Di tengah hujan deras yang mengguyur jalanan kota, Kinanti menemukan seorang anak kecil yang tersesat. Dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan, anak itu tampak sangat membutuhkan bantuan. Tak lama kemudian, ayah dari anak itu muncul dan berterima kasih atas pertolongan yang ia berikan.
Meskipun pertemuan itu sederhana, tidak ada yang tahu bahwa itu adalah awal dari sebuah kisah yang akan mengubah hidup mereka berdua. Sebuah pertemuan yang membawa cinta dan harapan baru, yang muncul di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rhtlun_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Setelah memastikan Kenzo mengenakan pakaian yang nyaman, Kinanti berpamitan kepada orang-orang di rumah Julian. Dengan penuh semangat, ia mengajak Kenzo untuk mengunjungi keluarganya. Mereka diantar oleh sopir keluarga Julian, yang dengan setia mengantar mereka ke tujuan.
Selama perjalanan, Kenzo yang ceria bertanya dengan mata berbinar, "Apakah rumah Mama Kinanti jauh?" Kinanti tersenyum lembut sambil menjawab, "Agak jauh, tapi tidak akan terasa lama karena kita bersama."
Setibanya di rumah Kinanti, mereka disambut hangat oleh ibunya dan Dinda, adiknya yang baru pulang dari sekolah. Dinda langsung mengenali Kenzo dan dengan antusias bertanya, "Apakah ini Kenzo, anak Pak Julian?"
Kinanti mengangguk sambil tersenyum, dan Dinda segera mendekati Kenzo, mencubit lembut pipinya. "Kamu lucu sekali, Namaku Dinda." Ucap Dinda dengan suara penuh kekaguman. Kenzo tertawa kecil, merasa nyaman dengan sambutan hangat itu.
Ibu Kinanti dengan penuh kasih, menyiapkan beberapa makanan untuk mereka. Sementara itu, Dinda dan Kenzo segera akrab, berbicara dan bermain bersama. Kenzo tampak ceria dan banyak bertanya kepada Dinda dan ibunya, menunjukkan rasa ingin tahunya yang besar.
Kinanti yang mengamati dari dekat hanya bisa menggelengkan kepala pelan, tersenyum melihat tingkah menggemaskan Kenzo. Suasana hangat dan penuh canda memenuhi rumah Kinanti. Dinda terlihat sangat menyukai Kenzo, dan keduanya tampak seperti sudah lama saling mengenal, meskipun baru pertama kali bertemu.
Ketika Dinda dan Kenzo bermain bersama, Kenzo dengan polosnya berkata kepada Dinda, "Kak Kinanti itu baik dan menyayangi Kenzo."
Dinda tersenyum mendengar pernyataan itu, lalu bertanya dengan lembut, "Oh ya? Apakah Kenzo juga menyayangi Kak Kinanti?" Kenzo mengangguk dengan ekspresi lucu, membuat Dinda tersenyum semakin lebar. Tergerak oleh kelucuan Kenzo, Dinda mencium pipinya dengan penuh kasih sayang.
Tanpa terasa, waktu berlalu dengan cepat saat mereka bermain bersama. Kinanti yang memperhatikan dari dekat menyadari bahwa mereka telah menghabiskan waktu yang cukup lama di rumah.
Ia kemudian memutuskan bahwa sudah saatnya mereka kembali ke rumah Julian. Dengan lembut, Kinanti mengajak Kenzo untuk berpamitan kepada ibunya dan Dinda. Setelah berpamitan, mereka berdua pun berangkat kembali ke rumah Julian, diantar oleh sopir keluarga.
Di perjalanan pulang, Kenzo kembali bertanya dengan polosnya, "Apakah Kak Dinda itu adik Mama Kinanti?" Kinanti mengangguk sambil menjawab, "Iya, Dinda itu adikku."
Kenzo melanjutkan dengan penuh rasa ingin tahu, "Apakah punya adik itu menyenangkan?" Kinanti tersenyum dan mengiyakan.
Kenzo kemudian berkata, "Aku juga mau punya adik, biar bisa main bareng seperti Kak Dinda dan Mama Kinanti."
Ucapan Kenzo membuat Kinanti terdiam, terkejut sekaligus bingung dengan permintaan polos itu. Pikirannya melayang, membayangkan bagaimana reaksi Julian mendengar permintaan Kenzo.
Setelah mereka tiba di rumah, Julian sudah menunggu di ruang tamu bersama Bi Inah dan Marta. Kinanti meminta izin kepada Marta untuk membawa Kenzo ke kamarnya agar bisa mengganti pakaian. Julian, tanpa berkata apa-apa, mengikuti mereka dari belakang.
Di dalam kamar, Kenzo masih berceloteh dengan semangat tentang keluarganya. "Punya adik pasti sangat menyenangkan." Ujarnya sambil tersenyum.
Kemudian, dengan nada yang sama, Kenzo meminta kepada Julian, "Aku ingin adik, Daddy." Julian yang mendengar permintaan itu terkejut, sama seperti Kinanti. Sejenak, suasana menjadi hening.
