NovelToon NovelToon
Jangan Menghindar Untuk Bercerai

Jangan Menghindar Untuk Bercerai

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Poligami / Kaya Raya / Angst / Trauma masa lalu / Pelakor jahat
Popularitas:20.9k
Nilai: 5
Nama Author: El Geisya Tin

Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Shima hanya ingin hidup tenang.

“Kamu gak usah mikirin Karina, aku antar kamu pulang!” Deril berkata sambi memberi isyarat pada Candra untuk menyiapkan mobil.

“Regan, berikan tasku, maafkan aku gak bisa ke rumah sakit sekarang.”

Regan terlihat enggan memberikan tas Shima, sampai dia mendengar Deril bicara, “Pak Regan, bukankah ayahmu bernama Pak Juanda? Aku kenal dia dengan baik!” Deril merengkuh pinggang Shima, menunjukkan kepemilikannya.

Akhirnya, Regan memberikan tas Shima dengan terpaksa. Dia tahu apa arti ucapan Deril itu dan tidak ingin terjadi apa-apa pada, perusahaan ayahnya. Begitu orang tahu siapa Deril, dia tidak akan berani macam-macam padanya.

“Terima kasih, Re!” kata Shima penuh rasa bersalah.

Setelah itu, Shima melepaskan genggaman tangan Deril dan berjalan menuju mobil dengan langkah cepat. Dia tidak ingin masalahnya dengan Deril dan Regan, menyita perhatian semakin banyak orang.

Dirinya kesal sekaligus sedih dengan keadaannya yang membingungkan. Dia bukan narapidana tapi, lebih mirip tahanan kota di Surala.

Sikap Deril membuat semua orang yang menyaksikan tingkahnya tadi, akan bertanya-tanya, ‘ada hubungan apa antara Deril dan Shima?’.

Memang itulah yang terjadi di benak Emma, Nella dan beberapa perempuan lain yang ada di sana. Mereka heran dengan sikap Deril yang pamit undur diri, begitu Regan duduk di samping Shima.

Mereka bisa memaklumi sikap Regan yang memang menyukai Shima sejak SMA. Akan tetapi sikap Deril, bagaimana mungkin dia menyukai Shima juga? Dia menunjukkan sikap begitu tidak rela, jika Shima dekat dengan teman lelakinya.

Akhirnya Shima pulang dan Deril mengantarnya, pria itu terus menatap Shima yang duduk di sebelahnya dengan intens.

“Apa kamu gak bisa tertawa seperti tadi waktu bersamaku?” katanya.

Shima menoleh dan tersenyum kecut, “Tertawa bagaimana maksudmu? Perasaanku biasa saja, jadi buat apa tertawa?”

“Apa aku menakutkan sekarang?”

“Ya!”

“Kenapa?”

“Seharusnya kamu tahu, kenapa sih, kamu gangguin acaraku sama teman-teman aku?"

Sejenak suasana hening.

"Deril, kamu gak perlu mengancam Regan, gak perlu maksa aku ikut kamu pulang, kamu datang sama Karina tapi sekarang kamu pulang duluan sama aku, apa kata orang nanti? Semua temanku gak ada yang tahu hubungan kita, bukannya begitu yang kamu tulis diperjanjian itu, kita gak boleh mengungkapkan masa lalu? Aku gak mau dibilang jadi pengganggu hubunganmu sama Karina!”

“Kalau kamu gak mau bareng aku, kenapa kamu gak tetap di sana tadi dan bercanda sama teman-teman kamu?”

Shima tidak bisa memahami jalan pikiran Deril yang sekarang. Pria itu berselingkuh, setuju untuk bercerai, wanitanya pun ada di sana. Dia bersikap berlebihan seolah Shima masih istrinya. Deril menuduhnya sebagai penghancur kuburan kakaknya. Namun, sekarang di bersikap jauh lebih posesif dari sebelumnya.

“Sebenarnya, ada apa denganmu? Apa kamu gak bisa memahami aku sedikit saja? Aku hanya ingin hidup tenang dan gak menyakiti orang lain, tapi kamu?”

“Apa yang gak bisa aku pahami? Dan kamu akan tenang kalau gak ada aku, begitu? Apa kamu mau aku mati seperti Kak Gani?”

Shima semakin heran, Deril selalu saja salah paham.

“Sudah berapa kali aku bilang kalau aku gak menghancurkannya! Oh, ya! Aku harap kamu gak menyakiti Regan, dia cuma teman, antara aku dan dia gak ada hubungan apa-apa!”

“Kamu membela laki-laki lain di depanku? Aku mau usir dia dari kota.”

