Gita terjatuh saat merenovasi balkon bangunan yang menjadi tempatnya bersekolah saat SMA.
Saat terbangun, ia berada di UKS dan berada dalam tubuhnya yang masih berusia remaja, di 20 tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Verlit Ivana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong!
"Kamu ingat sama saya?" tanya lelaki berwajah agak oriental dan tampak pintar itu, tampak terkejut.
Gita menutup mulutnya, "Ini gak mungkin. Mirip sih, tapi muka dia gak seputih ini, dan gak sekurus ini juga," gumam Gita sambil mengelilingi pria muda berseragam putih abu-abu itu.
'Gak mungkin juga dia mau cosplay jadi anak sekolahan gini. Atau jangan-jangan—'
"Lo anaknya Gio?" tanya Gita mendekatkan wajahnya pada si lawab bicara yang masih memegang sapu tangan dengan sabar.
"Maksudnya apa? Ya, saya Gio, dan belum punya anak!" Gio mengangkat sebelah alisnya.
"Ini keringin dulu itu rambut sama muka Kamu!" tukas Gio sambil meletakkan sapu tangan itu di telapak tangan Gita yang masih terpana.
"Saya? Hahaha! Baku banget!" Gita terkekeh.
"Oh iya, sebaiknya kamu lekas tolong teman Kamu, sebelum terlambat," ujar Gio lagi, sambil mengarahkan telunjuknya ke arah luar ruangan.
Gita menelengkan kepalanya, "Temen? Maksudnya tukang? Wait! Kenapa ini anak-anak sekolah memperlakukan gue kayak temen sepantaran mereka deh?!"
Dengan menyimpan kebingungan, Gita beralan menelusuri lorong. Ia mengira jika dirinya sudah dicari-cari oleh para tukang untuk mengecek progress pekerjaan mereka.
"Ah jadi inget, gue kudu pasang lagi railing balkon. Rusaknya parah gak ya, kalau parah ... harus pesen ulang ke vendor," gumam Gita.
Kemudian setibanya di mulut lorong yang mengarah ke sebuah ruang terbuka, ia celingukan mencari keberadaan para tukang serta matrial yang tadinya masih menumpuk di sana.
Bahkan tempat ia terjatuh tadi pun terlihat kosong.
"Udah diberesin? Eh ... tunggu! Kenapa halamannya masih rumput? Bukannya udah pakai granit?" tanya Gita pada dirinya sendiri.
Beberapa siswa yang melewatinya berbisik-bisik, mungkin asik bergibah meliahat tampilan Gita yang berantakan, dengan seragam agak kotor dan rambut acak-acakan.
"Gita!" panggil sebuah suara, terdengar agak samar, namun cukup jelas memanggil namanya.
"Gita! Tolong gue!" panggil suara itu lagi.
Gita mengedarkan pandangannya dan matanya terpaku pada sebuah wajah di balik kaca jendela yang berdebu.
'Gudang?'
Gita berjalan menegak ludahnya.
'Bukannya gudang udah dirobohin beberapa bulan sebelum pemugaran halaman ini ... dan bahkan udah berubah jadi area baca? Tapi kenapa yang ada di sini semuanya masih sama seperti sebelum direnovasi?'
"Gita! Cepetan!" seru suara itu lagi, kini terdengar lebih jelas karena ia semakin mendekati gudang.
Sebuah wajah di balik jendela itu tampak familier, ia menggedor-gedor jendela berbingkai kayu di sana dengan kepalanya.
'Ini ... kenapa rasanya gak asing?'
Sakit!
Tolong gue siapa aja!
Gue takut, ya Allah.
Suara-suara dalam kepalanya bergema, membuat langkah Gita terhenti.
Ia membeku. Gita seolah bisa melihat seseorang dengan tengah terikat di kursi, dikurung dalam gudang, setelah bersusah payah ... seseorang itu tiba di tepi jendela.
Berusaha memanggil siapa saja yang melintas di halaman. Namun meski ada yang menoleh, tapi tak seorang pun yang berusaha menghampirinya. Tak ingin terlibat dalam kesulitan yang menimpa gadis dalam gudang tersebut.
Tolong!
Suara itu memohon, Gita tertegun ia mengenali suara dalam kepalanya itu. Karena itu adalah suaranya sendiri.
Bergegas, Gita berlari ke arah gudang, dapat ia lihat gadis di balik jendela sudah bercucuran air mata.
Gita berusaha membuka pintu kayu gudang yang ternyata terkunci rapat.
"Tolong!" Gita berseru memanggil siapa saja yang terjangkau oleh pandangannya, namun seperti yang ia bayangkan tadi, semua yang ia panggil membuang muka.
Gita menjadi geram, ia memukul-mukul pintu denan tangannya dengan wajah panik.
Kemudian ia berlari seperti orang kesetanan menghampiri tiga orang gadis yang tengah membawa setumpuk buku, dengan putus asa Gita memohon pada merka,
"Tolong! Tolong cewek yang ada di gudang itu. Di sana ... di sana ada ular berbisa!"
***
Salam Dari "Lina : The Screet Of The Ten Haunted Souls" /Smile/