Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 28
Di lantai atas, Galang melihat kejadian itu melalui CCTV dan segera melapor kepada Arhan.
“Tuan, Anda harus lihat ini. Nona Amora sedang dirundung di lobi oleh Siska dan Rensa.”
Mata Arhan menyala marah. “Kurang ajar! Berani sekali mereka memperlakukan istriku begitu!”
Dia turun ke lobi dengan langkah cepat.
“SISKA! RENSA!” seru Arhan, suaranya menggema.
Keduanya membeku.
“BERANI MENYENTUHNYA, AKAN KU POTONG TANGAN KALIAN!”
“T-tuan muda... tapi dia...”
“Dia adalah istriku!”
Amora mencoba menenangkan Arhan, tetapi tubuhnya tiba-tiba lemas. Dia pingsan dalam pelukan Arhan.
“Sayang! Amora, bangun!” Arhan panik, wajahnya penuh kecemasan.
Arhan menatap Galang. “Pastikan aku tidak melihat mereka berdua lagi di kantorku. Emili, ikut aku.
Di perjalanan ke rumah sakit, Arhan bertanya pada Emili. “Apa yang sebenarnya terjadi?”
“Saya tidak tahu nona itu istri Anda. Saya ingin mengantarnya ke ruangan Anda, tapi Siska mengancam akan memecat saya jika saya membantu.”
Arhan mendengarkan dengan ekspresi tajam. Tak lama, mereka tiba di rumah sakit, di mana Vio langsung menangani Amora.
...----------------...
Di kantor, Galang menatap dingin ke arah Siska dan Rensa yang berdiri gemetar.
“Kalian berdua, segera kemasi barang-barang kalian dan tinggalkan kantor ini sekarang,” perintah Galang tegas.
“Tuan Galang, apa alasan Tuan Muda memecat kami? Gara-gara wanita itu?” tanya Siska dengan nada tidak terima.
Rensa menimpali, “Benar, apa dia kekasih Tuan Muda? Bagaimana bisa seseorang seperti dia?”
Galang menghela napas, menahan amarahnya. “Jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya. Wanita yang kalian hina tadi adalah istri Tuan Muda.”
“Istri?” Siska dan Rensa saling pandang, terkejut.
“Ya, istri,” tegas Galang.
“Tapi bukankah Tuan Muda dulu menikah dengan Kinanti? Mereka bercerai, artinya Tuan Muda sekarang duda, kan?” gumam Siska, masih mencoba mencari pembenaran.
Galang mempersempit matanya. “Cukup! Jika kalian masih banyak bicara, Tuan Muda tidak akan segan-segan mengambil tindakan lebih tegas. Sekarang pergi!”
...----------------...
Di rumah sakit, Arhan menunggu cemas di depan ruang perawatan Amora. Ketika Vio keluar, wajahnya tampak serius.
“Bagaimana, Vi?” tanya Arhan langsung.
“Bisa ikut ke ruanganku sebentar?” pinta Vio.
“Baiklah. Emili, tolong jaga istriku.”
“Baik, Tuan Muda,” jawab Emili patuh.
Di ruang Vio, Arhan duduk berhadapan dengan sepupunya. “Ada apa? Apa ada sesuatu yang serius?”
Vio tersenyum tipis. “Arhan, aku punya kabar baik. Sel kanker Amora menurun. Itu artinya pengobatan selama ini tidak sia-sia. Ada kemajuan.”
Mata Arhan membelalak. “Kamu serius, Vi?”
“Ya. Aku rasa kombinasi pengobatan medis dan herbal membantu proses ini.”
Arhan mengangguk pelan. “Mungkin ini juga karena obat herbal dari Regan.”
“Kalau begitu, pastikan kamu memberikannya secara rutin. Jika habis, aku akan menyuruh Regan untuk mengantarkan lagi ke rumahmu,” kata Vio.
“Terima kasih, Vio.”
Di ruang rawat, suara Amora terdengar pelan.
“ehmmm...”
“Nyonya, Anda sudah sadar?” tanya Emili dengan wajah khawatir.
“Saya di mana?” gumam Amora, mencoba mengenali tempat itu.
“Anda di rumah sakit, Nyonya. Tuan Muda yang membawa Anda kemari. Maafkan saya, Nyonya. Saya benar-benar tidak tahu kalau Anda adalah istri Tuan Muda. Saya minta maaf.”
Amora tersenyum kecil. “Siapa namamu tadi?”
“Emili, Nyonya.”
“Kenapa kamu menunduk terus? Bukankah tidak sopan bicara seperti itu?”
“Saya... maafkan saya, Nyonya. Saya hanya...”
“Berhenti meminta maaf, Emili. Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun. Jadi berhentilah merasa bersalah.”
“Terima kasih, Nyonya. Terima kasih banyak.”
Amora mengangguk lembut. “Oh ya, tadi kamu bilang suamiku yang membawaku ke sini. Dia ke mana sekarang?”
Arhan masuk ke ruangan. “Aku di sini, Sayang. Apa kau sudah lama sadar?”
Amora menoleh. “Kakak dari mana?”
“Tadi aku ke toilet. Emili, terima kasih. Kamu boleh pergi sekarang.”
“Baik, Tuan Muda. Permisi, Nyonya.”
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