Karena jebakan yang dilakukan oleh kakak tirinya, Pagi itu Anggun mendapati dirinya berada di dalam selimut yang sama di atas tempat tidur bersama dengan seorang CEO yang dia tahu berwatak kejam dan bengis.
Satu bulan kemudian Anggun mengetahui dirinya sedang hamil. Karena tidak ingin hidup dia dan juga Papanya berada dalam bahaya, Anggun memilih untuk pergi ke luar negeri. Dan di sanalah Anggun melahirkan seorang anak yang genius.
Tetapi Anggun memilih menyembunyikan identitas putranya, karena tidak ingin CEO yang kejam itu mengetahui keberadaannya yang mungkin akan berbahaya bagi nasib dia dan putranya
Enam tahun kemudian dia bertemu kembali dengan pria itu, yang ternyata juga mencarinya selama ini.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, Apakah keduanya bisa bersatu dan hidup dengan bahagia?
Ikuti kelanjutannya dalam ; CEO itu AYAH ANAKKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
"Sekarang katakan pada Uncle, apa yang bisa Uncle bantu? Ada masalah apa yang yang kau bilang sangat penting itu. Sampai kau memanggil Uncle untuk datang ke sini?!" tanya Adam kepada Arthur ketika mereka berdua sudah berada di kamar Arthur yang berada di rumah Tuan Diwangga.
Arthur tidak menjawab pertanyaan Adam tetapi kemudian dia melepas jam yang melingkar di tangannya
"Coba Uncle dengarkan ini!" ucap Arthur menyodorkan jam tangannya kepada Adam. Adam yang mengetahui tentang jam yang berada di tangan Arthur itu pun kemudian memutarnya mencari bagian yang dimaksud oleh Arthur. Lalu mendekatkan jam itu ke arah telinganya
"Siapa itu Kencana?" tanya Adam. Ternyata yang ada di dalam jam itu adalah rekaman suara yang direkam oleh Arthur di kamar Nyonya Bella beberapa hari yang lalu.
"Kencana itu nama Grandma nya Arthur uncle. Mendengar apa yang diucapkan oleh nenek Bella kepada penelpon itu. Arthur curiga bahwa sebenarnya nenek Bella terlibat dalam meninggalnya grandma Kencana. Atau yang sebenarnya adalah, Grandma Kencana meninggal bukan karena sakit. Tapi karena sengaja dibuat meninggal oleh nenek Bela!" terang Arthur akan kecurigaannya.
Adam memandang menelisik wajah Arthur. Sedari Dulu Adam memang menyadari, bahwa Arthur memang tidak sama dengan anak kecil pada umumnya. Arthur memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Akan tetapi Adam juga tidak menyangka. Jika Arthur bahkan lebih cerdas dari yang dia kira.
Anak seusia Arthur di luar sana, tidak akan mungkin memahami apa yang diucapkan oleh wanita dalam rekaman telepon tersebut, meskipun mendengarnya secara jelas. Akan tetapi tampaknya Arthur memahami betul percakapan di dalam rekaman tersebut. Bocah kecil di hadapannya ini benar-benar melebihi prediksinya
flashback on
Di masa lalu, Ketika Arthur masihlah seorang balita kecil yang masih harus digendong untuk ke sana kemari. Anggun memang selalu menitipkan Arthur kepada Adam. Karena Anggun juga tidak tega jika membebankan Arthur kepada Bibi Berta.
Arthur yang sudah mulai belajar merangkak membuatnya tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam box bayi. Apalagi Karena Arthur yang sangatlah lincah, aktif, tidak bisa diam sedikitpun. Akan sangat berbahaya jika di biarkan tanpa pengawasan.
Adam khan adalah seorang ahli IT yang pekerjaannya sangat fleksibel. Dia bisa mengerjakan pekerjaannya dari rumah. Dan kebetulan juga rumahnya berdampingan dengan Bibi Berta.
Sambil mengerjakan tugasnya sebagai seorang ahli IT, Adam khan memberikan beberapa mainan kepada Arthur yang dibiarkan bermain di dekat tempatnya dia bekerja.
Tetapi tampaknya Arthur tidak menyukai mainan yang disediakan oleh Adam. Yang ada justru Arthur kecil merangkak mendekati Adam yang berhadapan dengan laptop dan beberapa komputer canggih.
Adam yang kebetulan pada saat itu sedang menangani masalah yang cukup pelik mencoba mencegah Arthur agar tidak mendekatinya. Tetapi sayang Arthur tidak bisa dicegah. Malah semakin meronta ketika ketika dipegang dan di tahan tubuhnya. Akhirnya Adam membiarkannya saja.
Setelah Adam membiarkannya sesuka hati, ternyata Arthur malah duduk anteng hanya memperhatikan layar laptop saja. Adam merasa senang karena ternyata Arthur tidak mengganggu pekerjaannya.
