NovelToon NovelToon
Darknight In Jakarta

Darknight In Jakarta

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Zombie / Horror Thriller-Horror / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yes, me! Leesoochan

Jakarta, di tengah malam yang sunyi, kedamaian tiba-tiba pecah oleh suara gemuruh menakutkan dari kejauhan. Para remaja —terbangun dari tidur mereka hanya untuk menemukan kota diselimuti kegelapan mencekam. Bayangan-bayangan mengerikan mulai merayap di sudut-sudut jalan; mereka bukan manusia, melainkan zombie kelaparan yang meneror kota dengan keganasan tak terkendali. Bangunan roboh dan jalanan yang dulu damai berubah menjadi medan perang yang menakutkan. Para remaja ini harus menghadapi mimpi buruk hidup mereka, bertarung melawan waktu dan makhluk-makhluk buas untuk bertahan hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yes, me! Leesoochan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21

Langit mulai gelap, cahaya senja yang tersisa di luar perlahan memudar, menyisakan hanya kegelapan yang menyelimuti koridor sempit dan berdebu dalam gedung tua itu. Nafisah dan Nizam saling bertukar pandang dengan wajah tegang. Udara terasa lembap dan napas mereka terdengar jelas di tengah keheningan mencekam.

"Aku tidak suka ini," Nafisah berbisik, "Kenapa aku setuju untuk ikut? Ini bisa jadi sangat berbahaya. Tapi... aku tidak bisa mundur sekarang. Kita butuh informasi. Mereka bergantung padaku." jarinya meremas senter kecil di tangannya. Cahaya lemah dari senter itu memantul di dinding-dinding kusam, memperlihatkan lukisan-lukisan usang yang seolah mengawasi mereka. "Suara itu... tidak terasa seperti zombie biasa."

Nizam mengangguk, mata tajamnya menatap lurus ke depan. "Kita harus tahu apa yang ada di bawah," ujarnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada Nafisah. Tubuhnya kaku, tapi ia melangkah maju dengan hati-hati, langkahnya nyaris tak bersuara di lantai kayu yang berderak.

Saat mereka sampai di ujung koridor, Nafisah dan Nizam menemukan sebuah pintu terkunci. Pintu itu terbuat dari baja, tidak seperti yang lain. Nafisah mencoba mendorongnya, tapi tidak bergerak.

Nizam mengerutkan alis, "Ini aneh. Pintu ini terlihat lebih baru dari yang lain. Kenapa ada pintu seperti ini di gedung tua?"

Nafisah memeriksa kunci itu sejenak, jari-jarinya yang cekatan menemukan celah. "Aku bisa coba membukanya. Beri aku waktu."

Dengan keringat dingin mengalir di pelipisnya, Nafisah akhirnya berhasil membuka pintu tersebut. Engsel pintu berderit, dan mereka melangkah masuk ke ruangan yang gelap gulita.

Suasana berubah seketika. Bau zat kimia yang tajam menusuk hidung mereka, dan saat senter menyala, ruangan itu terungkap sebagai laboratorium tua yang dipenuhi dokumen berserakan dan alat-alat medis yang berdebu. Beberapa mesin tampak ditinggalkan dengan terburu-buru, kabel-kabel berserakan di lantai.

"Ini... laboratorium?" Nafisah bertanya setengah berbisik, matanya terbelalak, memindai ruangan dengan cepat. "Apa yang mereka lakukan di sini?"

Nizam mendekati tumpukan dokumen yang tergeletak di meja. "Lihat ini..." katanya, menunjuk pada sebuah diagram yang penuh dengan catatan ilmiah. "Ini penelitian tentang zombie."

"Mereka tahu lebih banyak dari yang kita kira. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik wabah ini."

Nafisah segera menyambar dokumen itu, matanya menyusuri setiap baris dengan cepat. Suaranya terdengar penuh kekaguman, tapi juga ketegangan. "Lihat ini. Mereka meneliti struktur biologis zombie. Ada catatan tentang kelemahan mereka..." Nafisah menelan ludah, matanya membesar saat ia menemukan catatan penting.

"Zombie bereaksi negatif terhadap cahaya terang dan suara tinggi," katanya dengan nada hampir tidak percaya. "Ini bisa menjadi kelemahan besar mereka. Jika kita bisa memanfaatkan ini… kita punya peluang lebih besar untuk bertahan!"

