Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
Chandra's POV
Gue langsung loncat dan lari setelah mendengar jeritannya Gaby.
"Kenapa By???!!!" tanya gue panik.
"Spongebob gue kempes." jawab dia sambil meluk balon yang dibeli kemarin.
Gue menghela napas lega, gak jadi panik. Lalu gue naik ke ranjang nya.
"Kirain kenapa, cuma gara-gara balon doang suaranya kek gitu."
"Kan sayang baru kemarin masa udah letoy sih."
"Besok kalo ketemu abang-abangnya lagi pokoknya harus beli lagi ya, Chan."
"Mau yang Patrick." ucap dia lagi.
Gue gak peduli, gue memilih rebahan aja. Hari ini gak tau kenapa tiba-tiba gue gak enak badan. Apa ketularan Kak Yura kemarin ya. Hmm mungkin aja.
Alhasil gue ijin pulang duluan dari kantor tadi.
"Keluar dong, mau ganti baju nih." suruh Gaby yang lagi buka belt di roknya.
"Gue merem, gak lihat." ucap gue yang emang dari tadi merem.
"Buruan dong!" suruh dia lagi. Kali ini dia mulai kesel.
Gue cuma diem. Lalu Gaby menghampiri gue, dia ikut naik ke atas ranjang.
"Gue seret nih." Dia mulai narikin tangan gue.
Tapi dia akhirnya berhenti. Tiba-tiba dia ngelihatin muka gue deket banget.
"Lo sakit ya? Muka lo pucet." ucap dia.
Gaby kemudian megang jidat gue buat mastiin.
"Anjir lo demam Chan." pekik dia heboh.
Gue masih diem ngelihatin dia yang mulai khawatir. Gaby kayak berpikir 'gue kudu gimana?'.
"Jangan-jangan ketularan Kak Yura ya?" kata dia.
"Bisa jadi." jawab gue yang mulai lemas.
"Ayo ke dokter aja, mumpung masih kuat nyetir Chan." saran dia.
Yakali orang badan gue udah lemes, yang ada ya nabrak dong. Gue kemudian menggeleng buat sarannya tadi.
Saran yang konyol.
"Ambilin gue obat aja deh." suruh gue.
Gaby langsung turun ke bawah buat ambil obat, tumben gak bacot dulu kalo disuruh.
Dia kemudian udah kembali lagi sambil bawa kotak obat-obatan dan air putih.
Dia mengeluarkan beberapa obat yang ada di dalam kotak. Kemudian membacanya satu-satu. Dia mulai bingung sekarang. Dahinya berkerut menandakan bahwa dia gak tau.
"Ketemu nggak?" tanya gue yang dari tadi ngelihatin gerak-geriknya.
"Yang paling manjur yang mana ya? Gue bingung." Dia masih pilih-pilih obatnya.
"Bodrex aja, ada gak?" tanya gue. Dia gak jawab masih melanjutkan aktifitas sibuknya.
Gue kemudian mendudukkan badan gue. Anjay makin pening nih pala gue.
Gue lalu bantu dia nyari obat. Ketemu kan kalo gue sendiri yang cari, dia mah gak bisaan orangnya.
Gue udah telen obatnya. Kemudian kembali menidurkan diri. Tumben Gaby gak protes ini kan ranjang dia. Yang bikin makin heran dia malah nylimutin badan gue pake selimut pink kesayangannya.
"Lo udah makan siang?" tanya Gaby.
Gue cuma mengangguk.
"Yaudah tidur aja ya." suruh dia.
Gue cuma mengangguk lagi. Setelah itu gue tertidur.
Setelah tidur agak lama, tiba-tiba gue terbangun karena ada benda basah yang menempel di dahi gue. Gue bingung itu apaan. Lalu gue pegang dan angkat buat ngelihat.
Tiba-tiba tangan Gaby nahan tangan gue. "Ett jangan Chan, udah biarin aja lohh."
Oh ternyata si Gaby lagi ngompres gue.
"Makin panas tubuh lo. Gue udah chat Mama tapi belum dibaca." ujar dia.
"Apa gue minta tolong Ken aja ya buat bawa ke klinik?" Gaby mencoba nyari solusi.
"Jam berapa ini?" tanya gue.
"Jam setengah 5."
Udah jam segitu pasti anak-anak juga udah pulang dari kantor. Yaudah gak papa deh Gaby minta bantuan Ken. Tapi tapi...
