Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
❤️ Happy Reading ❤️
Kebetulan hari ini weekend jadi Dave tidak berangkat bekerja.
Dari pagi pemuda itu sudah berada di ruang gym pribadi miliknya yang ada di rumah. Bisa di bilang termasuk salah satu pria yang peduli dengan kesehatan, terbukti dengan dirinya yang begitu menjaga pola makan, tidak merokok dan juga tidak mengkonsumsi alkohol serta rajin berolahraga setiap pagi walau hanya sekedar lari di treadmill 15 sampai 30 menit.
Di rasa sudah cukup berkeringat, Dave memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Duduk sejenak balkon kamar menikmati udara pagi sambil memeriksa beberapa email pekerjaan yang masuk padanya.
Ada banyak puluhan dari sang mama, tapi Dave membiarkannya begitu saja. Bukan mau jadi anak durhaka, tapi cuma gak mau merusak moodnya saja ... karena dirinya cukup tau hal apa yang akan di bahas sang mama setiap kali menghubunginya.
Cukup lumayan lama, hingga keringat di tubuh Dave bahkan sudah mengering, pemuda itu kemudian melangkahkan kaki ke arah kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang sudah terasa sangat lengket.
Tak membutuhkan waktu yang lama, hanya butuh beberapa menit saja tuan muda keluarga Anderson itu sudah keluar dari kamarnya menuju ke arah ruang makan untuk sarapan pagi.
"Selamat pagi Tuan Dave." sapa Bi Ina kepala art di kediamannya.
"Pagi Bi." sahut Dave.
Walaupun terkenal dengan pengusaha muda yang dingin tak tersentuh, tapi Dave adalah tipe orang yang hangat jika bersama orang-orang terdekatnya.
Di meja makan sudah tersaji avocado toast dan satu gelas susu untuk menu sarapan Dave.
Beginilah kehidupan Dave setiap hari, makan sendirian. Karena pemuda itu memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri di bandingkan di ruang kediaman kedua orangtuanya. Padahal di sana kedua orangtuanya juga cuma hidup berdua, sebab adik laki-laki Dave juga sudah tinggal di rumahnya sendiri bersama anak dan istrinya, terus adik perempuan Dave saat ini masih menyelesaikan studinya di luar negeri.
❤️
Baru juga masuk ke dalam mobil dan akan menginjak pedal gas, lagi dan lagi ponselnya berbunyi dengan sangat nyaring.
Dave menghela nafasnya terlebih dahulu sebelum menggeser ikon warna hijau di ponselnya.
[Dave : Hal --]
[Mama : Dave, kamu dari mana saja? kenapa dari tadi pagi panggilan dari mama kamu abaikan?!]
Sudah taukan siapa yang menelpon, sang mama yang sedari tadi pagi terus saja menterornya.
[Mama : Awas ya Dave kalau kamu sampai gak datang, mama bakal marah sama kamu dan gak mau ketemu sama kamu lagi.]
[Dave : Iya mam, ini Dave sudah di dalam mobil mau berangkat ke sana.]
[Dave : Kalau mama ngomel-ngomel terus, ini Dave kapan berangkatnya.]
[Mama : Oke, ini mama matikan. Tapi awas kalau kamu sampai bohong.]
Panggilan telpon pun langsung terputus begitu saja. Lagi dan lagi Dave hanya bisa mengembuskan nafasnya untuk menanggapi kelakuan sang mama.
Dengan pasti Dave pun mulai menyalakan mesin kereta besinya untuk menyusuri jalan kita hingga sampai ke tempat tujuan.
❤️
Meyva yang masih belum pulang ke rumahnya pun memutuskan untuk pergi keluar, berjalan-jalan sebentar untuk sedikit menyegarkan pikirannya.
"Mau kemana mbak Meyva?" tanya Bu Meri saat melihat Meyva turun dengan pakaian rapi dan tas selempang di bahunya.
