Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Panas
Anindya sangat wajar memikirkan hal itu, Karena bagaimanapun dia sendiri adalah seorang istri dan walau pernikahannya tidak akan berlangsung lama. Tetapi tidak masalah jika mengetahui siapa sebenarnya suaminya.
Sampai akhirnya Kavindra selesai menelepon yang terlihat semakin stres dengan mengusap wajahnya kasar dan Anindya tidak berhenti memperhatikan suaminya itu yang sungguh-sungguh sangat penasaran.
Anindya menelan saliva dan Kavindra yang kembali duduk di sofa dan melihat ke arah Anindya.
"Ada apa?" tanya Kavindra yang membuat Anindya menggelengkan kepala.
"Lalu kenapa melihatku seperti itu?" tanyanya dan tidak mendapatkan jawaban dari Kavindra.
"Jangan pernah berpikiran untuk ikut campur dengan urusanku dan apapun yang kau dengar itu bukan urusanmu!" tegas Kavindra.
Anindya menganggukkan kepala yang menurut saja walau sebenarnya dia penasaran.
Kavindra yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung melanjutkan pekerjaannya. Walau Dia terlihat begitu sangat stress dan sementara Anindya hanya diam saja yang menurut apapun yang dikatakan suaminya. Karena percuma juga dia bertanya dan sebelum bertanya sudah diberitahu oleh Kavindra.
Ternyata Kavindra bekerja terus-menerus yang mengabaikan Anindya yang sejak tadi sudah terlihat menahan kantuk. Dia tetap saja duduk pada posisinya, tetapi beberapa kali kepalanya ingin sekali terjatuh yang sudah tidak tahan dengan matanya dan hal itu kembali membuat ia sadar.
Tetapi terjadi berulang kali sampai akhirnya Kavindra menyadari apa yang sekarang dialami istrinya membuat Kavindra melihat sang istri. Tampak senyum di sudut bibirnya yang merasa begitu lucu melihat istrinya yang seperti itu.
Bukannya mempercepat pekerjaannya dan malah bersandar di kepala kursi dengan kedua tangan dilipat di dada dan sangat menikmati pemandangan di depannya itu, bagaimana Anindya yang menahan rasa mengantuk dan terus saja menjatuhkan kepalanya.
Cantik sekali, itu yang ada di dalam pikirannya, wajah polos yang sangat lugu itu begitu sangat manis yang membuat Kavindra tidak pernah bosan, samapi Anindya yang sudah tidak bisa memposisikan tubuhnya dan hendak terjatuh yang membuat Kavindra dengan cepat langsung menahan tubuh sang istri yang akhirnya pipi mungil itu jatuh pada telapak tangannya.
Kavindra merasa tidak pegal sama sekali yang masih saja menatap istrinya yang sekarang sudah jauh lebih dekat. Dia tidak henti-hentinya tersenyum miring yang sangat menikmati wajah cantik itu.
Kavindra yang sepertinya tidak tega harus membangunkan Anindya yang memilih untuk menggendong Anindya ala bridal style dan langsung membaringkan sang istri di atas ranjang.
Kavindra mungkin saat ini belum bernafsu untuk menghabiskan malam bersama istrinya, walau sebenarnya dia sudah sangat menginginkannya. Tetapi ada urusan pekerjaan yang membuat lagi-lagi harus membatalkan semua niatnya.
Dia sengaja mengajak istrinya ke kamarnya, hanya untuk sekedar mempermainkan saja. Namanya juga Kavindra jika tidak membuat ulah maka bukan dia namanya
Kavindra yang memilih untuk menyelimuti sang isti dengan sangat lembut dan tanpa ada niat untuk mengganggu sama sekali.
"Sebenarnya aku bener-bener ingin sekali menghabiskan malam bersamamu. Tapi lagi-lagi semua harus batal begitu saja. Baiklah masih banyak hari yang akan bisa kita jalankan bersama," ucapnya dengan tersenyum miring.
***
Anindya yang masih berada di kamar suaminya yang tiba-tiba secara perlahan membuka mata, Anindya yang merasa kamar tersebut sangat berbeda yang melihat langit-langit kamar. Anindya menoleh ke sampingnya dan betapa terkejutnya dia bahwa Kavindra yang sudah tidur di sampingnya.
Anindya menelan saliva dan langsung terduduk dengan sedikit menarik selimut yang memegang begitu erat.
Anindya kesulitan salivanya dengan jantung yang berdebar begitu kencang yang terlihat sangat cemas.
"Apa aku sudah disentuh tanpa aku sadari?" tanyanya begitu khawatir dan mengintip dibalik selimutnya.
