“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Bertemu Mertua.
"Jangan kamu pikir aku melakukan ini dengan sukarela, aku melakukanya karena terpaksa, jadi seperti perkataan ku sebelumnya, jangan berharap pada pernikahan ini, karena aku tak sungguh sungguh ketika mengucap janji pernikahan, dan saat itu, kita sama sama terpaksa melaksanakan pernikahan ini." Kevin kembali mengulang ucapannya.
Gadisya mulai kesal, "kamu pikir aku senang melakukan semua ini," sentak Gadisya, ia kembali terpancing, sejak datang Kevin tak sedikit pun berkata manis, tak perlu manis, setidak nya kalau tak bisa berkata yang enak untuk didengar, setidak nya diam, itu lebih baik, membuat Gadisya makin kesal saja. "Iya, aku tahu, kamu pikir aku tuli, mau berapa kali kamu ulang kalimat itu, aku dengar dan ingat dengan jelas setiap kata dan kalimat menyakitkan yang kamu ucapkan, aku sudah bilang terserah kan, mau kamu bawa kemana pernikahan ini aku tak peduli, sandiwara pun tak masalah, kita berpura pura saja ketika di depan orang lain, tapi ketika hanya berdua, kita adalah orang asing, apa itu yang kamu inginkan?"
Kevin mengangguk anggukan kepalanya, "Oke deal." Kevin menyetujuinya tanpa berpikir dua kali.
Perjalanan ke jakarta pun kembali berlanjut, sungguh aneh, Gadisya sama sekali tak bisa memejamkan mata, padahal dia sangat ingin tidur, daripada berdiam seperti patung.
Akhirnya kembali lagi ke jakarta, bagi Gadisya jakarta menyimpan banyak memori pahit, sekaligus kenangan indah nya bersama kedua orang tuanya, walau kedua orangtuanya tak bisa dikatakan kaya, namun dengan kesederhanaan pun sudah lebih dari cukup, karena Gadisya memiliki orang tua yang sangat menyayanginya.
Ketika berusia 9 tahun, gadisya kehilangan ayahnya karena kecelakaan, sepeninggal Ayahnya, Gadisya melanjutkan hidup bersama ibu nya Anindita.
Anindita bekerja keras agar Gadisya bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari dirinya, karena itulah, Anindita rela hidup pas pasan demi bisa menyekolahkan Gadisya di tempat terbaik.
Namun tak ada yang bisa mengalahkan takdir tuhan, ketika berusia 13 tahun, Anindita meninggal setelah berjuang melawan penyakit asma kronis yang dideritanya sejak lama.
Sepeninggal Anindita, Gadisya tinggal di panti asuhan, disana ia memiliki banyak kawan, namun banyak juga yang memusuhinya, apalagi Gadisya mendapat perlakuan istimewa, Gadisya satu satunya yang mendapatkan biaya untuk sekolah di sekolah mahal, belakangan baru ia ketahui ada sosok donatur misterius yang menyokongnya, memastikan ia di jaga dengan baik, dan bisa sekolah di tempat yang baik.
Sebisa mungkin Gadisya bersikap baik dan sederhana, tak pernah memamerkan apa yang ia dapatkan, tapi bukannya membaik, perilaku teman teman panti yang iri dengannya semakin buruk, hingga selepas Lulus SMU gadisya memilih tinggal di luar, mencari rumah kost sederhana, untuk tempat tinggalnya selama kuliah.
Gadisya siswa berprestasi, hingga beberapa kali ia berhasil mendapatkan beasiswa, jadi ia memiliki pemasukan tambahan selain dari donatur yang masih terus mensupport pendidikan dan biaya hidupnya.
Susana sungguh berbeda ketika mobil yang di kendarai Kevin memasuki daerah ibu kota, lampu lampu jalan menyala dengan terang, jalanan masih ramai walau waktu sudah tengah malam, syukurlah jalanan tidak macet, hingga mereka dengan cepat, sampai di rumah besar kediaman keluarga Geraldy.
Gadisya hanya bisa membelalakkan netra nya manakala menatap rumah megah yang kini berdiri di hadapannya, mimpi apa dia semalam, hingga kini ia benar benar berada di rumah Keluarga Geraldy, bukan sebagai tamu, melainkan sebagai menantu pertama, walaupun ia tak tahu pernikahan seperti apa yang akan ia jalani kelak bersama Kevin.
