"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa kasihan
"Mas!"
Hardi melamun tersentak saat Sasmita menepuk pundaknya.
"I-iya sayang," Katanya dengan nada gugup.
"Kamu melamun?" Tanya Sasmita.
Hardi berdehem kecil untuk mengurangi rasa gugupnya karena terkejut.
"Tidak, Kamu sudah akan kembali?" Tanyanya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Hu'um, sudah hampir malam, aku hanya diberi waktu sampai pukul tujuh mas,"
Hardi menghela napas, pria itu mengambil tangan Sasmita dan mencium punggung tangannya.
"Tidak akan bosan aku mengatakan maaf padamu, karena hanya kata itu yang mewakili rasa bersalah ku padamu sayang," Katanya dengan tatapan sendu.
Sasmita menangkup tangannya diatas tangan Hardi yang menyentuh tangannya, wanita itu tetap menampilkan senyumnya yang hangat.
"Dan aku akan selalu menjawab tidak apa-apa, ini semua sudah jalan takdir untuk kita lewati, anggap saja sebagai ujian rumah tangga kita dan cinta kita mas."
*
*
Sasmita sampai di kediaman Ramses hampir pukul tujuh, saat sampai dibelakang Sasmita langsung masuk kedalam kamarnya untuk mengganti pakaian.
Untuk berjaga-jaga jika dirinya dibutuhkan mendadak.
"Mbak kamu sudah kembali?, Tanya Cika yang baru saja masuk ke kamar.
Cika dan Sasmita tinggal satu kamar, dengan dua tempat tidur, meskipun tempat tidur pelayan tapi tempat yang cukup lebar dan fasilitas cukup memadai seperti dipasangnya AC dan juga ada lemari pakaian masing-masing.
"Baru sampai Cika, bagaimana keadaan tuan muda hari ini?" Tanya Sasmita sambil merapikan pakaiannya kembali.
"Um, sedikit buruk mbak.. karena tadi Tuan dan nyonya sempat bertengkar dan membuat Tuan muda mengamuk melukai dirinya sendiri."
"M-melukai bagaimana Cika!" Tanya Sasmita panik.
*
*
*
Riko mengerjakan matanya saat merasakan tangannya disentuh, mata yang terpejam beberapa saat lalu meski dibantu dengan obat penenang.
"Sedang apa kamu!" Sentak Riko menarik tangannya yang disentuh Sasmita.
Ternyata yang menyentuh tangannya adalah Sasmita si pelayan lancang.
"Aku hanya ingin mengobati luka Tuan, kalau tidak ingin infeksi,"
Sasmita ingin mengambil tangan Riko lagi, akan tetapi pria itu justru mengibasnya kuat membuat Sasmita yang duduk berjongkok di lantai terhuyung kebelakang.
Riko hanya menatap datar dengan tatapan tajam.
"Aku tidak butuh bantuan mu! sebaiknya kau pergi!" Sentak Riko lagi dengan ucapnya yang selalu pedas.
"Aku tidak akan pergi tuan, tugas ku adalah merawat anda," Sasmita tanpa rasa takut kembali mencoba mengambil tangan Riko kembali.
Riko yang terlambat menghindar membuat Sasmita berhasil meraih tangannya.
"Kenapa Tuan menyiksa diri sendiri, jika memang tuan butuh teman aku akan siap untuk mendengarkan tuan," Ucap Sasmita sambil membalut luka Riko dengan perban, karena sebelumnya tadi Sasmita sudah membersihkan bekas lukanya bahkan dari darah yang sudah mengering.
"Tahu apa kamu huh! Wanita sepertimu hidupnya lebih menyedihkan dari pada aku!"
Lagi-lagi Sasmita harus menahan kesabaran dalam hatinya, sepetinya setiap apapun yang keluar dari bibir Riko adalah kepedasan yang levelnya tak tertolong.
"Tidak ada salahnya kita sesama manusia untuk berbagi masalah dengan orang lain, terkadang apa yang kita pendam selama ini justru akan menjadi penyakit hati yang begitu buruk. Jadi jangan sia-siakan kesempatan yang ada untuk sebuah kebaikan bukan sebuah penyesalan."
Sasmita menatap mendongak saat tugasnya baru saja selesai, dan tatapan keduanya kembali bertemu dengan jarak yang begitu dekat.
"Hidupku mungkin jauh menyedihkan dari anda. tentu saja, karena aku memiliki suami yang cacat tanpa bisa melakukan apapun, aku harus bekerja mencari uang untuk menghidupi kami berdua, belum lagi setiap kali melihat wajah putus asanya karena keadaan yang ia alami, mungkin jika aku memiliki uang banyak tanpa kekurangan aku tak akan menjadi orang menyedihkan seperti anda bukan!"
Riko tertegun dengan wajah datar, pria itu tidak menyangka jika Sasmita justru mengeluarkan unek-uneknya sampai menangis. Dan Riko tak menyangka jika kehidupan Sasmita jauh menyedihkan dari dirinya.
"Kenapa aku begitu kasihan melihatnya," Batin Riko.