"Seann aja deh telfon." ucap gue.
Dia nurut lalu coba nelpon Sean. Tapi gak dijawab-jawab. Lalu Gaby chat Sean, ternyata cuma centang satu. Kata Gaby terakhir dilihatnya kemarin. Hmm Sean kayaknya gak punya kuota deh.
"Yaudah telfon Ken." suruh gue, pilihan terakhir.
Agak terpaksa sih daripada gue pingsan di rumah, kan kasihan nanti Gaby kerepotan.
Gaby udah nelfon Ken, katanya bentar lagi Ken dateng.
"Lo ganti baju dulu ya. Gue ambilin." Belum juga gue respon, dia udah pergi ke kamar gue buat ambil baju.
Sekarang dia udah balik bawa kaos lengan panjang sama celana panjang yang bukan jeans. Dia juga bawa jaket yang biasa gue pakek.
Gaby kemudian membantu gue duduk dan bukain kancing kemeja gue. Karena gue lemes banget, dia yang makein baju ke tubuh gue. Selesai ganti baju, dia nyuruh gue buat tiduran lagi sambil nungguin Kai.
Alangkah kagetnya, Gaby tiba-tiba ikut tiduran disebelah gue. Kemudian dia meluk tubuh gue dari samping. Gue cuma lihatin dia dengan heran. Kenapa sih nih anak. Gaje.
"Kata Mama kalo sakit harus dipeluk, biar rasa sakitnya agak mendingan." lirih Gaby.
Gue tau Mama yang dimaksud pada omongannya itu mama kandungnya. Gaby pasti keinget Mamanya lagi. Sabar ya By.
"By ganti baju dulu, besok masih dipake. Kusut loh." suruh gue yang baru sadar ternyata dari tadi Gaby masih pakai seragam.
"Disetrika lagi nanti." ucapnya yang masih melingkarkan tangannya di perut gue.
"Bau keringet nanti."
"Disemprot pakek parfum punya lo yang wangi itu." jawab dia enteng.
Dahlah iyain aja biar dia seneng.
Tiba-tiba dari bawah ada yang manggil-manggil, kayaknya itu Ken udah dateng deh. Gaby langsung turun buat ngecek. Bener Ken udah dateng, dia sekarang masuk ke kamar.
"Lo kenapa?" tanya Ken.
"Dia sakit, demam keknya."
Yang ditanya siapa, yang jawab siapa...
"Bentar ya gue ganti baju dulu." Gaby lalu keluar dari kamar sambil bawa beberapa baju dia. Dia pinjem kamar gue buat ganti disana.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gaby's POV
Alhamdulillah sekarang udah balik kerumah lagi setelah pergi ke klinik.
Tadi kata dokternya, Chandra cuma sakit demam biasa, udah dikasih obat sama disaranin supaya istirahat yang cukup sama makan yang teratur.
Insaallah bisa segera sembuh kalo nurut.
"Makasih ya udah nganterin ke klinik." ucapku pada kak Ken.
Dia pun mengangguk.
Setelah nidurin Chandra ke kamarnya, aku sama kak Ken menuju lantai bawah sekarang.
"Kak Ken udah makan?" tanyaku.
"Belom. Buatin gue makan dong By." pintanya.
"Oke bentar ya tunggu di meja makan."
Ehh kak Ken malah ngintilin ke dapur.
"Mau bikin apa?" tanya kak Ken kepadaku yang lagi buka tutup kulkas berkali-kali. Aku sebenarnya bingung mau bikin apa. Ah mie aja deh.
"Mie." jawabku sambil natap kak Ken sebentar.
Aku lalu ambil mie instan yang disimpen Mama di tempat biasanya.
"Mau yang kuah apa goreng?" Aku memperlihatkan 2 mie instan yang kuah sama goreng di kedua tanganku.
"Emmm goreng aja tapi 2 ya." kata kak Ken.
Aku pun mengangguk, lalu mulai ngerebus air. Kak Ken, dia bantuin guntingin bumbunya. Aku ambil 3 mangkok sekalian masak buat Chandra yang lagi sakit.
"Gimana sekolahnya?" tanya kak Ken di tengah aktifitas kita.
"Alhamdulilah lancar."
"Udah punya temen?" tanya kak Ken lagi.
"Alhamdulilah udah."
