Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alaina alaisa
..."Saat kamu fikir hari-harimu telah usai, ketahuilah akan datang suatu hal yang baru, yang akan merubah semua ke seharianmu"...
Seperti hari-hari sebelumnya aku jalani hari-hari seperti biasanya, dan seperti hari-hari sebelumnya aku menikmati keindahan hidup tanpa bisa melihatnya. oh Tuhan, aku ingin bisa melihat bagaimana rerumputan bergerak, burung-burung mengepakkan sayapnya, dan bintang-bintang indah yang ada dilangit sana. Aku ingin melihatnya, melihat segala sesuatu yang ada, dan melihat wajahku sendiri. Meski aku masih bisa melihat sekelilingku menggunakan pengelihatan batin, namun tetap saja itu tak sama seperti yang ada di kenyataannya.
..."Terimalah dan banggakan lah apa yang kamu miliki, meskipun kamu tidak memiliki apa apa selain dirimu sendiri."...
Waktu terus berlalu, kehangatan matahari mulai pudar menandakan hari ini akan segera berakhir dan malam pun tiba membawa sedikit perbedaan, ada yang beda dengan malam ini dengan malam-malam sebelumnya, yaitu cahaya bulan seakan akan lebih terang dari malam-malam sebelumnya, semoga saja itu menandakan hal-hal baik akan segera datang.
"Manusia tidak pernah benar-benar sendirian, ketika ia masih memiliki hatinya (sendiri)."
Di pagi hari yang cerah, ketika aku hendak keluar untuk mencari udara segar, aku merasa ada sesuatu yang tergeletak di depan teras rumahku, dari yang aku rasakan melalui sihir ku, itu seperti seorang manusia. Aku terkejut selama ini aku belum pernah bertemu manusia lain selain mendiang ibuku disini, aku pun menghampirinya bersama dengan Reno, karena perasaan ingin tahu yang melonjak tinggi, akupun meraba-raba tubuhnya untuk mengeceknya.
"Apa ini?," Ketika aku tidak sengaja menyentuh bentuk yang asing dan aneh dari tubuhnya, namun setelah aku periksa, ternyata tubuhnya terluka parah dan berlumuran darah, seketika itu aku jadi teringat kembali kenangan pahit 3 tahun yang lalu, saat ibuku mati tepat di pelukanku. Pikiran ku menjadi kacau dan rasa traumatis membuat kepalaku menjadi sakit, aku langsung menghindar dan meringkuk teringat itu semua.
Namun dalam beberapa saat aku tenangkan fikiran ku dan mendekatinya lagi, atas semua yang telah terjadi padaku membuatku tidak ingin kehilangan sesuatu lagi meskipun itu adalah orang asing yang belum pernah aku temui, lalu aku langsung mengambil kain untuk membersihkan luka-lukanya.
Reno berkata. "untuk apa kamu menyelamatkan orang ini, bisa saja dia adalah orang yang jahat, bagaimana jika dia sudah tersadar dia akan membunuh kita semua?!", aku hanya menjawab, "Tidak akan, percayalah padaku!" Karena aku merasa yakin jika membiarkan orang asing itu begitu saja adalah hal yang salah, mungkin ibu juga akan melakukan hal yang sama jika dia berada di posisiku, dan di sisi lain aku sedikit merasa senang karena baru pertama kali bertemu dengan seseorang.
Setelah aku membasuh luka-lukanya dengan air dan menutupinya dengan kain, aku hendak igin memindahkan orang asing ini ke dalam rumah, namun aku tidak sanggup untuk memindahkannya.
Aku pun memiliki ide untuk menyeretnya dengan bantuan dolki, akupun memanggil dolki dengan sebuah siulan "fiuwiiit..." Tak lama dolki pun datang. Akupun langsung mengambil dali dan mengikat kedua tangan orang itu ke badan dolki, dan "dolki" pun berhasil menariknya kedalam rumah.
Sebenarnya Reno selalu memperdebatkan apa yang aku lakukan terhadap orang asing ini, menurutnya aku terlalu perduli terhadap orang asing ini, namun aku menjelaskan apa yang ada dipikiran ku, bahwasanya diriku sangat senang bisa bertemu dengan seseorang baru, karena selama ini itu salah satu hal yang aku inginkan, memiliki seorang teman.