Sebenarnya tidak ada yang berubah sama sekali, pakaian yang iya kena kan juga masih utuh dan Anindya juga tidak merasakan apapun.
"Anindya stop berpikir negatif dan walaupun iya, itu adalah hak suamimu dan hanya saja kenapa melakukannya disaat aku tidak sadar," batinnya yang berusaha untuk tenang.
Anindya yang dengan sangat pelan-pelan yang hendak pergi. Tetapi tiba-tiba lengannya tertahan yang membuatnya tidak jadi bergerak dan menoleh ke sebelahnya.
"Ingin kemana?" suara berat itu terdengar dan Anindya melihat suaminya itu masih tetap memejamkan mata.
"Ini sudah hampir selesai sholat subuh. Jadi aku ingin mengerjakan sholat terlebih dahulu," ucap Anindya pelan.
"Waktunya berapa lama lagi?" tanya Kavindra.
"Ini sudah jam 06.00 dan aku rasa kamu tahu berapa lama waktu yang tersisa," jawabnya.
Dengan tiba-tiba tubuh Anindya tertarik yang membuatnya kembali berbaring di atas ranjang dan mata dengan cepat melotot saat Kavindra yang sudah berada di atas tubuhnya. Hal itu seketika membuat Anindya panik dengan tangan yang tampak meremas sprei.
"Apa yang akan terjadi jika kamu tidak melakukan satu kali saja sholat?" tanyanya dengan alis terangkat.
"Dunia ini hanya tempat sementara, dengan semua yang kita miliki hanya milik sang pencipta. Jadi jika sudah diberikan begitu banyak keberkahan, maka tidak ada salahnya untuk menjalankan ibadah tepat waktu tanpa harus tertinggal," jawaban.
"Kenapa suka sekali menjawab pertanyaan dengan banyak teori dan tidak langsung to the point?" tanya Kavindra.
"Itu menjadi jawaban to the point yang artinya ketika tidak melaksanakan satu sholat saja yang berarti tidak mensyukuri nikmat yang diberikan sang pencipta dan meninggalkan satu ibadah saja merupakan dosa besar," jawab nya.
"Tapi bukankah aku sering mendengar bahwa menuruti perintah suami adalah pahala yang sangat besar tidak menuruti suami maka akan mendapatkan dosa yang sangat besar?" tanyanya. Anindya menganggukkan kepala.
"Kalau begitu aku meminta mu untuk tidak melaksanakan sholat dan tetap berada di atas ranjangku," ucap Kavindra.
"Apa alasannya?" tanya Anindya.
"Menuruti perintah suami," jawab Kavindra.
"Apa itu alasan?" tanya Anindya.
"Jika ingin menjadi istri yang baik maka turuti perintah suami," ucap Kavindra.
"Dan suami yang baik tidak akan memerintahkan hal seperti itu," sahut Anindya.
"Jadi kau benar-benar menganggap jika pernikahan kita adalah pernikahan sungguhan yang seolah menjadi keluarga yang sangat harmonis?" tanya Kavindra.
"Saya sejak awal memang tidak pernah menganggap adanya pernikahan bohongan dan kita berdua menikah sah di mata agama," jawab Anindya.
"Hahhh!" Kavindra menghela nafas yang lagi-lagi harus mengalah atas apa yang dikatakan Anindya dan dia berlalu dari atas tubuh sang istri yang kembali membaringkan tubuhnya.
"Kau sekarang sholat semaumu. Aku hanya meminta satu dan sudah mendapatkan ceramah yang begitu banyak," ucapnya dengan kesal.
"Saya akan sholat sebentar dan jika tuan masih menginginkan saya berada di kamar ini, maka saya akan datang setelah selesai melaksanakan ibadah," ucap Anindya.
"Kenapa dia begitu patuh sekali dan tidak berusaha untuk membantahku," batin Kavindra yang semakin kesal dengan Anindya yang selalu saja menurut apapun yang dia inginkan dan mungkin saja yang menginginkan Anindya untuk memberontak agar tertantang sedikit.
"Tuan apa saya boleh mengunjungi Abi?" tanya Anindya.
"Belum juga melakukan kewajiban dan sekarang sudah ingin pergi," jawab Kavindra.
"Bukan seperti itu tuan! Saya hanya ingin melihat kondisi Abi. Karena saya meninggalkan Abi dalam keadaan kurang sehat," jawabnya.
"Aku akan menyuruh sopir untuk mengantarmu," ucap Kavindra yang ternyata memberikan izin begitu mudah. Anindya mengangguk tersenyum, ternyata tidak memiliki kesulitan untuk meminta izin.
"Terima kasih sudah memberikan izin," ucap Anindya dengan tersenyum.
Bersambung.....