Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Suara bel membuat Mama Rere keluar untuk melihat siapa yang datang. Saat membuka pintu, dia melihat seorang pemuda tak dikenal berdiri di depan pintu rumahnya. Gerbang memang jarang di tutup kalau sore hari seperti ini.
"Permisi, Bu," pemuda itu menggangguk sopan. "Saya kurir, mau mengantarkan undangan." Pemuda tersebut menyodorkan sebuah undangan berwarna putih yang terlihat mewah. Setelah di terima Mama Rere, dia langsung pamit.
Mata Mama Rere membulat melihat nama siapa yang tertera di undangan, Jovan dan Dista. Akad nikah akan dilaksanakan besok pagi, dilanjutkan resepsi malam harinya.
"Siapa yang datang tadi, Mah?"
Mendengar suara Rara, Mama Rere segera menyembunyikan undangan tersebut di belakang badannya.
"Bu-bukan siapa-siapa."
"Mama bawa apa?" Rara merasa ada yang disembunyikan mamanya.
"Bukan apa-apa. Cuma nota dari suplier bunga."
"Kok dikasih ke rumah, gak ke toko?"
Mama Rere mengedikkan bahu. "Gak tahu." Dia lalu masuk, meninggalkan Rara yang masih bergeming.
Kling
Ponsel di tangan Rara berbunyi, langsung saja dia mengecek benda tersebut. Ada pesan masuk dari Dista.
[ Udah terima undangan dari aku? ]
Rara melihat ke arah Mamanya pergi. Jangan-jangan, yang disembunyikan mamanya tadi adalah undangan yang Dista maksud.
[ Aku sengaja ngasih undangan biar kamu bisa masuk. Biar kamu gak penasaran, seberapa mewah pesta pernikahanku dengan Jovan. ]
Rara meremat daster yang di pakai. Dia gak mau cemburu, tapi tetap saja hatinya sakit.
Kling
Dista kembali mengirim pesan.
[ Datang ya, Ra. Aku tunggu banget loh. ]
[ Ups, lupa. Kamu kan gak berani ketemu orang setelah jadi aktris bokep. Kamu nangis aja deh, di pojokan kamar kamu. ]
Rara menutup kedua matanya dengan telapak tangan. Sebenarnya tak ingin menangis, tapi air mata tak mau diajak kerja sama, luruh begitu saja. Bukan tentang mewahnya pernikahan Dista dan Jovan nanti yang bikin dia sedih, tapi kenyataan jika saat detik ini, dia belum berani untuk keluar, belum berani untuk berinteraksi dengan orang.
"Ra, kamu kenapa?"
Rara buru-buru menyeka air matanya mendengar suara sang mama. Rupanya wanita itu kembali lagi ke ruang tamu. Ini jalan yang dia pilih, poligami, dia tak mau terlihat menyedihkan di depan mamanya.
"Ra, ada apa?" Mama Rere mengusap lengan Rara.
"Apa yang barusan Mama terima, adalah undangan dari Dista?"
"Dari mana kamu tahu?" Mama Rere mengerutkan kening. "Dista telepon kamu? Atau jangan-jangan malah Jovan?" Emosinya langsung naik saat berspekulasi jika Jovan yang memberi tahu. Jika itu benar, akan dia rujak menantunya itu jika kesini.
"Dista."
"Gak usah datang."
"Tapi, Mah, Dista bakal_"
"Jangan mikirin Dista, fikirin diri kamu sendiri. Gak usah sok kuat, kalau itu cuma bakal nyakitin diri sendiri. Meski kamu sendiri yang memutuskan mau dipoligami, melihat suami kita menikahi wanita lain, itu sakit, Ra. Kamu hanya sedang dipancing, dan kalau kamu makan, umpan itu akan melukaimu."
Rara menunduk dalam. Ya dikatakan mamanya seratus persen benar. Sedikit banyak, dia akan sakit hati melihat Jovan dan Dista bersanding di pelaminan. Apalagi melihat senyum bahagia mereka.