Reno memang di tugaskan oleh ibuku untuk selalu menjagaku dan menasehati ku ketika aku melakukan kesalahan, dan hanya Reno satu-satunya yang mengetahui segalanya tentang keluargaku, namun setiap aku mempertanyakan hal-hal yang ingin aku ketahui, Reno selalu menolak untuk memberi tahu, dan selalu mengatakan bahwa waktunya belum tepat untuk aku tahu.
Hari pun berlalu, sudah dua hari dari hari dimana aku menemukan orang asing itu, aku selalu rutin mengganti kain dan membasuh lukanya, namun hingga kini dia tak kunjung sadarkan diri, mungkin lukanya cukup parah dari yang aku kira, sehingga butuh waktu lama untuknya tuk pulih. Namun dalam ketidaksadaran nya beberapa kali ia berteriak resah di sela-sela waktu, menandakan bahwa hal buruk telah menimpanya.
Aku bertanya pada Reno apa yang bisa membuat orang asing itu cepat tersadar, namun lagi lagi Reno enggan memberitahu dan mengalihkan pembicaraan kami, namun aku menyeletuk kepadanya tentang bagaimana jika aku memberikan ramuan milikku kepada orang asing itu, namun Reno seketika marah dan berkata. "walaupun itu akan bisa membuatnya tersadar namun akan mengurangi sisa obatmu, apa kamu lupa betapa berharganya obat itu dan bagaimana cara ibumu mendapatkannya dengan susah payah! Jangan membuang-buang suatu hal yang penting untuk orang yang tidak di ketahui asal-usulnya" Mendengarnya akupun termenung dan memupuskan niatku untuk memberikan sebagian obatku kepada orang asing itu, mengingat memang Betapa sulitnya mendapatkan obat itu sampai harus kehilangan nyawa ibuku.
"Kamu tidak akan bisa menahan hatimu, ketika itu sesuatu yang benar-benar ingin ia kehendaki."
Dalam kesunyian malam, orang asing itu kembali berteriak, "Ayah! Biarkan aku kembali pada ayahku!" Itu sangat mengejutkanku, dan membuatku terbangun dari tidurku, aku pun menghampirinya dan mengelus kepalanya, dan betapa banyaknya keringat yang keluar dari tubuhnya, aku merasakan keresahan yang amat mendalam dari dirinya.
Sedikit ragu aku kembali memikirkan untuk meminumkan sebagian obatku ke pada orang asing itu, dan menanyakan apa yang telah terjadi kepada dirinya.
Satu hal yang benar-benar menganggu ku dalam keraguan adalah akan datangnya hari dimana mataku sangat terasa sakit, yaitu di setiap hari ulang tahunku, aku dibuat gundah gulana dengan keadaan saat ini, memikirkan untuk memberikan obatku atau tidak. Waktu terus berlalu dan ia kembali berteriak, membuatku ingin segera membuatnya tersadar, akupun membulatkan tekad ku dan berkata pada diriku sendiri, "jika waktunya itu tiba biarlah tiba aku pasti bisa menahan sakitnya kali ini!" Akupun segera menuangkan ramuan ku ke dalam mulutnya dan memaksa dia untuk menelannya.
Namun Reno melihat hal yang telah aku lakukan dan seketika itu pula ia marah kepadaku. "Apa yang kamu pikirkan alaina! Bagaimana denganmu nanti?! Aku tidak habis fikir". Akupun terdiam sejenak dan menjawab perkataan yang "tenang saja Reno, kali ini aku pasti bisa menghadapi rasa sakit itu, percaya padaku" Mendengar itu Reno tidak bisa berkata apa apa lagi, mungkin dia sudah kehabisan kata-kata untuk memarahiku.
Tetapi jujur memang aku sebenarnya sedikit ragu apa bisa nanti aku bertahan dengan sisa obat yang tersisa hanya sedikit, mengingat dengan meminum obat itupun aku masih merasakan sakit yang hebat di kepalaku. Tapi aku yakin di hari kelahiranku nanti aku bisa menahannya, karena aku sudah bukan anak kecil lagi, aku sudah dewasa usiaku sekarang 17 tahun.
"Pengorbanan adalah seni hidup,dan selama kita hidup pengorbanan itu takan pernah terelakkan"
"Berjanjilah padaku untuk tidak mengatakan apapun ketika ia sadar nanti Dan jangan coba-coba menyakitinya, jika kamu mengatakannya aku akan pergi ke dalam hutan itu lagi" Aku sedikit mengancam Reno, karena jika tidak seperti itu Reno akan melakukan sesuatu terhadap orang asing ini. Lalu Aku kembali ke kamarku untuk tidur, semoga saat esok pagi tiba, orang itu sadarkan diri.
