"APA?" Jerit Lolita Nismara Fidelia seorang gadis cantik berkulit putih, mata indah berbentuk hazel, hidung mancung dengan tinggi badan semampai. Tapi memiliki kekurangan yaitu IQ di bawah rata-rata, masih duduk di bangku kelas sebelas SMA.
Mata Loli membola ketika garis dua terpampang nyata berwarna merah di atas tespack yang dia beli kemarin atas paksaan dari sahabatnya yang bernama Audy Mahaputri.
"Jadi perut buncit ini bukan busung lapar, tapi ada bayi di dalamnya?" Gumam Loli frustasi.
"Bagaimana cara bayi ini bisa masuk ke dalam perutku ya?" Tambahnya.
Penasaran dengan tingkah konyol Lolita, yukk pantengin terus karya terbaru Author. Semoga suka. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencoba Memulai Dari Awal
Ruangan bernuansa putih dengan aroma khas obat-obatan menjadi langganan untuk Lolita akhir-akhir ini. Sudah ketiga kalinya dia dirawat dengan masalah yang sama, namun kali ini ditambah dengan trauma pasca pelecehan yang dilakukan oleh Andre. Tentu saja, Edgar tidak tinggal diam. Dia sudah melaporkan tindakan bejat Andre kepada pihak yang berwajib.
Kondisi Lolita semakin memprihatinkan, kedua janin terindikasi dalam bahaya yang serius karena remasan tangan Andre saat itu. Sudah tiga hari juga Lolita belum membuka kedua matanya. Seolah alam bawah sadarnya ingin mengatakan jika tidur menjadi pilihan terbaik untuk dirinya sekarang.
"Mau sampai kapan kamu akan tidur sayang?" Ucap Edgar khawatir.
"Belum bangun ya cucu Oma?" Tanya Oma Sinta terlihat bersedih.
"Belum Oma, sepertinya memang istriku enggan bangun." Jawab Edgar sendu.
"David, apa kamu sudah bantu Edgar untuk mengurus semua?" Tanya Oma ingin memastikan semua beres.
"Andre sudah dijebloskan ke penjara, tapi tinggal keputusan pengadilan karena dia masih di bawah umur."
"Lalu apakah kamu sudah menemukan orang yang memprovokasi wali murid hingga membuat mereka melakukan demo terhadap Lolita?" Tanya Oma lagi.
"Mereka bernama Bianca dan Vania." Jawab Papa Bagas ikut menimpali.
"Edgar minta Leo selidiki semua tentang dua perusuh itu. Dan pastikan hidup mereka hancur hingga tak tersisa." Perintah papa David.
"Tidak... Jangan sentuh aku..." Ucap Lolita lirih dengan mata yang tertutup rapat. Bulir keringat membasahi keningnya yang berkerut seolah dia sedang merasakan kegelisahan. Edgar yang baru hendak beranjak pergi untuk menghubungi Leo urung, justru menjadi panik melihat keadaan istrinya itu.
"Sayang, tolong buka mata kamu. Ada abang di sini." Ucapnya.
"Cucuku, astaga David panggil dokter. Kenapa kamu diam saja di situ." Omel Oma Sinta, karena papa mertua Lolita terlihat syok.
Karena rasa khawatir dan panik menjadi satu, mereka semua melupakan bel darurat yang bisa langsung terhubung dengan dokter. Bahkan papa David berlari tunggang langgang hanya untuk mencari keberadaan sang dokter.
Sementara itu para mama saling menguatkan dengan isak tangis yang tertahan. Mereka berdua merutuki perbuatan teman Sekolah Lolita yang keterlaluan.
Tak perlu waktu lama, dokter tiba dengan papa David yang terengah-engah mengatur deru nafasnya. Raja bisnis itu seolah kehilangan wibawa demi memantu tersayangnya yang sedang berjuang mengembalikan kesadaran dan kesehatannya.
"A...bang..." Kata pertama yang disebut Lolita membuat haru seorang Edgar. Pria tampan itu tidak segan mengeluarkan air mata karena bahagia. Akhirnya istrinya mau memanggil dirinya dengan kesadaran yang dipunya.
"Abang di sini sayang, kamu tenang ya. Abang akan terus berada di sampingmu. Abang akan menjadi pundak untuk rasa lelahmu."
Grep
Pertama kalinya sejak lima tahun terakhir, Lolita memeluk erat sang suami. Dengan derai air mata yang mengalir deras, Lolita bisa merasakan kenyamanan dan rasa aman ketika tubuh tegap itu membalas tak kalah erat memeluknya. Suasana mengharu biru, bahkan sang dokter tersenyum melihat pemandangan yang begitu bahagia meskipun ada tangis.
"Abang... Dia melecehkanku..." Adu Lolita pada Edgar dengan nada persis saat dulu Lolita masih kecil sering mengadu jika ada yang usil terhadapnya. Edgar begitu bahagia, bolehkan dia berbesar kepala jika sang istri sudah menerima kehadirannya.
