“Kata mami, dilimu dikilim mami untuk menolongku dan papi. Apa dilimu ibu peli yang baik hati ? “
“A–aku ?! “
Ucapan anak laki-laki itu membuat Alana terkejut, dia tidak mengerti maksud dari perkataan anak tersebut.
Namun, siapa sangka kehadiran Alaska membuat Alana masuk ke kehidupan keluarga mereka dan siapa yang menyangka bahwa papi yang dimaksud Alaska adalah pria yang selama ini Alana tunggu kehadirannya.
Bagaimana dengan kisahnya ? Jangan lupa mampir !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Papi Varen
Alana kini sudah berada di kamarnya, dia membantu Alaska dan Arasyi untuk menggosok gigi, tangan dan kaki. Malam ini bertambah satu penghuni kasurnya dan Alana harus tidur di tengah-tengah keduanya.
“Sebelum tidur, jangan lupa berdoa. Biar h4ntu nggak ganggu kalian tidur !”
Arasyi dan Alaska mengangguk. Walau sudah menahan rasa kantuknya, Alaska tetap mengikuti perintah Alana.
“Sekarang waktunya tidur !” kata Alana setelah mereka selesai berdoa.
“Baik mami,” Arasyi yang mendengar panggilan Alaska kepada kakaknya membuat wajah Arasyi mengerut.
“Kau panggil apa tadi ? Mami ?” Alaska mengangguk bersiap untuk merebahkan dirinya.
“Cejak kapan papi mu cama kakak Ana belcama ? Pelasaan mami mu nama na casing bukan kakak Ana ?”
“Cassie Rasyi ! Ucap yang bener, nama orang itu “ tegur Alana yang kini sudah merebahkan dirinya.
“Nah ini, Cassi e.. Cucah na nyebut nama mamimu Alas !” ucap Arasyi berlepotan.
Alaska tidak menjawab, dia sudah memejamkan kedua matanya saking ngantuknya dia tidak peduli bahwa dirinya memeluk tangan Alana dengan senyuman yang terpatri di bibir kecilnya.
“Kalau Alas manggil kakak, mami. Telus Alas manggil Laci apa ?” tanya Arasyi.
Krik krik krik…
Merasa tidak di respon, Arasyi menoleh sebentar. Ternyata kakaknya dan Alaska sudah terbang ke alam mimpi. Arasyi menggaruk kepalanya gatal.
“Cepelti calah kamal, Laci” ucapnya pelan dan langsung merebahkan tubuhnya lalu menyusul Alana dan Alaska ke alam mimpi.
Keesokan paginya, Alana membantu Arasyi dan Alaska untuk bersiap berangkat ke sekolah. Di dalam kamarnya ada Marissa yang sudah menunggu.
Gadis kecil itu tampak menikmati tontonannya di benda persegi milik Alana sambil menunggu teman dan sepupunya.
“Sudah, ayo kita keluar !” ajak Alana kepada ketiganya.
Hari ini Alana yang akan mengantar ketiganya pergi ke sekolah setelah itu barulah dia ke perusahaan. Setelah sarapan pagi, Alana dan ketiga anak-anak pergi ke sekolah. Alana menyetir mobilnya di sebelahnya ada Marissa yang ingin duduk di sebelah kemudi.
“Cewek cama cewek. Cowok cama cowok duduk na !” ketus Marissa saat Alaska dan Arasyi berebut tempat duduk dengannya.
“Semuanya sama, jangan berantem !” tegur Alana.
Sementara di sisi lain, Mama Rara bingung melihat kursi cucunya kosong. Dia menatap putranya,melihat wajah biasa putranya membuat Mama Rara bingung.
“Dimana cucu mama ?” tanya Mama Rara heran.
“Di rumah Ana, ” jawab Araska santai.
“Kok bisa ?!” kali ini Papa Regan yang terkejut.
“Semalam Alaska memaksa untuk ke rumah Ana,”
“Terus kamu anterin ?” tanya Mama Rara.
Araska mengangguk. Dia enggan mengatakan bahwa dia menghubungi Alana.
“Apa keluarganya tidak keberatan jika Alaska menginap disana ?”
“Tidak pah,”
Papa Regan mengangguk pelan. Ketiganya kembali menikmati sarapan. Hingga salah satu pelayan mengatakan bahwa ada seseorang yang mencari Araska.
“Baik bi, “ jawab Araska heran.
“Pah, mah, Araska ke depan dulu !” kata Araska setelah menghabiskan sarapannya dan juga menenggak minumannya.
Araska beranjak dan pergi meninggalkan meja makan. Tampak di sofa seorang pria paruh baya menunggu Araska dengan santai. Namun, saat dia mendengarkan langkah kaki Araska, pria itu merubah raut wajahnya.
“Papi ? Papi ada apa datang kemari ?” tanya Araska heran.
Walaupun Cassie sudah tidak ada di dunia, Araska tidak merubah panggilannya terhadap Papi Varen kecuali Mami Tea dia memanggilnya nyonya.
Papi Varen berdiri dan berjalan mendekati Araska. “ Aras, bisakah papi minta bantuan kepadamu ?”
“Papi ingin Aras membantu apa ? Kalau tidak sulit, Aras akan mengabulkannya, tanpa papi meminta” ucap Araska tegas.
Melihat wajah serius menantunya, Papi Varen terlihat begitu ragu untuk mengatakan keinginannya. Araska kembali menyakinkan Papi Varen bahwa dia akan membantunya jika hal itu dapat meringankan mertuanya.