Ah! Shima tidak bisa berkata-kata lagi, Deril selalu salah dalam memahami. Namun, dia merasa percuma menjelaskannya, semakin dijelaskan, bisa jadi Deril semakin salah paham.

Shima ingin semuanya aman dan jangan sampai, ada orang lain yang menderita karena dirinya.

Shima ingin Deril tidak ikut campur urusannya, karena dirinya bukan lagi istrinya.

Shima ingin Deril mengerti bahwa, tidak semua pria yang dekat dengannya berarti memiliki hubungan.

Mobil berhenti di depan apartemen Shima, dan Candra langsung membukakan pintu untuknya.

Shima bersiap untuk turun dan menoleh pada Deril sambil berkata, “Deril, kalau kita bertemu lagi, bisakah kamu bersikap seperti orang yang gak pernah kenal sama sekali? Kamu jangan kuatir, aku gak bakal punya hubungan khusus sama laki-laki lain!”

“Apa omonganmu bisa aku percaya?”

“Ya, aku sudah tanda tangan perjanjian denganmu dan aku gak akan lupa, percayalah! Kamu selamanya akan menjadi lelaki satu-satunya dalam hidupku!”

Shima merasakan sakit saat bicara tapi, menahan air yang sudah menggenang di pelupuk mata. Dia sudah turun dari mobil dan menghadap pada Deril yang masih duduk dengan angkuh di kursi belakang.

“Hmm ... ayo pergi!” Deril tersenyum puas dan memberi isyarat pada Candra untuk mengendarai mobilnya kembali ke kantor.

Shima memberi kabar pada Regan melalui pesan bahwa, dia tidak akan ke rumah sakit hari itu. Dia menitipkan ayahnya dan mengatur pertemuan dengan Regan, untuk menjalankan kemoterapi dua hari lagi.

Regan langsung membaca pesannya dan membalas, “Apa kamu baik-baik saja?”

Dia khawatir Deril berbuat kasar pada Shima.

“Aku baik, jangan kuatir. Sepertinya dia cemburu padamu.” Balas Shima.

Regan membaca pesan Shima dan mengerti akan sikap Deril yang sangat jelas menunjukkan kecemburuannya. Baginya sangat aneh sebab Deril sudah setuju bercerai dari istrinya.

Tak lama setelah itu, Regan menerima telepon dari ayahnya.

“Nak, bukankah kamu dulu ingin sekali bisa kuliah lagi di Singapura?”

“Ya, itu, kan dulu Ayah! Memangnya ada apa?”

“Ini, Ayah baru saja dapat informasi! Sekarang ada biaya khusus untuk strata tiga di sana, tapi kamu harus berangkat minggu-minggu ini! Kalau tidak, biaya itu bisa hangus, sayang sekali!”

“Bagaimana kalau aku gak mau, Ayah?”

“Nak!" Juanda berpikir keras saat bicara dan Regan tahu ada tekanan yang dialami ayahnya.

"Re ... Maafkan Ayah, ini syarat dari tender proyek yang mau Ayah buat sekarang, kalau gak mau menerima beasiswa itu, maka tender akan gagal!”

Regan tersenyum masam saat mendengar ucapan ayahnya. Dia harus memilih antara pergi atau ayahnya akan rugi.

Hidup memang penuh dengan berbagai pilihan bukan?

"Baiklah Ayah! Aku akan mendaftar."

Dia tahu Deril akan melakukan sesuatu, tapi tidak menyangka akan secepat itu. Setidaknya dia masih bisa bersyukur karena tidak ada kekerasan.

Setelah menerima telepon, Regan menghubungi temannya yang bisa dipercaya untuk mengurus keperluan Shima. Dia harus mempersiapkan semuanya karena waktu keberangkatan tidak akan lama.

Sementara Shima sudah setuju untuk melakukan kemoterapi. Dia ingin mendampingi perempuan itu, tapi sepertinya tidak bisa. Dia harus pergi secepatnya, semua demi kebaikan Shima juga.

####

Shima baru teringat untuk menghubungi Harya dan dia melakukan panggilan setelah selesai solat dhuhur dan ibadah siangnya.

Telepon tersambung, membuat Shima sangat bersyukur karena artinya, teman ayahnya itu masih ada. Namun, beberapa kali Shima melakukan panggilan, tidak diangkat juga. Maklumlah, karena Shima baru kali ini menghubunginya.

Itu nomor asing bagi Harya.

“Halo! Siapa ini? Ada urusan apa menelpon nomor ini?” Terdengar suara seorang pemuda yang terkesan tidak sabaran di seberang.

Tidak mungkin itu suara Om Harya, kan?