"Keajaiban benar-benar ada jika kamu benar-benar mempercayainya".
Esoknya aku kembali mengecek keadaan orang itu dan menggantikan kain yang menutupi lukanya, dan seperti yang kita ketahui bahwasanya orang itu belum sadarkan diri, akan tetapi sepanjang malam ini ia tidak lagi berteriak secara tiba-tiba seperti sebelumnya, sepertinya obatku bekerja dengan baik, mungkin nanti atau esok ia akan segera tersadarkan. Setelah aku selesai mengganti kainnya aku pergi ke belakang rumah untuk memanen beberapa sayuran untuk di masak, selama ini aku mengandalkan kebun yang ada sebelumnya untuk makan aku sehari-hari. Seperti yang kalian tahu walaupun aku buta aku masih bisa melihat menggunakan sihir yang telah aku pelajari dari ibu, jadi untuk ke seharianku, berkebun dan hal lainnya aku bisa melakukannya sendiri, walaupun terkadang-kadang juga aku kesulitan, karena aku belum mampu sepenuhnya menguasai mana sihir, karena penyakit ku menghambat perkembangan tubuhku.
Setelah aku selesai memanen beberapa sayuran aku kembali ke rumahku, saat sampai depan rumah Reno berkata bahwa orang itu sudah sudah sadarkan diri, aku pun langsung menaruh sayuran-sayuran itu diatas meja, dan langsung bergegas jalan kearahnya dan memegang pundaknya dengan perlahan, dia pun seperti terkejut akan kehadiranku, akupun menanyakan keadaanya, dan ia menjawab "iya" Sepertinya dia sudah baik-baik saja. Entah karena kelelahan atau terlalu bersemangat, kepala ku sedikit pusing, akupun kembali ke ruang tamu untuk duduk dan istirahat, ternyata dia mengikuti ku, mungkin dia penasaran atau ingin mengucapkan terimakasih kepadaku.
Kepadanya aku menanyakan tentang mengapa ia sampai bisa berakhir tertidur di depan rumahku, namun ketika aku tanya demikian, ia tidak menjawab sama sekali, ia hanya terdiam , gelagatnya seperti orang kebingungan, aku bisa merasakannya dari aura yang terpancar darinya, aku bisa merasakan aura seseorang.
"aura tu seperti cahaya, kadang cahaya itu terang, kadang meredup dan kadang cahaya itu seperti kobaran api dll".
Aku mengerti ia tidak bisa menjawab mungkin karena dia baru saja pulih, dan tidak mengerti situasinya, aku memakluminya dan mengatakan kepada dia bahwa tidak apa-apa jika tidak ingin mengatakan apa yang telah terjadi kepada dirinya, karena bagiku juga seseorang pasti memiliki sebuah rahasia.
Setelah aku merasa cukup beristirahat aku pergi ke dapur untuk memasak, aku sudah cukup lapar. Namun ketika aku sedang memilih beberapa sayuran, suara bising serangga yang terbang di dekat telingaku mengejutkan aku, karena aku sedikit takut pada serangga. lalu akupun terjatuh dan sayur-sayuran nya jatuh berceceran. Mungkin seketika aku terjatuh orang asing itu mendengarnya, ia pun datang untuk membantuku. Aku yang terkejut akan kehadirannya merasa gugup dan secara reflek tubuhku menghindar darinya. Ia pun meminta maaf dengan tindakannya yang secara tiba-tiba mengagetkanku, dan aku memakluminya.
Jantungku berdebar sangat kencang, ini adalah hal pertama kali yang aku rasakan, aku tidak tau harus berbuat dan berkata apa kepadanya, susananya menjadi sedikit canggung.
Ia menanyakan apa yang ingin ku lakukan dan ia berkata lagi, bahwa ia ingin membantuku memasak, sebagai tanda terimakasihnya karena aku telah menyelamatkannya, dan ia menanyakan mengapa tidak memotong terlebih dahulu sayurannya, akupun menjawab aku kesulitan memotong sayuran, padahal aku hanya salah tingkah.
