Nina Mahesa permpuan Solehah terpaksa menikah dengan laki-laki bernama Aldi Kurniawan.
laki-laki yang tampan kaya namun jauh dari agama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sumi hulwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4.
" Tunggu!"
Nina menoleh, menghentikan langkah kakinya.
" Ya, ada yang bisa saya bantu?"tanya Nina dengan sopan.
" Malam ini kakak di suruh tidur di kamar kakak ku"
" Hah, apa?" beo Nina
Apa sih maksud dari laki-laki ini, saudara bukan, suami juga bukan, tapi kok perintahnya selalu nyleneh.
Heran deh, aku tuh di sini kerja bukan jadi nyonya ucap Nina dalam hati.
" Kak, kok bengong sih!"
Nina tersandar dari lamunannya mendengar suara Vika.
" Eh, maaf...!"
"Kakak mau terima tawaran kak Aldi?"
Dengan lembut Nina menolak.
" Tapi kak Aldi akan marah, kalau perintahnya tidak di turuti!"
" Tidak masalah, akan saya hadapi, kamu ngga usah takut, sekarang mending tidur deh sudah malam.
Nina merapikan tempat tidur Vika, setelah itu membantu merebahkan badan Vika yang masih lemas.
"Cepat sembuh yah, jangan lupa berdoa, semoga mimpi indah."
Nina mengelus rambut Vika sebelum keluar dari kamar Vika.
****
Sementara di sebrang sana Aldi nampak di sibukkan dengan pekerjaannya, hari ini ada meeting dengan client, ia sedang bersiap di kamar hotelnya, sambil menunggu berkas yang sedang di siapkan oleh sekretarisnya di luar sana.
" Masih ada waktu 30 menit, aku mau cek dulu kegiatan Vika dengan teman barunya."
Ia pun membuka laptop dan melihat cctv di rumahnya yang sudah terhubung.
Terlihat seorang wanita sedang menyuapi Vika di kamar dengan lembut dan sabarnya. Aldi tidak berkedip melihat pemandangan yang ada di depan matanya.
Loh, sepertinya dia permpuan yang hampir tertabrak waktu itu?
Ck, benarkah?
Sebegitu sempit kah dunia ini?
Aldi masih menatap wajah permpuan itu dengan berbagai pertanyaan muncul di dalam hatinya.
Tapi bagus deh ini semua sesuai dengan yang aku inginkan.
Aku yakin Vika akan berubah buktinya, dalam beberapa hari ini Vika terlihat dekat dengan permpuan itu, sepetinya permpuan itu juga pandai memikat hati, aku jadi tak sia-sia mengeluarkan uang pribadiku untuk membayarnya.
Aldi terus mengamati permpuan itu, dalam hatinya merasakan sesuatu yang aneh.
Merasa begitu tenang, adem melihat wajahnya yang teduh terbalut kerudung panjang dan gamis yang nampak kebesaran.
Walaupun tidak secantik permpuan pada umumnya, tapi auranya membuat aku ingin mengenalnya lebih dalam.
Gila, bisa-bisanya aku mikir sampai sejauh itu. Aldi geleng-geleng kepala.
Nggak, aku nggak boleh terlalu baper dan mengagumi permpuan itu!
Kesal dengan perbuatanya sendiri Aldi menutup laptopnya, dan beralih melihat layar ponselnya.
Banyak notifikasi yang masuk.
Salah satunya dari pak aji asisten pribadinya.
Pesan masuk yang di kirim melalui ponsel
Mengabarkan bahwa wanita yang baru kerja di rumahnya menolak semua fasilitas yang sudah diberikan.
" Dasar wanita bodoh, di kasih fasilitas istimewa malah menolak, awas saja nanti.
Entah mengapa harga diri seorang Aldi seolah turun, hanya karena salah satu pegawainya tidak mau menuruti kemauan nya
Sial, saat pulang nanti aku tidak akan segan-segan membuat perhitungan denganmu wanita bodoh!
Maki Aldi dalam hati.
*****
" Non apa tidak di coba dulu tawarannya tuan Aldi?
Saya takut kalau non nanti kena marah, karena tidak mau menuruti kemauannya!"
Ucap Bu Tuti saat sedang di dapur
" Bu, jangan panggil saya nona lah, rasanya nggak enak banget, kita sama-sama kerja di sini Bu!"
" Saya tidak bisa menolak perintah tuan aldi non, nanti bisa-bisa saya di pecat dari tempat kerja!"
" Memangnya segalak itu tuan Aldi Bu?"