Kak Ken ngangguk-ngangguk denger jawabanku. Kalo diliat-liat dari ekspresinya dia kayak lega gitu.
Hmm kenapa nanya gitu ya? Emang tau ya kalo aku dari dulu gak pernah punya temen?
"Besok gue anterin yaa."
Sontak aku membalikkan badan ke arah dia.
"Kan Chandra lagi sakit, sekalian biar tau sekolah lo dimana."
Yaudah deh iya.
Aku mengangguk lalu melanjutkan mengaduk mie.
Sekarang kita lagi makan mie di kamar Chandra. Chandra makannya di kasur. Aku sama kak Ken duduk di sofa dekat jendela. Aku makan mie rebus tambah nasi. Kak Ken, punya dia mie goreng 2 porsi tambah nasi juga. Punya Chandra sama kayak punyaku.
Waktu aku makan, aku lihat ke arab Chandra, dia kayaknya gak selera makan deh orang dari tadi cuma diubek-ubek doang.
"Kenapa? Gak enak ya?" tanyaku pada Chandra. Kak Ken juga ikut ngelihatin.
"Gue gak laper." ucap dia dengan suaranya pelan banget.
Perasaan baru 2 suap deh. Aku lalu meletakkan mangkokku yang masih ada isinya. Aku kemudian mendekati Chandra. Sekarang aku duduk hadap-hadapan sama dia.
"Gue suapin ya." ucapku pada Chandra. Dia gak respon, langsung aja aku ambil alih mangkok sama sendoknya.
"Aaakk."
Dia membuka mulutnya lalu mengunyahnya dengan malas.
Manja banget giliran disuapin baru mau makan.
"Aaakk." suruhku lagi.
Chandra menolak."Udah gue udah kenyang."
"Ayok satuuuu ini aja." bujukku.
Dia tetep nolak, dia minta minum obat aja. Lalu aku kasih. Selesai minum obat, aku suruh dia buat tidur.
Selesai makan, aku sama kak Ken lalu cuci piring. Kak Ken disini agak lama, dia bahkan nonton tv juga di ruang tv. Jam udah menunjukkan pukul 9. Aku suruh dia buat pulang karena besok dia masih kerja. Awalnya dia nolak, mau nginep sini aja katanya. Tapi akhirnya dia mau pulang karena keponakannya nyariin.
Aku anter dia sampai depan pintu.
"Besok pagi chat gue. Ingetin gue ya buat mampir sini dulu." pesan kak Kai.
"Iya, jangan mepet-mepet ya ntar telat." ucapku.
Dia lalu senyum dan tangannya mulai bergerak ke atas kepalaku. Jarinya yang gak bisa diem itu kini mengacak-acak rambutku.
Langsung aja aku singkirinlah tangan dia.
Aku paling kesel kalo rambutku diberantakin kayak gini, tapi gak papa deh kalo yang giniin orang ganteng. Aku ikhlas hihihi.
Selesai nganter kak Ken ke depan pintu, aku langsung naik ke kamar mau tidur.
Eh tapi aku putar haluan sebentar untuk ngecek keadaan Chandra sebentar.
Dia udah tertidur kayaknya. Saat pintu kamarnya mau aku tutup dari luar tiba-tiba dia memanggilku.
"By... "
"Hmm iyah?"
"Sinii." suruh dia.
Aku kemudian menghampiri dia yang tergeletak lemas itu.
"Kok lo belum tidur?" tanyaku.
"Gak bisa tidur." ucap Chandra. Tangan dia kemudian menepuk-nepuk kasur di sebelahnya, isyarat agar aku tidur di sebelahnya.
Aku pun nurut.
Sekarang aku udah ada disebelah dia.
"Peluk dong kayak tadi." rengek dia.
Aku narik selimut dulu sampai ke atas dadaku dan dada Chandra. Kemudian aku peluk dia. Kepalaku, aku letakkan diatas dada kiri dia. Sekarang aku bisa dengar detak jantung dia.
"Lo deg-degan ya?" tanyaku.
"Enggak, emang kalo lagi sakit ya gini. Detaknya cepet."
Aku cuma mengangguk, lalu coba merem buat tidur. Aku merasakan tangan kanan Chanyeol tiba-tiba mengusap-usap kepalaku. Usapannya sangat nyaman hingga akhirnya membuatku benar-benar terlelap.
~to be continue...