Jika tak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, Rayyan justru berbeda, karena semenjak melihat Mbak Tyas, dia sudah langsung menjatuhkan hati pada perempuan cantik itu.
Dan dia Rayyan Asgar Miller, yang jika sudah menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan cepat.
"Ngapain masih ngikutin? Kan tadi udah aku bayarin minumannya tah!?"
"Bayarannya kurang Mbak!" Rayyan menyengir lalu menunjukkan sebelah pipinya. "Kiss sepuluh kali dulu, baru aku anggap impas."
"Astaghfirullah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DB LIMA
Tyas baru ingin menutup pintu rumahnya, dia melihat beberapa pemuda mengikuti langkah kaki Rayyan. Tyas paham betul siapa mereka, komplotan pemuda badung di kampungnya.
Tyas yakin, mereka- mereka sengaja mengikuti Rayyan karena ingin merundung orang yang dianggap baru dan bisa dimintai uang untuk membeli minuman keras.
"Dimas!"
Tergesa- gesa Tyas masuk ke dalam, mengguncang keras tubuh Dimas agar ikut terbangun dan menemaninya keluar. Dimas yang masih kantuk, anak itu menurut ikut walau dengan gerakan malas.
Keduanya keluar tanpa sepengetahuan Bapak, lantas berjalan menelusuri jalanan sepi itu. Mata Dimas yang mengantuk, menjadi melek tiba- tiba setelah melihat aksi brutal calon iparnya.
Bukan terkesima, Tyas terduduk shock saking gemetarnya menyaksikan bagaimana Rayyan membenturkan dua kepala pemuda sekaligus.
Sepertinya Rayyan mengamuk karena tidak terima uangnya diminta. Jelas sudah sekarang siapa Rayyan Asgar, pemuda yang pandai membuat babak belur orang lain, sudah pasti bukan pemuda baik- baik.
"Ngomong lagi bangsadd?!"
Rayyan meneriaki telinga pemuda bernama Wira tersebut. Dia anak nakal di kampung ini, pemuda yang barusan bilang kalau Tyas itu produk mereka dan Rayyan wajib membayar upeti karena sudah berani memakai Tyas.
"Lo tahu, omongan sampah kalian ini bisa dipidanakan hmm?" Rayyan menangkis serangan dari belakang dengan kepala pria yang sekarang ada dalam cengkeramannya.
"Mbak Tyas!"
Rayyan segera menghentikan aksinya setelah melihat gadis itu berlari ketakutan. Dimas sempat mengacungkan jempol sebelum ikut Tyas berlari.
Bodoh! Tyas pasti mengira dirinya ini pemuda yang bregajulan, walau Rayyan akui itu benar karena Papa Mamanya di Jakarta pun sering mengeluhkan soal itu.
Rayyan memang bukan pemuda baik- baik yang alim. Di Jakarta musuhnya banyak, apa lagi di kampusnya, tapi soal niat, Rayyan yakin dia serius mau menikahi Mbak Tyas.
"Kita habisi Cok!"
Mendengar itu, mata Rayyan memastikan Tyas sudah kembali masuk ke rumah. Baru setelah itu dia lari menghindari empat orang sekawanan yang datang tiba- tiba.
Sepertinya dua pemuda yang dia buat babak belur menghubungi teman lainnya untuk mengepung dan membalas perbuatannya.
Rayyan berlari dengan tas yang dia tenteng di sebelah lengannya. Rayyan ingat, tembusnya jalan ini dia akan menemukan jalan raya.
Bukan takut, Rayyan lebih takut besok Tyas mendapatkan berita tentang dia membunuh salah satu warga kampung ini. Bisa gagal rencananya melamar gadis cantik itu.
"Berhenti woy, Asu!" Teriakan para pemuda yang mengejar justru membuat langkah lari Rayyan semakin kencang.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, seakan bumi pertiwi memihak padanya, ada pengendara motor berseragam ojek online yang menyatroni dirinya menawarkan tumpangan.
Tak pikir panjang lagi, Rayyan naik tanpa menunggu motor berhenti tenang. "Tarik gasnya, Pak!" titahnya.
"Mau ke mana, Mas?" tanya pria itu.
"Hotel terdekat, di mana pun, saya bayar sepuluh lipat kalo sekarang juga!" sergah Rayyan.
Pria itu menyengir, bahkan sempat sempatnya hormat. "Ok Mas Bos, siaaaap!"