"Besok, Tante Rania dan Hana pulang dari umroh, kita ke rumah mereka saja. InsyaAllah, hati kamu akan lebih adem disana, daripada datang ke pernikahan yang bikin sakit hati. Gak usah pura-pura kuat, sayangi dirimu sendiri. Jangan sakiti hatimu, dia berhak bahagia."
...----------------...
Pagi ini, akad nikah antara Jovan dan Dista diadakan di ballroom salah satu hotel mewah. Acara berjalan dengan lancar dan khidmat. Tak banyak tamu yang diundang di acara sakral tersebut, hanya saudara dekat saja. Baru di acara resepsi, semua kolega, teman, tetangga dan saudara jauh dekat, diundang semua.
Selesai akad nikah, Dista dan Jovan istirahat dikamar hotel, menunggu waktu untuk resepsi. MUA akan datang beberapa jam lagi untuk mengubah riasan Dista. Dista senyum-senyum sendiri melihat foto dan video akad nikahnya dengan Jovan. Niat untuk manas-manasin Rara langsung muncul. Saat Jovan masih di kamar mandi, dia segera mengirim video akad nikahnya ke nomor Rara.
"Kok centang satu terus sih," gerutu Dista saat status video kirimannya tak segera centang 2 biru.
Dia coba menelepon Rara, tapi tidak bisa. "Apa dia memblokir nomorku?"
Dista langsung kepikiran untuk mengecek melalui ponsel Jovan. Dia mengambil ponsel milik suaminya tersebut yang ada di atas nakas lalu menelepon Rara, tapi ternyata sama, tidak bisa. Apa nomor Jovan juga diblokir? Mustahilkan, jika Rara kehabisan data.
"Ada telepon ya?" tanya Jovan yang baru keluar dari kamar mandi. Dia fikir, Dista memegang ponselnya karena ada yang menelepon.
"Enggak." Dista meletakkan ponsel milik Jovan ke tempat semula. "Rara gak telepon kamu hari ini?"
"Enggak, tapi tadi pagi, aku telepon dia."
"Hah!" Dista langsung melotot. "Ngapain kamu telepon dia, Yang?"
"Dia itu istri aku juga, Dis. Aku telepon buat nanyain kabarnya."
"Gak usah terlalu perhatian sama dia," Dista langsung sewot. "Kamu aja pas mau nikah sama Rara, gak nelepon aku sama sekali."
Jovan menghela nafas panjang. "Aku gak telepon kamu, karena kamu telepon aku terus. Sampai-sampai aku matiin telepon." Dia masih ingat seperti apa menyebalkannya Dista hari itu. "Lihatlah Rara, hari ini, dia bahkan gak ganggu aku sama sekali."
"Apa Rara bilang, nanti mau datang ke resepsi pernikahan kita?"
Jovan mengerutkan kening. "Mama bisa dia datang, kan gak punya undangan. Eh, tunggu-tunggu," dia langsung kepikiran sesuatu. "Jangan bilang kalau kamu ngasih undangan ke dia?"
"Em... iya," sahut Dista tanpa rasa bersalah.
"Astaga, Dista! Kamu itu kenapa sih, resek banget sama Rara?"
"Ya karena aku masih sebel sama dia karena ngerebut kamu dari aku." Dista mulai emosional, matanya terlihat berkaca-kaca. "Harusnya aku istri satu-satunya, tapi karena dia, aku harus berbagi. Aku gak ikhlas, Jo, gak ikhlas," Dista menangis sesenggukan.
Jovan duduk di sebelah Dista, lalu memeluknya, membenamkan wajah wanita itu di dadanya. "Cobalah untuk berdamai dengan keadaan, Dis. Aku janji akan berbuat adil pada kalian berdua. Nanti malam, jangan berharap Rara akan hadir. Dia sudah minta izin padaku tadi pagi, kalau hari ini, dia dan keluarga akan ke rumah saudaranya yang pulang umroh."
Dista mengepalkan telapak tangannya. Ternyata umpannya tak dimakan oleh Rara. Padahal dia ingin sekali malam ini Rara datang. Dia ingin madunya tersebut menangis darah melihat kebahagiannya.
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..