Aku sangat merasa senang dan juga merasa gugup, karena aku merasa bahwa terkadang ia seperti memandangi diriku, dan terkadang wajahnya terasa begitu dekat sampai-sampai nafasnya bisa terdengar olehku, sepertinya ia memang memperhatikan aku. Sungguh ini menjadi pengalaman baru untukku, aku tidak menyangka bahwa bertemu dan bicara dengan seseorang bisa membuat jantung dan hatiku berdebar-debar tidak menentu.
Dari penilaian sesaatku, bahwa ia adalah orang yang baik dan lugas, dan auranya saat ini memancarkan cahaya yang hangat, cahaya yang hampir sama seperti ibu, kami pun berbincang-bincang seputar nama sayuran yang sedang kami masak, namun aku pun memberitahunya bahwa akupun tidak tahu apa nama masakan yang aku masak.
Setelah masakan itu matang, kami pun lekas menyajikannya dan memakannya bersama-sama, akupun berterimakasih atas makanan yang telah dibuat olehnya, mengingat bahwa kita sama-sama belum tahu nama satu sama lain, akupun mengajaknya untuk bertukar nama, namun dia terdiam dan tak lama ia berkata bahwa ia tidak tahu siapa namanya, siapa dirinya dan tidak tahu apa yang telah terjadi padanya, sehingga ia bisa berada disini.
Akupun sedikit terkejut mendengarnya, bagaimana bisa ia melupakan sesuatu yang begitu penting pada dirinya, akupun diam sejenak memperhatikan aura yang terpancar dari tubuhnya, dan aura itu masih memancarkan aura yang sama seperti sebelumnya, karena jika seseorang itu sedang berbohong ataupun sedang marah cahaya aura itu akan berubah, dan semisalnya orang itu sedang bohong atau ragu-ragu cahaya itu akan sedikit meredup dan ber-ubah ubah warnanya, dan dari itu aku mempercayai semua yang ia katakan.
Namun ia merasa aneh ketika aku mempercayainya begitu saja dan ia mempertanyakan mengapa aku mempercayainya begitu saja, ia berkata bahwa, bisa saja bahwa dirinya sebenarnya orang jahat yang akan melakukan sesuatu pada diriku. Akupun menjelaskan apa yang membuat aku bisa percaya kepada dirinya, dan ia pun menerima penjelasanku dengan baik.
Mengingat bahwasanya ia tidak memiliki nama, aku pun memiliki ide untuk memberikannya sebuah nama, dan aku benar-benar ingin sekali memberikannya sebuah nama, aku sangat bersemangat untuk itu. Namun ketika aku mengajukan itu, ia diam tidak menjawabnya, akupun sedikit memaksanya, dan ia pun akhirnya menyetujui bila ku menamai dirinya, seketika akupun langsung bersemangat.
Aku pun berdiri sambil memikirkan nama yang ingin aku berikan kepadanya, namun terbesit di hati untuk sedikit menjahilinya, akupun menyebutkan bahwa namanya sekarang adalah gelas, namun ketika ia mendengar itu ia pun langsung menolaknya dengan nada yang terdengar lucu, akupun tertawa mendengarnya. Ini sangat mengasikkan untukku. Akupun melanjutkan memikirkan nama yang pantas untuknya, dan akupun menyebutkan semua benda yang aku sentuh seperti, "Sendok!, piring, centong &garpu" Ia pun langsung men celoteh dan berkata aku hanya main-main dengannya, sepertinya ia sedikit kesal padaku, tapi aku sedikit menyukai reaksinya, aku sangat suka permainan ini.
Namun terbesit sebuah nama yang pas untuk menggambarkan sosoknya yang lugas,baik dan jujur, nama itu adalah Ali, dan akupun langsung memberikan nama itu kepadanya, dan mendengar itu ia pun menyetujuinya, nama yang cukup bagus anggapnya. Namun lagi-lagi terbesit di benakku untuk menjahilinya lagi, dengan memberikan nama tambahan dibelakangnya, yaitu Ali sendal jepit.
..."Kebahagiaan tak selalu datang tepat waktu, namun terkadang kebahagiaan muncul di waktu yang tepat."...
Sungguh betapa bahagianya hari ini, mungkin ini adalah pertama kalinya aku kembali mendapatkan kebahagiaan setelah mendiang ibuku. Ini pengalaman pertama yang sangat berkesan di hati, tak ada kesia-siaan sama sekali telah membagi separuh obatku kepadanya. aku syukuri aku telah melakukan hal yang tepat, untuk masalah penyakitku nanti, serahkan saja semua itu pada takdir, dan aku tidak akan pernah menyesalinya sama sekali.