NovelToon NovelToon
Pengkhianatan Di Malam Pertama

Pengkhianatan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Tamat
Popularitas:47.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.

Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.

"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 : MENYUSUL?

"Kamu sudah nggak waras, By?" lirih Vania. Tanpa dapat dikendalikan kristal bening telah meleleh di pipi. "Jangan bilang kamu memilih perempuan ini!" Menunjuk ke arah belakang punggung Aby. 

"Ini bukan tentang aku memilih siapa, Van. Memang tidak seharusnya kita masih menjalin hubungan. Ini nggak baik untuk kita bertiga." 

Tentu saja Vania tidak akan menerima keputusan sepihak dari Aby. Wanita itu menyeka air mata yang membasahi pipi dengan bonus tatapan yang begitu menuntut kepada Aby. "Jadi kamu mau meninggalkan aku begitu saja?" 

"Maaf, Van. Aku rasa ini keputusan terbaik." 

"Aku nggak terima!" Vania hampir berteriak. 

Sementara Embun yang masih berdiri di belakang punggung menarik tangannya dari genggaman Aby. Ia perlahan mundur. "Kalian selesaikan masalah kalian sendiri. Aku nggak mau ikut campur." 

Tanpa memerdulikan Aby dan Vania, Embun segera beranjak menuju bus meninggalkan pasangan kekasih itu. Untuk sekedar menoleh ke belakang pun sama sekali tidak dilakukannya. 

Embun memilih duduk di salah satu kursi di dekat jendela. Setelah menunggu hampir setengah jam, rombongan mahasiswa itu akhirnya berangkat. Embun merasa beruntung karena tidak perlu satu bus dengan Vania. Setidaknya menghindari masalah baru dengan wanita itu. 

Seharusnya, Embun merasa senang mendengar keputusan Aby tadi. Tetapi, entah mengapa yang ia rasakan tetaplah hampa. Pengkhianatan Aby di malam pertama pernikahan mereka telah menorehkan luka tak berdarah yang menyakitinya lebih dari apapun. 

Luka di fisik mungkin akan sembuh tanpa meninggalkan jejak. Namun, tidak dengan luka hati. 

Embun menyeka kristal bening yang tiba-tiba meleleh di pipi. 

.

.

.

Hari ini Aby memanfaatkan waktu luangnya untuk menyelesaikan beberapa laporan yang tertunda. Setelah mengantar Embun pagi tadi, ia sama sekali belum keluar kamar hingga menjelang siang. Sejenak Aby menyandarkan punggung. Kemudian melirik ke arah tempat tidur.

 "Kok rasanya sepi nggak ada Embun di kamar." 

Aby meninggalkan tempat duduknya. Menuju sisi kiri tempat tidur dan berbaring di tempat biasanya Embun tidur. Ia membenamkan hidungnya di bantal. Aroma lembut dari parfum Embun yang masih tertinggal memanjakan indera penciumannya. Memberikan rasa yang begitu sulit dipahami. Apakah itu bentuk kerinduan? Aby tak tahu.  

"Embun lagi ngapain di sana, ya?" 

Menatap langit-langit kamar, imajinasi Aby sudah terbang jauh. Membayangkan sedang apa istrinya di perkemahan. Apakah sedang menikmati pemandangan indah sambil tertawa dengan teman-temannya, atau ... sedang menghabiskan waktu bersama Dewa. 

"Sialan! Kenapa juga harus ada Dewa di sana?!" 

Ia mendengkus kesal. Tangannya yang lebar mencengkeram bantal guling. Keinginan menggebu untuk menyusul tiba-tiba merasuk tanpa izin. 

"Kalau nyusul pake alasan apa coba?"

Aby benar-benar tidak bisa tenang. Terlebih karena di sana ada Vania.

"Bagaimana kalau Embun diapa-apain sama Vania?"

.

.

.

Di perkemahan. 

Embun sedang bersusah payah mendirikan tenda. Ia tampak kepayahan dengan napas terengah-engah. Udara sejuk pegunungan seakan tak cukup mampu untuk menahan keringat jatuh di kening. Hampir satu jam ia habiskan untuk mendirikan tenda, namun usahanya sia-sia. 

"Mau aku bantu?" Sapaan dari belakang mengalihkan perhatian wanita itu. Ia menoleh. 

"Kak Dewa ... boleh, Kak." 

Ah, akhirnya penolong datang. Embun bangkit dari posisi berjongkok, sehingga Dewa dapat membantu. Mendirikan tenda seorang diri sudah pasti tak dapat Embun lakukan. 