Julian berusaha menahan senyum dan dengan lembut menjelaskan, "Minta adik itu butuh proses yang lama, Kenzo." Namun, Kenzo yang penasaran segera bertanya, "Kenapa lama Daddy?"
Julian melirik Kinanti yang berdiri di dekatnya dengan tatapan penuh canda, lalu menjawab dengan nada menggoda, "Karena adik itu harus dibuat terlebih dahulu." Kinanti yang mendengar ucapan itu melotot ke arah Julian, lalu memukul pelan lengannya. Julian tertawa kecil, menikmati momen itu.
Kinanti merasa malu sekaligus geli dengan kelakuan Julian. "Jangan bercanda seperti itu." Ucapnya dengan wajah memerah.
Julian kemudian meralat penjelasannya dengan lebih serius, "Adik itu butuh waktu karena Daddy dan Mama Kinanti harus siap terlebih dahulu." Kenzo mengangguk, tampak mengerti meskipun masih menyimpan sedikit kebingungan.
"Oh, jadi Kenzo harus menunggu Mama Kinanti dan Daddy bersama?" Julian mengangguk sambil tersenyum, "Iya, Kenzo anak pintar." Ia mengelus kepala Kenzo dengan penuh kasih sayang. Kemudian, Julian bertanya, "Kenzo ingin punya adik berapa?"
Tanpa ragu, Kenzo menjawab, "Tiga!" Mendengar jawaban itu, Kinanti yang sedang minum air putih langsung tersedak, terkejut oleh permintaan polos anak itu.
Julian tersenyum miring, merasa geli dengan reaksi Kinanti, lalu dengan nada menggoda berkata, "Kinanti, sepertinya kamu harus siap dengan keinginan Kenzo ini."
Kinanti yang masih terkejut berusaha menenangkan dirinya, lalu menasihati Kenzo dengan lembut, "Kenzo, satu adik saja sudah cukup ya? Kalau terlalu banyak, nanti repot sayang." Namun, Kenzo menggelengkan kepala dengan tegas, "Tidak, Kenzo mau tiga!"
Julian tertawa mendengar keteguhan hati anaknya yang kecil itu. Kinanti hanya bisa menghela napas, merasa pusing mendengar permintaan Kenzo, namun akhirnya terpaksa mengiyakan demi melihat anak itu bahagia. Kenzo melompat-lompat dengan riang, tanda ia sangat senang. Julian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, merasa lucu melihat tingkah laku anaknya yang penuh semangat itu.
Mereka bertiga tertawa bersama, suasana yang semula tegang berubah menjadi hangat dan penuh canda. Julian memeluk Kenzo dengan penuh kasih, sementara Kinanti menatap mereka dengan perasaan hangat di hatinya. Meskipun sempat merasa malu, Kinanti merasa bahagia karena Julian begitu perhatian dan penuh cinta, tidak hanya kepada Kenzo, tetapi juga kepadanya.
Setelah bercanda tentang adik, Julian merasa kegerahan meskipun malam telah tiba. Ia pun melepas kemejanya untuk merasa lebih nyaman. Kenzo yang melihat tindakan ayahnya, bertanya dengan polos, "Daddy, kenapa Daddy melepas baju?" Julian menjawab dengan tersenyum, "Daddy kepanasan dan sedikit berkeringat."
Kinanti yang berada di dekat mereka merasa salah fokus. Pandangannya tertuju pada perut Julian yang berotot. Ia tidak menyangka bahwa Julian seratus persen lebih tampan dalam tampilan seperti itu.
Sementara itu, Julian yang menyadari tatapan Kinanti yang terfokus pada dirinya. Ia pun tersenyum miring dan membuat alasan, ia meminta Kenzo untuk mengambilkan baju di kamarnya. "Sayang, bisakah kamu mengambilkan Daddy baju di kamar Daddy?" Pintanya.
"Baik, Daddy." Kenzo pun mengangguk dan pergi untuk mengambilkan baju ayahnya.
Setelah Kenzo pergi, Julian mendekati Kinanti yang berusaha menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Julian menyentuh dagu Kinanti, lalu mengangkat wajahnya agar menatapnya. Ia dengan lembut berkata, "Apakah ada sesuatu di perutku?"
Kinanti merasakan jantungnya berdebar kencang. Julian selalu memiliki cara untuk membuatnya merasa gugup dan berdebar seperti ini. Namun, ia berusaha mengendalikan diri dan bertanya balik, "Kenapa kamu tidak memakai baju?"
Julian tidak menjawab pertanyaan itu, melainkan mendekatkan wajahnya ke arah Kinanti, bersiap untuk menciumnya. Namun, sebelum ia sempat melakukannya, Kenzo kembali membawa baju yang diminta Julian. Melihat Kenzo datang, Kinanti dan Julian segera saling menjauh.
Kenzo yang tidak mengerti situasi itu bertanya dengan polos, "Daddy, apa yang tadi Daddy lakukan dengan Mama Kinanti?"
Julian cepat-cepat beralasan, "Mata Mama Kinanti tadi kelilipan, jadi Daddy membantu untuk meniupnya."
Mendengar alasan konyol yang dibuat-buat itu, Kinanti tertawa kecil, ia merasa geli dengan kepolosan Julian dalam menjawab pertanyaan Kenzo.