Nizam mengangguk, senyum samar muncul di wajahnya. "Ini bisa mengubah segalanya."

"Ini harapan. Akhirnya, kita punya kesempatan lebih baik. Mereka semua harus tahu tentang ini... sebelum semuanya terlambat." pikir Nafisah.

Namun, kegembiraan mereka tak berlangsung lama. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki berat mendekat dari ujung koridor. Nafisah dan Nizam saling berpandangan dengan panik.

Langkah itu berat dan teratur, lebih seperti seseorang yang berjalan daripada zombie yang bergerak tak terkendali. Nafisah menahan napas, merasakan dadanya berdetak kencang.

"Apa itu?" bisik Nafisah dengan suara bergetar, tangannya gemetar di sekitar senter.

Nizam bergerak cepat, mendorong Nafisah ke sudut ruangan, bersembunyi di balik peralatan medis. "Diam. Jangan bergerak."

Mereka berdua menahan napas, telinga mereka tegang mendengar setiap langkah yang semakin mendekat. Nafisah menggenggam senter lebih erat, hampir berharap cahaya kecil itu bisa menyembunyikan mereka. Jantung mereka berdebar kencang, setiap detik terasa seperti selamanya.

"Apapun itu... ini bukan zombie biasa," bisik Nizam, matanya tajam memperhatikan pintu ruangan yang terbuka sedikit. Suara langkah itu semakin keras, semakin dekat. Lalu, tanpa peringatan, suara itu berhenti tepat di luar pintu. "Apakah dia tahu kita di sini?"

Nafisah dan Nizam berlari menyusuri koridor gedung tua itu, napas mereka terengah-engah dan keringat mengalir di wajah. Nafisah mencoba mengatur napasnya, tapi otaknya berputar liar dengan informasi yang baru saja mereka temukan.

"Harus cepat! Mereka harus tahu kelemahan zombie ini!" Nafisah bergumam pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan degup jantung yang masih tak terkendali.

Pintu besar aula terbuka, dan saat mereka masuk, mata semua orang langsung tertuju pada mereka.

"Nafisah, Nizam! Apa yang terjadi?!" teriak Arka, berdiri tegak dengan tubuhnya yang tegap, wajahnya penuh keringat dan kelelahan.

"Kita menemukan sesuatu-" Nafisah mulai berbicara, tapi tiba-tiba terdengar bunyi kaca pecah dari arah belakang, diikuti oleh jeritan yang menusuk telinga. Nafisah membeku. "Tidak mungkin..." desisnya, matanya melotot.

Zombie berhasil menembus pertahanan.

Arka berteriak lantang, "Semua orang, siapkan senjata kalian! Sekarang!"

Suasana langsung berubah menjadi kekacauan mencekam. Napas berat, jeritan, dan benturan keras bergema di aula itu. Semua orang bergerak cepat, berusaha mempersiapkan diri. Nizam segera meraih batang besi tua dari tumpukan benda-benda improvisasi yang mereka kumpulkan. Nafisah masih terpaku, otaknya berusaha memproses serangan mendadak itu. "Ini terlalu cepat. Kami belum siap... Apa kita akan selamat dari ini?"

"Fokus, Kak Nafisah!" bentak Nizam, menariknya keluar dari lamunannya. Nafisah mengangguk cepat, lalu meraih obeng besar yang tergeletak di dekatnya.

Tiba-tiba, pintu depan gedung itu terbuka lebar, menampilkan pemandangan yang lebih mengerikan-puluhan zombie bergerak cepat, dengan mata kosong yang berkilat di bawah cahaya bulan yang redup. Mereka berlari lebih cepat dari sebelumnya, jauh lebih ganas.

"Ini bukan zombie biasa," bisik Nafisah, suaranya tercekat oleh ketakutan.

Arka melompat ke depan, mengayunkan palu besar ke arah zombie pertama yang mendekat. "Kalian yang lain, bawa orang-orang ke belakang gedung! Cepat!"

Sebuah kursi besi melayang, menghantam zombie yang mendekat ke arah Gathan. "Sial! Mereka banyak sekali!" seru Gathan,matanya terbelalak, sementara dia mencoba bertahan dengan sisa tenaga yang ada.