“Halo, apa benar ini nomornya Om Harya? Saya Shima, anaknya Pak Wisra, apa Om Harya ada?” Shima berkata dengan perlahan dan penuh kesopanan. Dia tahu tidak bisa basa-basi jika bicara dengan orang seperti ini.

“Oh!” Hanya itu jawaban dari seberang telepon.

Lama tidak ada suara lagi, tapi Shima mendengar ada orang yang berbisik-bisik. Lalu, di susul suara deheman.

“Shima? Ini Om Harya, kamu apa kabar?” Itu suara Harya dan mereka mulai saling bertanya kabar. Mereka juga berbincang-bincang tentang masa lalu antara Harya dan Wisra.

Harya memperkenalkan anaknya yang tadi menerima telepon dan pemuda itu yang selama ini mengurus dirinya.

Pada akhirnya Shima mengerti bahwa Harya sekarang tidak bisa bergerak dengan bebas lagi, kakinya pincang karena terjatuh saat bertugas dan terkena peluru saat membela diri. Kejadian itu sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu.

“Kamu ada apa tiba-tiba menelpon, Om? Pasti bukan karena kebetulan, kan?”

“Iya, Om! Aku tadinya ... memang mau minta bantuan Om!”

“Kalau begitu, ke rumah Om ya, biar kita bebas bicara, sambung lagi persahabatan antara aku dan ayahmu, Om tunggu! Dan rumah ini selalu terbuka buat kamu kapan saja!”

Mendengar hal itu, Shima memutuskan untuk mengunjunginya dan membicarakan maksudnya secara langsung.

Hari sudah menjelang sore saat Shima sampai ke rumah Harya. Dia di sambut seorang pria tampan berbadan kurus dan tinggi serta pakaian rapi. Laki-laki itu juga yang menerima telepon Shima tadi.

“Kak Shima?” kata pemuda itu, dengan mata yang berbinar-binar. Dia sengaja menyuruh ayahnya, meminta Shima untuk datang.

“Jangan bilang Kakak lupa sama aku!”

“Kamu?” Shima berusaha mengingat pria yang sedang tersenyum lebar di hadapannya itu.

“Aku Elbara!”

“El? Kamu El si kecil itu?” Shima menatap Elbara tak percaya, anak kecil yang suka ikut bermain dengannya, kini sudah dewasa.

Dahulu, saat kedua ayah mereka mengobrol, Elbara sering masuk ke kamar dan mengganggu dirinya.

Sekarang Elbara sudah lebih tinggi dari Shima. Wajahnya bersih dan imut, rambutnya ikal dan lebat. Kulitnya berada di antara pertengahan, tdak putih tidak juga coklat. Senyumnya sangat menawan dan matanya lancip serta tajam, sangat cocok menjadi seorang detektif handal.

Shima masih kelas tiga SMP dan Elbara baru kelas lima Sekolah Dasar, saat mereka bertemu pertama kali. Sekarang Shima sudah pernah menikah dan Elbara masih sekolah. Dia menempuh pendidikan perwira dan ingin meneruskan jejak sang ayah.

Sekarang mereka duduk di ruang tamu, ada dua gelas kopi late di atas meja, yang sengaja dibuatkan pelayan untuk mereka. Shima berhasil menemukan rumah itu dengan bantuan peta internet dan sopir taxi online yang disewanya.

Seingat Shima ayahnya sering mengajaknya bertemu Harya dan anaknya, tapi bukan di sana rumah mereka. Harya memiliki nasib yang sama dengan ayah Shima, tidak memiliki pendamping lagi, karena sudah lebih dulu pergi.

“Kakak masih ingat Astro?” tanya Elbara, mengingatkan tentang kucing yang pernah Shima berikan padanya.

“Astro girl? Apa dia masih hidup?” Shima ingat dia punya dua anak kucing, yang bertina dia berikan pada Elbara sedangkan, yang jantan dia pelihara sendiri di rumah.

Namun, setelah dia menikah dan tinggal bersama Deril, dia tidak tahu lagi bagaimana nasib kucingnya. Ibu yang mengurus kucingnya meninggal, tak lama setelah itu keluarganya bangkrut. Rumahnya disita, tidak ada kucing lagi dalam pikiran Shima.

“Ya, tentu saja dia sehat, Kak!” Elbara menjawab sambil berjalan ke dalam, dan saat keluar dia sudah membawa seekor kucing warna putih abu-abu yang montok.

“Namanya gak aku ganti, tetap Astro seperti nama pemberian Kakak!”