"Buat tenda itu susah juga, ya?" ujar Embun. Sambil membersihkan tangannya dari sisa tanah yang melekat. 

Dewa terkekeh. "Nggak susah kalau kamu sudah terbiasa." 

Embun memperhatikan Dewa yang sangat cekatan melakukan pekerjaan yang baginya sangat sulit. Namun, tentu saja bagi Dewa mendirikan tenda adalah sesuatu yang terlalu mudah. Terbukti, hanya dalam beberapa menit, tenda milik Embun sudah jadi. 

"Wah makasih, Kak." Embun tersenyum cerah. Bantuan dari Dewa sangat menghemat tenaganya. 

"Sama-sama, Embun. Habis ini kumpul, ya. Ada pengumuman." 

"Baik, Kak." Embun mengangguk diiringi senyum. Tanpa disadari olehnya, sepasang mata sejak tadi memperhatikan. 

Vania tersenyum penuh makna, wanita itu mengeluarkan ponsel dari saku jaket dan mengarahkan kamera kepada Embun dan Dewa. Hingga beberapa gambar yang menunjukkan interaksi antara Embun dan Dewa berhasil ia abadikan. 

"Aku akan tunjukkan ini ke Aby. Kita lihat saja bagaimana reaksinya kalau tahu kamu dekat sama laki-laki lain." 

Seraya memulas senyum, wanita yang mendadak culas karena cinta itu membuka galeri ponsel miliknya. Menandai beberapa foto hasil jepretan tadi, lalu mengirimkan kepada Aby melalui aplikasi WhatsApp. 

"Aby pasti akan marah," ujarnya kemudian. 

Di tempat lain, lamunan Aby membuyar tatkala mendengar deringan ponsel yang menandai adanya pesan masuk beruntun. Melawan rasa malas, pria itu bangkit dengan tubuh lemas. Meraih ponsel yang tadi ia tinggalkan di sofa dekat laptop dan menghempas tubuhnya yang hari ini terasa berat. 

Ia memutar bola mata ketika melihat nama yang tertera pada layar. "Apa lagi sih, Van?" gerutunya, sambil membuka pesan yang baru saja dikirim Vania. 

Seketika kelopak mata Aby melebar setelah melihat gambar di layar ponsel. Embun tampak cukup dekat dengan Dewa di samping tenda dan saling melempar senyum. Sebelah tangan Aby sudah terkepal sempurna. Napasnya menjadi lebih cepat. 

"Br3ngsek si Dewa!" 

...........

1
═ NISA ═
baru baca dah langsung nyesekkk
Yuliati Soemarlina
nanti abi udah cerai sama embun nyesel...
Yuliati Soemarlina
bagus embun...jangan mau ditindas sama lelaki...
Afni Matondang
hajar teros jgn sampe kendor
Afni Matondang
kasih nama yg erotis Thor kelabang punya bg aby/Facepalm/
Yuliati Soemarlina
tinggalin aja embun..punya suami yg mempermainkan pernikahan...ajukan pembatalan pernikahan..
Wiek Soen
sakit kok dicicil toh ada ada saja aby
Alif
orang sdh pernah kejadian gara2 sikapnya rumah tangga nya hampir buyar kok mau di ulangi, hello ada tim penyelamat ada keluarganya yg bisa minta tlong pd polisi misalnya coba aja lg tar aq suruh authornya ninggalin elo
Alif
kyknya si mega itu pelakunya, bermuka dua
Alif
bner kata embun bahwa ady itu orang gk pnya pendirian harusnya setelah menerima tawaran menikah suka gk suka hubungan yg lama harus di selesaikan spya gk gantung 2 orang perempuan
Alif
senengnya klo baca cerita perempuan yg terkhianati tp gk menyek2 semangat semua para readher di lanjut thoor👍
Khairul Azam
klo aku mending pikih si dewa. kadang banyak banget karakter perempuan dinovel ininyg tolol
Misaza Sumiati
perusahaan My Day punya ayah Dewa mungkin kan yang punya dr
Misaza Sumiati
embun terus terang
Misaza Sumiati
awas embun hati 2 , sama ulat bulu
Mardia Emailvivo
Sukak cara embun,biar tau si suami
istri gak perlu ngemis minta cinta
Misaza Sumiati
kayanya bukan Vania , kan hanya si pemilik mobil yang dipakai, tapi wajah orang nya tidak terlihat
Misaza Sumiati
Mega sepertinya yang kirim foto
Misaza Sumiati
Mega kayanya senang ke Dewa
Misaza Sumiati
pasti Vania yang nabrak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!