" Bukan hanya galak non, tapi juga Kejam, non Vika aja yang adik kandungnya sering kena damprat kalau berbuat ulah"
Nina hanya mengangguk-angukan kepala mendengarkan ucapan Bu Tuti.
" Non Nina itu beruntung, kerja dapat gaji, di suruh menikmati fasilitas rumah ini, bahkan untuk kamar pun di beri yang utama, jarang-jarang loh."
Biarlah segalak dan sekejam apa pun tuan Aldi akan saya hadapi, saya tidak mau di istimewa kan di sini, saya lebih senang jika tidak ada perbedaan antara saya dan pekerja-pekerja lainnya.
Lebih senang hidup jadi orang biasa tapi bahagia, dari pada bergelimang harta hidup menderita na'udzubillah. Nina hanya bergumam dalam hati.
" Oh ia Bu, hari ini saya mau keluar yah mau cari hadiah buat non Vika, sama beli kebutuhan pribadi saya.
Kalau di sini ada angkot yang sejalan ke swalayan ngga sih Bu?"
" Jangan naik angkot lah non, naik mobil aja, biar nanti di antar sama pak supir"
"Nggak usah Bu, naik angkot aja, biar sekalian belajar mandiri"
Lagi-lagi Nina menolak.
Membuat Bu Tuti geleng-geleng kepala melihat kelakuannya.
Nina tersenyum melihat kekecewaan Bu Tuti.
" Bu" Nina memegang bahu Bu Tuti
"Ibu tenang aja nggak akan terjadi apa-apa dengan saya"
Nina pun melangkahkan kakinya keluar,
Sambil terus menyusuri jalan, sesekali melihat angkot yang berseliweran.
" Nah itu dia"
Nina menunjuk angkot yang akan di tumpangi nya menuju swalayan.
Tidak butuh waktu lama, hanya 15 menit Nina sampai di tempat tujuan.
Setelah membayar ongkos angkot ia langsung beranjak pergi.
Hem...
Beli hadiah apa yah buat Vika?
Karena ia sudah mau mendengarkan nasihat ku hari ini, Vika berjanji untuk berangkat sekolah dan tidak berulah.
Karena sibuk dengan lamunannya,
Nina tidak fokus melihat jalan di depan ada seorang laki-laki yang sedang berdiri.
Brugh...
Tabrakan tidak bisa di hindari oleh Nina
" Heh, jalan pake mata donk!"
Umpat laki-laki itu dengan kasar
Nina tersentak kaget mendengar ucapan laki-laki yang di tabrak nya.
Hatinya berdebar luar biasa saking takutnya, karena di sini Nina lah yang bersalah
" Ma- maaf pak, eh mas..!"ucap Nina dengan terbata-bata.
Ia terlihat gugup dan takut.
beda hal nya dengan laki-laki yang ditabrak oleh Nina, laki-laki yang tak lain adalah Aldi Kurniawan sang majikan
Ia tertegun sesaat begitu melihat siapa yang menabraknya.
" Maaf katamu, kau lihat gara-gara kamu ponsel ku terjatuh!" Laki-laki itu kembali bersuara dengan nada ketus.
Antara hati dan ucapan sangat berbeda
Hatinya senyum-senyum senang melihat permpuan di hadapannya ketakutan, tapi ucapan begitu ketus dan menyebalkan.
Nina memungut ponsel itu dan menyerahkannya sambil terus menunduk ia tidak punya cukup keberanian untuk melihat wajah laki-laki yang di hadapannya.
" Ngapain kamu kesini?"
Nina tertegun sesaat mendengar pertanyaan yang di lontarkan laki-laki itu
Nih orang, udah tau di swalayan ya mau belanja lah, masa nagih hutang.
" Heh, kamu tuli yah?
Di tanya bukannya jawab malah bengong!"
" Ma- mau ada yang di beli!"
" Sama siapa kesini nya?"
Heran deh, kepo banget, kenal juga enggak.
" Se- sendiri!"
" Naik apa?"
" Angkot!"
" Jangan persulit diri sendiri, aku sudah siapkan fasilitas buat kamu
Jadi pakailah fasilitas yang ada, aku paling tidak suka dengan bantahan!"
" tunggu, memang anda siapa?" Nina bertanya dengan menatap wajah laki-laki itu
" Aldi Kurniawan"
Setelah mengucapkan kata-kata itu laki-laki yang dihadapan Nina pun pergi.
" Hah, jadi itu tuan Aldi?" Nina menepuk jidatnya dengan pelan.
" Tapi kok dia tahu aku"