Shima tersenyum dan mengambil kucing itu dari gendongan Elbara serta, mengelus bulu lebatnya. Laki-laki itu menatap Shima dengan penuh arti dan kasih. Ada perasaan lain yang dulu pernah hadir saat dia masih kecil.

“Aku bersyukur Kakak sehat dan kita bisa berkumpul lagi!” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Shima mengulurkan tangan dan mengusap rambut Elbara seperti saat dia masih kecil.

“Sekarang kamu tinggi, aku susah kalau mau mengusap rambut kamu lagi!”

“Ayo Kak! Usap rambutku sesuka Kakak!”

Shima pun mengacak rambut tebal itu beberapa kali hingga mereka sama-sama tertawa.

Mereka pernah berjanji di masa lalu, akan selalu menjadi saudara. Satu orang tak punya kakak satu lagi tak punya adik. Kalau mereka berkumpul, akan menjadi satu keluarga yang utuh.

Sayangnya takdir membawa kehidupan mereka terlempar jauh.

Setelah lulus SMA, Shima langsung menikah dan mengikuti Deril, lalu keluarganya jatuh miskin. Sementara Elbara tidak bisa bebas lagi karena studi dan keadaan ayahnya. Apalagi sejak sang ibu meninggal dunia. Seolah keduanya tidak pernah bersahabat.

“Kakak, jangan pergi lagi seperti dulu, aku akan melindungi Kakak! Aku sekarang sudah kuat, Kak! Aku bukan anak SD lagi, aku sudah jadi polisi!”

“Aku tahu, tapi kamu masih belum selesai sekolah, makanya aku minta bantuan Om, tapi ternyata Om Harya juga gak bisa!”

“Siapa bilang? Aku bisa tanpa ayah! Coba bilang, Kakak butuh bantuan apa?”

“Menyelidik kematian Gani Arta!”

“Siapa dia?"

1
Farida Rida
Sungguh menyesal aq bacanya dan kasih Like, ujung"nya ending nya Shima nggak bahagia, sangat mengecewakan
Tin: mudah-mudahan aku bisa buat skuel keduanya, terima kasih atas dukungannya ❤️🥰
total 1 replies
Sivia
semangat semoga sima bahagia di kemudian hari
Tin: terima kasih doanya 🙏
total 1 replies
Sivia
semoga simha bahagia walaupun tidak sama Deril.

semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
Tin
Terima kasih atas koreksinya 🙏🙏
angel heart
Kali ini banyak typonya, revisi Thor, biar enak di bacanya. Banyak salah itu nama Shima jadi Shika 😄😄😄
angel heart
Gimana sih udah dekat jauh lagi dekat lagi jauh lagi
angel heart
Aih yang banyak dong Thor update nya! semangat!
♀️
segitu kesalnya ya shima
angel heart
salah paham nya deril keterlalua, kirain dia pinter, gak tahunya oon, masa orang bermaksud nolong dikira membunuh?
Tin: Dia oon gitu, dia cuma terlalu sayang dan gak mungkin nyalahin diri sendiri, jadinya nyalahin orang
total 1 replies
angel heart
weh, weh, kenapa Deril gaun tahu kejadian sebenarnya gitu?
Tien_marda
Lanjut Akak 😊
angel heart: setuju lanjut
total 1 replies
Wiwin Winarsih
bgus
Tin: terima kasih atas dukungannya, baca terus ya? 😊👍
total 1 replies
Wiwin Winarsih
bagus
angel heart
Lanjut Kak😁
Tin: Terima kasih atas dukungannya
total 1 replies
angel heart
Dia mungkin masih sayang, tapi entah demi apa dia gai mau ketemuan, Shima jijik sama Deril.
Tin: Deril emang tuh orang 🤣
total 1 replies
Tien_marda
Karakter Deril bikin aku gregetan, kenapa gak jelasin aja biar gak ada salah paham? Lanjut Thor! Jadinya sama siapa nanti Shima? Sama Deril atau Regan?
Tin: Entahlah, aku juga belum tentukan itu 🤭
total 1 replies
🎤K_Fris🎧
kejam tau gak, kejam😭
Tin: hehe 🤣🤣🤣🤭🤔😇😊 pokoknya campur aduk
total 1 replies
🎤K_Fris🎧
namanya bagus2😍😍
Tin: terima kasih sudah mampir, kalau butuh bantuan nama, aku bisa kasih banyak pilihan sesuai karakter MC
total 1 replies
🎤K_Fris🎧
cepatnya kak nulis😭😭
aku cuma bisa 1 bab sehari😭
Tin: Sama aku juga satu bab sehari
total 1 replies
She_Na
lanjut kak
Tin: terima kasih sudah mampir 😊👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!