"Aku mau keluar sebentar Bu Mer, mau cari udara segar aja." jawab Meyva. "Lagian di toko aku juga bingung mau ngapain, pikiran butek jadi mau ngerjain apapun nanti malah gak beres." sambungnya.
Memang benar sih, Meyva bantu di dapur kemarin aja ... bikin kue, bukannya jadi malah bantat, bantu menghias kue yang biasanya selalu bagus dan rapi ... malah kayak cekeran ayam. Ngitung pun juga salah-salah.
"Iya kayaknya mbak Meyva memang butuh refreshing." ungkap Bu Meri.
"Kalau gitu aku titip toko ya Bu." ucap Meyva.
"Iya mbak dan hati-hati." kata Bu Meri.
Bingung juga mau kemana, mau ngajak siapa, akhirnya Meyva memutuskan untuk singgah sebentar di sebuah cafe.
Di sisi lain, Dave yang sudah masuk ke sebuah cafe mengentikan langkahnya ketika matanya melihat sosok sang mama sedang duduk dan mengobrol dengan seorang wanita paruh baya seusianya di tambah lagi dengan seorang gadis di sebelahnya.
Ini mah sudah ketebak oleh Dave, jadi mamanya meminta dirinya ke sini tak lain dan tak bukan untuk di kenalkan dengan seorang wanita.
Hal ini bukanlah yang pertama, jadi Dave sudah begitu hafal. Hanya saja biasanya sang mama akan langsung berkata kalau ingin mengenalkan dengan seseorang meskipun sering dapat penolakan langsung oleh Dave, tidak seperti saat ini yang Dave semula belum tau tujuan dari wanita yang selalu jadi nomer satu di hatinya itu.
Bugh
"Akh maaf."
Dave merasa sedikit kaget saat tubuh bagian belakangnya di tabrak seseorang, sehingga membuat dirinya langsung menoleh.
"Maaf tuan, tadi saya tak sengaja menabrak anda." ucap Meyva.
Ya orang yang menabrak Dave adalah Meyva. Saat akan masuk, Meyva yang mendapati ponselnya berdering pun mencoba merogohnya di dalam tas dengan pandangan mengarah ke sana hingga dirinya tak menyadari jika di depan sana ada seseorang yang berdiri di tengah pintu.
"Dia." gumam Dave.
Sejak pertama bertemu di depan toko Meyva, entah kenapa bayang-bayang wajah Meyva selalu melintas di pelupuk mata Dave.
"Em apa tuan tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?" tanya Meyva yang terlihat sedikit cemas karena melihat Dave yang tak bereaksi menjawabnya.
"Khem, saya tidak apa-apa." jawab Dave begitu tersadar.
"Sekali lagi maafkan saya tuan." ucap Meyva dengan sedikit membungkukkan badannya.
"Iya tidak apa-apa." sahut Dave. "Tapi apakah saya bisa meminta bantuan nona?" tanya Dave.
"Tapi kalau boleh tau bantuan apa tuan?" tanya Meyva.
"Dave, panggil aku Dave." ucap Dave sambil mengulurkan tangannya
"Meyva." kata Meyva sambil menyambut ukuran tangan Dave untuk di jabatnya. "Maaf anda belum menjawab apa yang saya tanyakan tadi tuan Dave." kata Meyva.
"Nanti kamu juga akan tau, yang jelas ini bukan tindakan kriminal atau asusila." jawab Dave. "O iya panggil Dave saja tak perlu menggunakan TUAN." sambung Dave dengan menekan kata "TUAN".
Meyva yang masih merasa bersalah pun akhirnya mengiyakan permintaan dari orang yang tak sengaja telah di tabraknya itu.
Tanpa basa-basi, Dave meraih pergelangan tangan kanan Meyva untuk di gandengnya menuju ke salah satu meja yang dimana di sana sudah ada tiga orang yang menghuni.
"Selamat siang." sapa Dave yang jaraknya sudah dekat.
Mendengar suara yang begitu di kenalnya, membuat mama Lira pun langsung menoleh begitu pula dengan dua orang lainnya.
"Dave."