Season dua dari novel "AKU KAH ANTAGONISNYA"
tentang perjalanan cinta Beatrice dan Sankara setelah menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chykara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 Sadar
"Lucas... Nama nya Lucas" suara lirih menjawab pertanyaan yang tidak di ketahui oleh Beatrice jawaban nya tersebut.
Mendengar jawaban lirih tersebut Liam dan Beatrice menatap ke satu titik yang sama, yaitu ranjang Melissa.
Wajah mereka berdua langsung merona bahagia saat melihat senyum kecil menghiasi bibir wanita yang baru saja membuka mata nya tersebut setelah tertidur lebih dari 12 jam.
"Melissa..."
"Kakak...."
Suara dua orang itu sama sama memanggil Melissa dengan ekspresi bahagia yang sama.
Liam segera duduk di sisi ranjang sedang kan Beatrice berlari menuju pintu.
membuka pintu dan menatap pengawal penjaga pintu dengan mata berbinar penuh Kebahagiaan.
"Katakan pada yang mulia putra mahkota jika yang mulia putri mahkota sudah sadar, dan panggilkan dokter juga untuk mengecek kondisi putri mahkota" perintah Beatrice pada salah satu dari dua orang ksatria yang bertugas menjaga pintu.
"Baik yang mulia archduchess" jawab nya.
Dengan langkah besar dia berjalan meninggalkan pintu untuk melakukan perintah dari Beatrice.
***
"Dia tetap tidak buka suara yang mulia, bagaimana kalau pakai cara kasar? Penyiksaan?" seorang penjaga penjara bertanya pada Arthur.
Arthur menghela nafas ranjang, dia selama ini terkenal paling anti dengan penyiksaan di penjara hanya agar para pelaku mengaku, apa lagi jika pelaku nya perempuan.
Rasa nya dia tidak sanggup meletakkan tangan kekerasan di tubuh seorang wanita, tapi dengan anak dan istri nya yang menjadi korban, Arthur mulai sedikit kalap dan sudah mempertimbangkannya memakai cara kekerasan untuk memaksa gadis di depan nya berbicara.
Putra mahkota Arthur keluar dari sel dan berjalan mendekati dinding yang menjadi tempat menggantung kan beberapa jenis alat penyiksaan, putra mahkota mengambil sebuah penjepit kecil.
Dengan langkah kecil dia kembali masuk ke dalam sel dan berjongkok di depan gadis itu, nyali gadis itu langsung menciut saat melihat penjepit yang di pegang oleh Arthur.
"kesempatan terakhir..." ucap putra mahkota dengan suara dingin penuh amarah.
Suara decitan pintu sel yang di buka melerai ucapan Arthur. Dia melihat kebelakang dan melihat seorang prajurit di sana.
"Yang mulia, penjaga pintu yang mulia putri mahkota datang membawa kabar" ucapan seorang pengawal melerai pergolakan di hati Arthur.
"Persilahkan masuk" ucap Arthur dengan suara kasar. Dia segera berdiri dan mendekati pintu sel.
"Ada kabar apa?" tanya Arthur tanpa menoleh pada pembawa pesan tersebut.
"Yang mulia archduchess memerintahkan saya memberi tau yang mulia putra mahkota kalau putri mahkota sudah bangun." lapor nya dengan jelas.
Mendengar itu kemarahan yang membara di dalam dada Arthur perlahan mulai memudar, rasa sakit nya perlahan menguap.
Senyum kecil terukir di bibir nya.
"Terima kasih atas berita nya, kembali saja ke pos mu, saya segera datang" ucap Arthur
"Baik yang mulia" jawab nya sambil meninggalkan sosok Arthur.
Arthur menatap wanita yang menjadi pemanjangan tangan orang yang berniat mencelakai anak dan istri tersebut.
"Jadi bagaimana rasa nya gagal melakukan tugas yang di berikan pada mu, istri saya sudah sadar, anak saya juga sehat, sedangkan kau meringkuk di dalam penjara, jika saja kau membuka suara mungkin saja saya bisa sedikit mempertimbangkannya pengurangan hukuman mu, silahkan fikir kan dahulu, saya kembali lagi nanti malam" ucap Arthur sambil membalikkan tubuh dan berlalu meninggalkan penjara yang lembab tersebut.
Sankara segera mengikuti langkah putra mahkota, kedua nya berjalan meninggal kan sel wanita muda itu dengan langkah besar.
melewati tangga licin penuh lumut untuk menuju kamar putri mahkota.
Putra mahkota merasa tidak sabar, dia merasa jarak kamar putri mahkota sangat jauh.
***