Ryo Seorang Idola Boy Band yang merupakan pewaris utama Rumah sakit terbesar di negara yang sedang menikmati masa puncak karirnya sebagai Idola. Ia yang dikagumi kaum hawa bak seorang pangeran pujaan selalu bermain dengan gadis manapun yang mau menyodorkan tubuhnya untuk ia nikmati.
Ciuman dengan seorang gadis biasa yang ia temui saat menari balet, membuatnya merasakan hal yang berbeda. Menemukan adanya seorang gadis yang tak mengidolakan bahkan membencinya, membuat Ryo seakan tertantang.
Penasaran dengan gadis yang menolaknya membuat Ryo justru larut dalam perasaan yang membuatnya merasakan namanya kerinduan.
Namun dihati sang gadis, justru terpatri nama Bams yang merupakan sahabat Ryo. Bams yang justru tak menyadari perasaan sang gadis justru hanya merasa kasihan pada gadis malang itu.
Novel vol.1 telah tamat. Sekarang berlanjut pada vol.2 dimana banyak terungkap hal mengejutkan!
Menguji kembali cara Ryo, Aira, Bams & Kiky mencintai pasangan mereka masing masing
CARAKU MENCINTAIM
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafila Asda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balerina
“krrriiiinnnggggg..” alarmnya berdering membangunkan Aira dari mimpi.
Seperti biasa, ia mempersiapkan sarapan dan bekal. Mempersiapkan segalanya sebelum berangkat kerja pagi itu. tak ada sedikitpun bayangan wajah Ryo yang mengganggu pikirannya. Kehidupan hari harinya tetap seperti biasa. Meski ia telah berduaan dengan seorang Ryo Boys yang tak pernah dianggap sedikit pun oleh Aira.
Aira mengayuh sepedanya pelan, tiba tiba terpikir akan Ryo yang mungkin akan ia temui lagi hari ini. kemudian dengan semangat ia mengayuh sepedanya, berharap sampai di ME dengan cepat. Bukan untuk menemui Ryo, tapi ia ingin menyiapkan ruangan agar tidak bertemu Ryo hari ini.
Baru saja Aira memasuki gedung ME, ia menyiapkan peralatannya. Bekerja sebelum makhluk makhluk ME mulai memadati gedung itu. Saat ia menuju ruang latihan, ada Bams yang menunggu dengan sandwitch menggiurkan.
“mau sandwitch gak?” ucap Bams menunjukkannya
“waaahhh..!” Aira tersenyum melihat itu dan matanya seperti terlihat begitu menginginkan.
Bams tertawa melihat tingkah Aira yang hari ini seperti itu. jarang sekali ia terlihat imut. Karena kadang ia terlalu serius. Setelah hari itu, hari dimana ia menceritakan tentangnya, Aira merasa sangat nyaman dengan Bams. Ia merasa tidak ada yang perlu ia tutupi ataupun ia sembunyikan lagi dari idolanya itu.
“hemmmmm.. ?” Bams menatap curiga dengan sikap Aira hari ini
“what?” liriknya
“pulang jam berapa tadi malam?” tanya Bams pura pura cuek.
“jam sembilan” jawabnya santai
“ku pikir sampai malam banget” Bams memang memikirkan Aira akhir akhir ini. Mereka pun berjalan menuju balkon. Aira membuat kopi dan menikmati sandwich itu bersama Bams. Aira sangat menikmati sandwitch dari Bams. Baginya makanan itu sangatlah lezat di lidahnya. Bukan karena rasa, tapi karena dari siapa makanan itu.
“Nanti malam berarti bisa dong?” tanya Bams
“aku usahain bisa deh!” jawabnya lagi
“tempatku kotor banget sudah” karena Bams meminta pembantunya untuk tidak membersihkan.
“kan kamu udah terbiasa gitu” canda Aira
“pinter ngomong dia sekarang!” kembali menekan kepala Aira
“lama lama aku tambah pendek” ucapnya melepaskan tangan Bams
Bams tertawa diikuti kekehan Aira.
“suka?” tanya Bams menanyakan sandwitch yang dinikmati Aira
Ia mengangguk sambil kembali menggigit makannya.
“besok besok ku belikan lagi!” ucapnya
“asyiikkk!” jawab Aira dengan mulut penuh
“potong gaji tapinya” ucapnya
Aira melirik dengan tatapan membunuh.
“hahahahahaha” Bams tertawa lepas melihat lirikan mata Aira.
Entah apa yang dirasakan Bams. ia merasa begitu nyaman saat bersama Aira. Mungkin karena Aira berani mengatakan tidak, protes, melirik tajam, merajuk dan berbagai hal sikap yang ia tunjukkan. Sedang bersama Kiky, Bams merasa seperti bersama seorang hamba yang selalu menuruti dan memanjakan dirinya.
*
*
Kegiatan latihan para boy band dan girl band berlangsung seperti biasa. Tidak ada yang spesial atau pun kurang. Aktivitas Aira kembali seperti semula. Ia tidak lagi melihat Ryo dengan tatapan kebencian atau menunjukan ketidak sukaan. Ryo melihat Aira yang bersikap biasa merasa senang. Ia merasa akhirnya mampu menaklukkan kebencian Aira. Bagi Aira ciuman Ryo dan dia hanyalah sebuah kesalahan yang tidak disengaja. Mungkin seperti ia terserempet mobil saat bersepeda. Meski Ryo tidak merasa bersalah atas kejadian itu, tapi baginya lebih baik melupakan semua itu dari pada ia harus terus mengingat dan membuat lelah.