Papi Varen menelan susah salivanya, dia dengan ragu mengungkapkan keinginannya.
“Aras, bisakah kamu membebaskan putri dan istri papi ?”
*
*
*
*
Di ruang kerjanya, Araska memijat keningnya yang terasa berdenyut. Dia tak habis pikir mengapa mertuanya meminta hal semacam itu. Dia juga melihat video yang direkam diam-diam oleh Papi Varen. Wajah dan tubuh Mami Tea terlihat tidak baik-baik saja.
Sedangkan Cessie, saat ini telah dilarikan ke rumah sakit karena memaksakan dirinya untuk mengakhiri hidupnya karena tidak terima dirinya berada dibalik jeruji. Hal tersebut membuat Araska tak fokus bekerja.
“Permisi tuan, CEO MG Group datang menemui tuan !”
“Hm,”
“Silahkan ms dan asisten Jo !” ucap Asisten Jennie.
“Terima kasih, Asisten Jennie.”
Alana dan Asisten Jo berjalan menuju sofa. Anehnya Araska seperti tidak memperdulikan keberadaan mereka.
“Dia kenapa ?” tanya Asisten Jo kepada Asisten Jennie.
Asisten Jennie mengangkat pundaknya. Dia tidak mau mencampuri urusan pribadi tuannya. Apalagi saat melihat tatapan Alana kepada tuannya membuat Asisten Jennie sedikit tidak suka.
“ Hm, hm,” Asisten Jennie mendehem cukup keras hal itu membuat Alana menoleh.
“Tuan kalian kenapa ?” tanya Alana penasaran.
“Tidak tahu,”
Entah keberanian dari mana Alana berjalan menghampiri Araska yang masih belum menyadari keberadaan mereka diruangan itu, melihat apa yang dilakukan CEO MG Group. Asisten Jennie berniat untuk menegur, namun Asisten Jo malah menarik Asisten Jennie untuk keluar dari ruangan itu.
“Issssss kenapa narik gue sih ! Bos lo itu nggak sopan banget !! Gue harus tolongin bos gue dari wanita g4t4l kayak bos lo !!” teriak Asisten Jennie tak suka.
Bukan hanya tidak suka, tapi dia cemburu melihat ada wanita lain yang mendekati bosnya.
Sementara di dalam, Araska tampak menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alana. Alana terkejut melihat perlakuan Araska yang tiba-tiba. Namun, tidak menutup kemungkinan Alana merasa nyaman dengan Araska yang menjadikan dirinya sebagai tumpuan.
“Ada apa ?” tanya Alana lembut. Tangan kanan nya mengusap punggung Araska.
Araska menggelengkan kepalanya. Dia seperti belum siap mengatakan sesuatu yang tengah dia pikirkan.
Alana menghela nafasnya kasar. Sudah sepuluh menit berlalu, Alana sudah merasa pegal dengan posisinya.
“Bisa selesaikan ini ? Badanku pegal !” ucap Alana di balik topengnya.
“Ah, maaf Ana” katanya tanpa sadar mengucapkan kata “maaf”. Alana tidak mengambil pusing, dia hanya mengangguk.
Araska mengusap wajahnya yang memerah, dan menatap Alana dengan wajah berantakan.
“Papi Varen memintaku untuk membebaskan istri dan anaknya,” kata Araska yang mana membuat kening Alana mengerut.
“Terus urusannya sama aku apa ?” tanya Alana heran.
“Mereka adalah orang yang menyakiti Alaska,”
“A–apa ?! Ibu dan anak itu ? Lalu mantan pengasuh Alaska apakah sudah ditemukan keberadaannya ?”
“Kami belum menemukannya, sepertinya dia ditolong oleh seseorang yang memiliki kekuasaan di atas kami,”
“Lalu kamu mau membantu mertuamu itu ? Bagaimana dengan Alaska ? Apa kamu membiarkan begitu saja ?” tanya Alana sedikit kesal.
“Itu yang sedang aku pikirkan, Ana “
“Jangan dipikir ! Biarin aja ! Enak bener, abis kdrt Alaska. Baru dipenjara beberapa bulan udah minta di bebaskan ! Sint—”
“Mami Tea sakit, dan Cessie berada di rumah sakit karena ingin mengakhiri hidupnya,”
“Terus kamu kasihan ? Kamu mau bebasin mereka ? Begitu ? Kamu mikir perasaan putramu ? Kalo mau ya silahkan ! Aku pulang !” ucap Alana kesal dan bergegas keluar ruangan.
“Bukan begitu,” ucapnya lirih.
Araska meremas rambutnya dengan kencang. Bukan, bukan ingin membebaskan ibu dan anak itu. Tapi dia memikirkan perasaan papi mertuanya.
“Akhhhhh !!! Apa yang harus aku lakukan !” teriaknya frustasi.
Mendengar teriakan bosnya, Asisten Jennie segera masuk dengan wajah panik.
“Tu–tuan apa yang terjadi ?”
“KELUAR !!!” usir Araska.
Sementara Alana, dia mengumpat kesal membuat Asisten Jo meringis.
“Enteng bener hidupnya, minta bebas. Nggak ingat udah bikin anak orang tr4uma !!”
ini meninggal bneran atau cuma sandiwara sih,,masa iya meninggal lea nya 🤔🤔