Keesokannya hal serupa terjadi lagi. Lagi lagi Arthur tidak mau bermain dengan mainannya sendiri. Arthur selalu merangkak mendekat ke arah Adam dan ikut duduk di depan komputer. Balita itu ikut fokus memperhatikan layar komputer dan laptop yang ada di hadapan Adam.
Akhirnya Adam membeli sebuah kacamata anti radiasi berukuran kecil dikhususkan bagi Arthur. Karena seperti biasa setiap kali diajak bermain, Arthur tidak mau bermain dengan mainannya sendiri. Akan tetapi memilih ikut dengan Adam fokus memperhatikan layar komputer.
Pernah suatu ketika Adam berada di puncak kesulitan dan tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Tiba-tiba tangan Arthur menggapai-gapai keyboard. Memukul mukul keyboard dengan dua telapak tangannya. Dan juga menggerak-gerakkan kursor laptop. Sambil menghentakkan hentakan bokongnya .
Tanpa di duga keajaiban terjadi. Adam mendapatkan notif di laptop dan tiga komputernya yang sedang menyala. Masalah yang dihadapi Adam tiba-tiba terselesaikan. Mulut Adam menganga lebar karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Pandangan Adam beralih pada Arthur. Bocah kecil yang bahkan belum bisa berjalan itu tampak bertepuk tangan, menghentak hentak kan bokongnya sambil tertawa kegirangan khas balita yang mendapat mainan.
"Apakah itu tadi hasil pekerjaan Arthur atau hanya kebetulan saja?" batin Adam penuh tanda tanya.
"Apakah Arthur yang baru saja membantu pekerjaan Uncle?" tanya Adam sambil meraih tubuh Arthur dan di bawanya untuk duduk di atas pangkuannya.
Arthur kecil yang memang belum bicara Tentu saja tidak menjawab. Malahan bocah kecil itu bertepuk tangan sambil jingkrak-jingkrak dengan menggunakan bokongnya karena bocah kecil itu memang belum bisa berdiri. Seolah-olah Arthur kecil sangat gembira karena mendapatkan sebuah mainan.
Adam mengangkat bocah itu tinggi tinggi, hingga sebatas wajahnya. lalu menciumi perut pecah gembul itu dengan gemasnya lagi-lagi Arthur tertawa-tawa sambil bertepuk tangan.
***
"Adam... Adam...?! apa kau ada di dalam?!"
Adam membuka perlahan matanya. mengerjapkannya sebentar. Butuh waktu beberapa saat untuk mengumpulkan rohnya yang masih berkeliaran entah ke mana. Padahal semalaman dia lembur karena ada pekerjaan dari sebuah perusahaan yang terkena masalah. Bahkan Adam baru bisa tertidur ketika menjelang pagi.
Adam enggan bangun karena sebenarnya ia ingin tidur sampai siang untuk mengganti waktunya semalam yang tidak tidur sama sekali.
Akan tetapi angan-angannya buyar. Adam melirik jam yang tergantung di dinding. Masih baru jam 08.00 pagi. Tetapi suara teriakan bergema beriringan dengan gedoran pintu di depan rumahnya. Itu adalah suara Anggun. Tetangga Sebelah rumahnya.
Mau tak mau Adam pun turun dari tempat tidurnya dan menuju ke depan untuk membuka pintu
"Adam Maafkan aku! Apa kamu masih tidur tadi? Apa aku mengganggu tidurmu?" Anggun berbicara dengan nada penuh penyesalan.
Adam belum lagi membuka mulutnya tetapi Anggun sudah menyerocos panjang lebar. Mempertanyakan kesalahan yang nyata-nyata telah dia lakukan
"Tidak masalah. Ada apa?" tanya Adam. Walaupun sebenarnya dia memang masih mengantuk.
"Maafkan aku Adam. Sesungguhnya aku benar-benar tidak enak hati. Tetapi Arthur benar-benar rewel hari ini. Aku tidak sanggup mendiamkannya. Aku sudah memberikan macam-macam mainan. Tetapi dia tetap saja tidak mau diam!" ucap Anggun yang hampir menangis mungkin sudah kelelahan membujuk putranya.
Adam mengarahkan pandangannya pada bocah kecil dalam gendongan Anggun. saat itu usia Arthur Sudah dua tahun.
"Antel.. Atul mau main cama Antel .." rengek Arthur kecil.
"Baiklah jagoan, sini ikut Uncle!" Adam mengulurkan tangannya agar Arthur ikut dengan uncle. Arthur pun menyambut uluran tangan Adam dengan riang gembira.
"Kau bisa melanjutkan kesibukanmu, Arthur akan aman bersamaku !" ucap Adam pada ibu tunggal itu.
"Terima kasih Adam, aku benar-benar berhutang Budi padamu !" ucap Anggun. Sebenarnya dia benar-benar tak enak hati. Tapi Arthur yang sama sekali tak bisa di ajak kompromi.
buat author semangat nulis nya
buat author semangat nulisnya