Hari ini Ryo tidak mendekati Aira sama sekali. Baginya jika cewek itu terlalu dikejar, ia justru akan meninggalnya. Ia ingin Aira merasa penasaran dengan sikapnya. Tapi hal itu tidak bagi Aira. ia hanya memandang satu orang disana, Bams. Jadi mau Ryo melihat dia atau tidak, baginya tidak ada artinya sama sekali.
Ryo, Aira & Bams hari ini merasa senang. Mereka masing masing merasakan perasaan mereka sendiri.
“Aira sadar..! sadar ..! sadar!” ucapnya sendiri saat membersihkan rumah. Ia terus teringat senyum dan tatapan hangat Bams.
Keesokan hari, Aira memasuki gedung dan berharap ada Bams yang menunggu. Tapi ia kecewa. Ia diberitahu hari itu tidak ada jadwal latihan karena Bams mendapat undangan pada sebuah acara live di salah satu televisi.
Ryo terus mengawasi tingkah Aira. Bahkan saat berada satu ruangan dengannya, Aira seakan tak menganggap Ryo berada disana.
*Sial! Gue cuekin dia malah tambah cuek ma gue! * Benak Ryo kesal berjalan menuju ruang istirahat.
Ia berbaring di sofa besar. Tak ada kegiatan hari ini membuatnya merasa bosan.
*Kok bisa ya dia gak suka ma gue? Apa gue deketin aja ya tu cewek? *Benak Ryo berkecamuk menghadapi sikap Aira yang memang tak pernah peduli padanya.
Saat berada di persimpangan koridor. Aira mengecek tas untuk mengambil ponsel yang berdering terdengar sebuah pesan masuk. Tapi Ryo mengejutkannya dengan muncul tiba tiba.
“hai!” ucapnya tiba tiba muncul.
Aira menjatuhkan tas miliknya. Kotak bekal Aira pun terlempar dan hampir saja terbuka.
Ryo meminta maaf dan bergegas membantu Aira memungut barang barangnya yang berserakan.
“Sorry Sorry...” ucap Ryo berkali kali
Aira meliriknya dengan tatapan datar. Ia kembali memungut barang barangnya.
Saat posisi Ryo mengambil kotak bekal yang membelakangi Aira. Ryo yang selalu penasaran akan sesuatu, membuka bekal Aira yang hanya terdiri dari nasi putih dan Telur dadar. Ia menutup kembali dan mengembalikan pada Aira dengan perasaan sangat sedih.
Ia akan makan itu seharian. Benar Ryo
Ryo menatap Aira. ia teringat suara perut Aira saat bersamanya. Ia baru sadar bagaimana mungkin Aira tidak lapar pada jam segitu. Dengan bekal makan yang ia bawa tidak akan cukup untuk aktivitas melelahkannya seharian, apalagi hingga malam hari. Ada rasa bersalah di dalam benak Ryo saat tiu.
Aira selesai memasukkan semua barangnya ke dalam tas. Ia berlalu begitu saja dan meninggalkan Ryo dengan hati miris.
Aira mengepel di salah satu ruang di lantai enam. Ia sendirian disana. Hari ini rasanya sangat sepi baginya. Bamsnya tidak disana, semangatnya seakan menghilang. Saat selesai, Aira memilih sendiri di balkon dekat ruang yang ia bersihkan. Sejenak beristirahat melepas lelah beban batin dan kerjaannya.
“mikirin apa sih?” Suara Ryo mengagetkan yang tiba tiba muncul di belakang Aira.
Ryo memberi minuman berenergi ke Aira. Sama seperti yang dulu diberikan oleh Bams. Ia melihat botol minuman itu sejenak.
“hem?” Ryo kembali menawarkan agar Aira mengambil.
Aira mengambil. Tapi setelah itu Ryo mengambil kembali minuman itu dan membukanya untuk Aira. sejenak Aira melihat ke arah Ryo. Tapi ia tidak mengatakan apapun.
“Thanks” ucapnya selesai meminum beberapa tegukan
“kamu pernah jadi balerina?” tanyanya tiba tiba
Nah mula deh sesi tanya tanyanya.. Benak Aira
Aira menoleh ke Ryo yang menanyakan itu santai
“hemm.." angguknya dan melihat pemandangan kebun belakang dari atas sana.
“kenapa berenti?” tanyanya lagi
“udah gak cocok sama hidupku lagi!” jawabnya biasa dan terdengar sedih
Ryo melirik Aira sejenak yang menunduk melihat botol minuman yang diberikan Ryo.
“kamu sering latihan disana?” tanyanya lagi
Nah kan.. ni orang keponya kebangetan! Benak Aira
“hemm..!” hanya kata itu yang keluar dari mulutnya.
Aira mencoba untuk tidak terlalu menanggapi omongan Ryo. hem, gak, ya, seakan menjadi kata kata ketika pertanyaan pertanyaan Ryo terus keluar. Karena mengobrol dengan Ryo terasa sangat membosankan bagi Aira. Mungkin karena ia yang sangat tidak menyukai Ryo selama ini.
*jangan lupa kasih komen dan like nya*..
*apalagi bisa kasih author secangkir kopi.. author lebih senang lagi*..
\*makasih buat yang mau baca novel Author.. saran dan masukan akan sangat membantu author yang masih amatiran ini .. \*
*love you all*