya? Mmm tolong asuh Nai sebentar ya Mbok, aku ingin memeriksa laporan, mumpung Nai lagi anteng" pamit Zonya
"Siap Nya"
*
Zonya duduk di ranjang dengan memangku laptop-nya. Didepannya tumpukan berkas terlihat menumpuk dan siap untuk diperiksa satu-persatu. Sudah satu jam lebih Zonya menghabiskan waktu untuk memeriksa berkas-berkas itu, bahkan kepalanya sudah terasa sakit karena sudah cukup lama menangani berkas-berkas yang sudah enam bulan terbengkalai itu. Ya, selama ia menikah, ia sama sekali belum pernah ke rumah sakit untuk meninjau pekerjaannya. Jadilah sekarang pekerjaannya semakin menumpuk
Tok... Tok...
"Ya Mbok, sebentar" Zonya membuka pintu kamar, karena yakin yang mengetuk adalah Mbok Ijah. Namun ternyata dugaannya salah, karena yang ada dihadapannya kini bukanlah Mbok Ijah, melainkan Sean "Mas?"
Sean terpaku menatap wajah Zonya yang terlihat begitu cantik dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Jangan lupakan rambut panjang wanita itu yang dicepol keatas, membuat leher jenjangnya terlihat begitu menggoda. Sungguh, enam bulan menganggur, membuat sesuatu dalam diri Sean bergelora saat melihat penampilan Zonya. Namun buru-buru ia mengalihkan tatapan, tidak mau membuat pikirannya kian melanglang jauh
"Ada apa, Mas?"
"Mmm itu, kata Mbok, bahan makanan hampir habis. Susu Nai juga tinggal sedikit. Jadi aku ingin mengajakmu membeli bahan makanan di super market"
"Mengajakku?" Zonya menunjuk dirinya sendiri seakan tak yakin. Jujur saja, perubahan Sean terlalu signifikan, membuatnya merasa tidak yakin dengan ajakan yang barusaja Sean utarakan
"Iya kau, apa kau keberatan?"
"Ti-tidak, baiklah aku bersiap-siap sebentar"