"Jiacooookkkk!" Enam pemuda yang mengejar Rayyan hanya bisa bernapas kasar setelah lari dari kejauhan. "Bajingan tengil ini!"
Rayyan masih sempat menunjukkan jari tengahnya. Sementara Pak ojek melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Bagaimana tidak senang, sepuluh kali lipat bayarannya. Setelah ini bisa pulang, tarik selimut, bobok ganteng.
Setibanya di hotel, Rayyan memenuhi janjinya, membayar sesuai perjanjian. Pak ojek segera pergi setelah Rayyan masuk ke lobby.
Memang bukan hotel Millers corpora, tapi tak apa, mungkin Pak ojek sengaja menunjukkan hotel yang dianggap lebih murah pada mahasiswa sepertinya. Baguslah, berarti masih ada tenggang rasa antar sesama.
Rayyan ambil kamar paling mahal, lalu masuk ke kamar tersebut. Tubuh lelahnya dia jatuhkan di atas ranjang empuk bersprei putih.
Maniknya menatap langit- langit, seketika bayangan wajah cantik Tyas seolah menari nari di atas sana. Senyuman Tyas saat baru masuk ke Cafe, benar- benar manis sekali.
Rayyan ingat betul, Rayyan tak pernah mengalihkan pandangan semenjak Tyas masuk ke dalam Cafe. Dia mengamati gadis itu hingga terjadilah peristiwa hari ini.
Yah, seketika Rayyan langsung mengklaim bahwa dia percaya tentang adanya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Drrrttt...
Ponsel di sakunya Rayyan ambil, sedari sore tadi memang cukup berisik tapi baru kali ini Rayyan bisa angkat. Rupanya panggilan dari Guntur, teman dari Jakarta yang sama- sama kuliah di universitasnya.
📞 "Lo di mana hah?!" Suara Guntur Rakabuming terdengar panik, pasti karena Rayyan tak membalas pesannya seharian ini.
"Di Semarang."
📞 "Eh Shalahuddin, Lo ngapain di sono?!" Suara itu milik Aulian Ahsan Kaffael yang biasa disebut Aul oleh Rayyan.
"Lamar cewek cantik!"
📞 "Anjir, Gue serius PA!" sergah Kaffael.
"Gue serius, Gue mau nikah besok!"
📞 "Lo ngigau Yan?!" Guntur yang bicara kali ini.
Rayyan terkikik, dia memang serius sedang jatuh cinta pada seseorang. "Gue serius, Gue sekarang di hotel Semarang, Gue butuh kalian buat jadi saksi pernikahan Gue sama Mbak Tyas, besok!"
📞 "Mbak Tyas siapa lagi? Kang pecel?" tanya Kaffael.
Rayyan berdecak lidah. "Udah, Lo datang ke Semarang. Gue tunggu Lo sekarang juga!"
📞 "Ni anak mabuk kecubung kali." Guntur terdengar cemas, karena tak biasanya Rayyan berlaku aneh seperti ini.
📞 "Lo serius, hah??" cecar Kaffael.
"Emangnya Lo mau Gue ngomong pake bahasa apa Nyet?!"
📞 "Ya lagian nggak ada angin nggak ada hujan Lo bilang mau nikah, waras Lo?!" sambung Guntur.
Rayyan menyengir nyengir, dadanya benar benar diisi dengan detak yang seolah hanya akan berdetak karena Tyas. "Gue gila Gun, beneran, Mbak Tyas cantik banget sumpah! Dia cocok banget jadi binik Gue asal Lo tahu!"
📞 "Tyas bukannya anaknya kang pecel?"
"Bukan Tyas itu somplak!" sanggah Rayyan.
📞 "Terus yang mana?!"
"Besok Gue tunjukkin," kata Rayyan sambil menggigiti bibir bawahnya. "Dia cewek berjilbab, wajahnya polos tanpa make up tapi cantik, dia lembut, baik, dia juga ketus kalo ngomong, tapi sebenernya pedulinya tinggi."
📞 "Aul, Lo tahu doa pengusir setan nggak?"
Guntur justru terdengar bertanya pada sahabatnya. "kayaknya Rayyan kesurupan setan bucin!"
itu kata om opik
itu juga yg ak alami
skrg tertawa
bebrapayjam lagi cemberut
lalu g Lma pasti nangis