Gadisya tak menyangka, bahwa Kevin kini tengah membantunya mengangkat koper dari bagasi mobilnya, Kevin bahkan membawanya hingga masuk kedalam rumah.
Tak lagi banyak bicara apalagi bertanya, Gadisya hanya diam dan mengikuti kemana Kevin melangkah, sesampainya di ruang keluarga, Gadisya melihat sosok wanita paruh baya, ia nampak masih cantik di usianya saat ini, bisa Gadisya tebak ia adalah mommy nya Kevin, kalau tidak salah ia juga pernah bertemu dengan nya, dia dokter di rumah sakit tempat ibunya bekerja.
"Malam mom," sapa Kevin.
Namun pandangan Stella tak tertuju pada Kevin, ia justru penasaran karena melihat seseorang yang kini berdiri di belakang Kevin.
"Siapa dia? Kenapa malam malam begini kamu pulang ke rumah dengan membawa seorang gadis?"
"Papi tidak bercerita pada mommy?"
"Tidak nak, mommy bahkan belum bertemu papi sejak pulang kerja."
"Kemarilah," Kevin meminta gadisya mendekat, untuk sesaat Gadisya tertegun, karena Kevin melingkarkan lengan di pundak nya. "Ini istri Kevin mom."
Ekspresi Stella sungguh jauh dari dugaan Gadisya, Stella nampak tersenyum ramah pada Gadisya.
"Oh benarkah?" Stella berjalan menghampiri Gadisya, kemudian memeluknya erat, ia tak bicara apapun, hanya mengusap punggung Gadisnya dengan lembut.
"Mom, kalau tidak keberatan, aku ingin istirahat, jika ingin tahu mommy bisa bertanya pada papi."
"Baiklah … istirahat lah, kalian pasti lelah."
"Terima kasih mom." Gadisya mengangguk sebelum akhirnya ia mengikuti Kevin ke kamarnya.
Kevin membawa Gadisya masuk ke kamarnya, "istirahat lah, aku akan tidur di kamar saudara kembarku."
Gadisya mengangguk, "terima kasih kak,"
"Panggil abang saja, kakak itu panggilan untuk adik kembarku."
"Oh iya … "
Kevin pun berlalu pergi.
Sementara itu, masih di ruang keluarga. Stella termenung, sebenarnya ia sudah tahu apa yang terjadi pada Kevin selama beberapa hari ini, gosip di antara karyawan dan petugas medis rumah sakit sungguh santer terdengar si telinganya, namun Stella lebih memilih diam dan menunggu Kevin sendiri yang bercerita, dan akhirnya Kevin benar benar membawa istrinya pulang ke rumah.
Beberapa menit kemudian, Alex tiba, wajah lelah nya memudar manakala menatap senyuman sang istri menyambutnya.
Alex menyesap bibir Stella sesaat.
"Menungguku?"
"Iya …"
"Ayo, aku lelah sekali," mereka pun berjalan beriringan menuju kamar utama.
Alex duduk di sofa melepas jas dan dasinya, disusul kemudian satu persatu kancing kemejanya.
"Kenapa melihatku seperti itu," Alex mulai curiga dengan tatapan istrinya.
"Apa tidak boleh aku menatapmu?"
Stella kembali tersenyum.
Alex mengulum senyum, kemudian menarik Stella dalam pelukannya, ia menenggelamkan wajahnya di perut sang istri, "kenapa semakin hari, kamu jadi semakin genit saja…" tangan Alex mulai menjelajah.
"Stop!!" Pekik Stella, ada yang ingin aku tanyakan.
"Bertanya nya nanti saja, hmmm…"
Stella makin gemas ketika sang suami tak juga menghentikan aktivitas tangannya.
Hingga sebuah cubitan membuat Alex menjerit, "aaaahhh … sakit Sayang."
"Makanya dengarkan aku," Stella pun duduk disamping Alex.
"Kevin sudah membawa istrinya ke rumah ini, apa kakak yang menyuruhnya?"
Alex terkejut, "Benarkah? Aku pikir besok baru mereka tiba,"
"Jadi kakak sudah tahu?"
Alex mengangguk, "dan aku juga belum memberitahumu, dari mana kamu tahu tentang pernikahan Kevin?"
"Beritanya terdengar santer terdengar di rumah sakit, jadi bahan omongan para perawat dan pegawai di sana."
"Kita bicarakan besok lagi, aku ingin istirahat,"
Alex pun beranjak menuju kamar mandi.
🤭🤭