Jasmine, yang berdiri tak jauh darinya, berteriak kencang saat salah satu zombie hampir meraihnya. Delisha, tanpa berpikir dua kali, mengayunkan tongkat besi ke kepala zombie itu, memukulnya mundur. "Jasmine, fokus! Kita harus bertahan!" serunya, suaranya penuh ketegangan.

Di sisi lain, Nizam berusaha sekuat tenaga menahan pintu dengan badannya yang penuh keringat. Nafisah, yang kini berdiri di sampingnya, mencoba memukul zombie yang mendekat dengan obeng besar di tangannya. Tapi jumlah mereka terlalu banyak.

Arka terus mengayunkan senjatanya, memukul kepala zombie satu per satu, tapi kelelahan mulai merayapi tubuhnya. Napasnya terdengar berat, tapi tatapan matanya tetap penuh tekad.

"Kita harus mundur sekarang!" teriak Arka, kakinya bergeser mundur saat ia memukul zombie lainnya. "Semua orang, ke bagian belakang gedung!"

Setelah pertempuran yang tampak tak berujung, mereka akhirnya berhasil menutup beberapa pintu dan menyegel beberapa jalan masuk dengan benda-benda berat yang tersisa. Napas mereka terengah-engah, tubuh penuh luka kecil dan keringat.

"Berhasil... untuk sekarang," Nizam menghela napas panjang, mencoba meredakan detak jantungnya yang tak terkendali.

Namun, Nafisah tiba-tiba menatap tajam ke arah kelompok. "Ini belum selesai. Ada sesuatu yang lebih buruk," katanya dengan suara serak, penuh kecemasan.

Arka menoleh, wajahnya masih menyiratkan kelelahan, tapi matanya menyala dengan kekhawatiran. "Apa maksudmu?"

"Kita menemukan sesuatu," Nafisah melanjutkan. "Zombie-zombie ini memiliki kelemahan terhadap cahaya terang dan suara tinggi. Tapi... ada sesuatu yang lebih kuat di luar sana. Sesuatu yang lebih cepat, lebih pintar. Aku tidak yakin kita bisa menanganinya."

Tiba-tiba, terdengar bunyi keras dari luar gedung. Semua orang membeku. Bunyi itu terdengar seperti langkah kaki yang berat- lebih teratur, lebih mengerikan dari sebelumnya.

"Kalian dengar itu?" tanya Delisha, tubuhnya gemetar, dan tatapan matanya penuh ketakutan.

Langkah kaki itu semakin mendekat, menggema di seluruh gedung, semakin dekat ke tempat mereka bersembunyi.

Nafisah menggenggam obengnya lebih erat, dan tubuhnya terasa kaku. "Itu dia... yang lebih besar dari zombie biasa."

Dan dalam keheningan yang mencekam, sesuatu yang sangat besar menjebol pintu dengan sekali dorong. Wajah mereka semua memucat.

"Siapkan diri kalian," kata Arka dengan suara rendah, pandangan matanya beralih ke pintu yang baru saja hancur. "Apa pun itu, kita harus hadapi."

1
Kardi Kardi
mereka berevolusi menjadi MODERN
Kardi Kardi: hmmm. evolusu
total 1 replies
Kardi Kardi
come on.guyssss. go goooo/Frown/
Kardi Kardi: come onnn/Grimace/
total 1 replies
Kardi Kardi
RUN SIRRRRR
Kardi Kardi
runnnnnn, girlssss. runnnn
Kardi Kardi
interesting building/Frown/
Kardi Kardi: hmmm. maybe/Slight/
total 1 replies
Kardi Kardi
come on teamsss
Kardi Kardi: yeach. come on🍄
total 1 replies
Kardi Kardi
wake up team
Kardi Kardi: yeachhh
total 1 replies
Kardi Kardi
COME ONNNN
Kardi Kardi: yeach fastttt
total 1 replies
Kardi Kardi
never give up teams🍄
Kardi Kardi: yeach. give uppp/Smile/
total 1 replies
Kardi Kardi
NEVER GIVE UPPP
Kardi Kardi
good work. never give up😎😇💞yeyyy
Edana
Memukau dan mencerahkan
Mehayo official
Lucu dan menghibur.
Laura Barón
Waktu baca jadi cepat berlalu, keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!