"Syutt... Kamu tenang, semua sudah abang urus." Ucap Edgar kemudian mengambil kesempatan mengecup bibir Lolita.
Bruk
Reflek tangan Lolita mendorong tubuh Edgar hingga termundur beberapa langkah. Membuat pria tampan beda usia 10 tahun itu melongo melihat tindakan istri kecilnya itu.
"Sukurin, lagian kamu ini tidak bisa sedikit saja bersabar. Lihatlah dulu keadaannya, lagi pula ada dokter yang menunggu untuk memeriksa kondisi istrimu." Sarkas Oma Sinta.
"Hehehe... Oma jangan terlalu blak blakan." Ucap Edgar tersipu malu.
"Silahkan dokter bisa periksa keadaan putri saya." Ucap papa Bagas.
"Nona tolong rebahan dulu sebentar, saya akan cek kondisi Anda." Ucap dokter itu dengan cekatan memeriksa seluruh tubuh Lolita. Terutama bagian perut ibu hamil itu, memar akibat remasan perlahan memudar.
"Alhamdulillah, keadaan nona Lolita sudah berangsur pulih. Saya ingin mengucapkan jika ini adalah sebuah keajaiban. Tiga kali dalam masa kritis, ternyata kedua janin yang dikandung nona Lolita menunjukkan bahwa mereka kuat hingga kini. Dan kabar baiknya, sekarang mereka sudah sehat. Suara detak jantung kedua janin juga kembali normal." Penjelasan dokter.
"Saya akan meresepkan beberapa vitamin dan penguat kandungan. Juga salep yang bisa dioleskan pada memar bekas remasan tangan itu." Tambahnya.
"Dokter, saya sudah boleh pulang kan?" Tanya Lolita kemudian yang membuat semua orang terkejut atas permintaan ibu hamil muda itu.
"Hmm... Saya sarankan untuk menginap satu malam lagi." Jawab dokter.
"Tapi saya sudah tidak betah." Rengek Lolita seperti anak kecil.
"Sayang... Abang temani kamu di sini. Ada mama papa juga Oma kok." Bujuk rayu Edgar.
"Siapa juga yang minta ditemani abang. Sana pergi, bikin enek tahu gak." Lolita kembali ke setelan awal. Judes dengan Edgar, entah apa sebabnya melakukan itu.
"Loh, tadi kamu sudah peluk abang. Kok sekarang kembali marah lagi sayang?" Ucap sendu Edgar.
"Oh yang tadi itu aku khilaf." Jawab Lolita enteng, membuat kelima keluarganya tertawa. Sementara sang dokter tersenyum lalu berpamitan tidak ingin ikut dalam pembicaraan pasien.
"Lolita mau tapi malu, kamu yang sabar." Bisik mama Elena.
Keesokan harinya Lolita sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya. Dengan penuh semangat, Lolita yang sejak pagi sudah mandi dengan bantuan mama Elena kini telah tampil cantik dengan baju sexynya seperti biasa. Ya, Lolita minta kepada mamanya untuk diambilkan baju di lemari miliknya. Baju yang waktu itu diborongnya bersama dengan Audy.
"Wah cantik sekali putri mama ini." Puji mama Elena melihat gaya berpakaian Lolita yang tidak pernah gagal. Lolita memang memiliki daya tarik sendiri dalam bidang penampilan. Gadis cantik dengan tubuh 165 cm itu selalu ingin tampil maksimal di manapun berada.
"Gak apa kan ma perut aku besar begini?" Tanya Lolita.
"Ya tidak apa, kan kamu sedang hamil." Jawab mama Elena.
"Kirain mama bakal malu, karena aku hamil diusia muda." Ucapnya.
"Kamu hamil setelah menikah sayang, jadi itu sudah sewajarnya terjadi." Ucap mama Elena memberi pengertian.
"Tapi aku tidak menginginkan pernikahan ini ma, aku membenci abang." Lirih Lolita dengan mata berkaca-kaca.
"Hilangkan kebencian di hati kamu sayang, suami kamu juga sudah mengaku salah serta meminta maaf padamu. Jangan keraskan hatimu, karena itu akan membuat kamu semakin merasakan sakit." Nasehat mama Elena.
"Tapi abang tidak mencintai aku ma, sejak dulu aku hanya cinta sendirian. Dan itu lebih menyakitkan dari pada apapun." Sendunya.
gak benar
bisa kacau balau
rumah tangga
Edward kalau itu beneran
kelelahan abang
kayaknya dia lagi bobo nyenyak
enak kan
surga dunia
kalau sudah halal
dach gitu bisa pacaran lagi
candu untuk mereka berdua
tiada hari tanpa bercinta...
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya
semoga tripel up