Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
" kata sifa. anak kalian membangun rumah, yang terletak di dekat daerah sini, saya akan meminta hak kalian, saya juga tidak akan pernah mengihklaskan jika kost yang saya berikan jatuh ke orang yang salah." ucap bu anggun membuat mereka berdua kaget.
" tapi nak, ada beberapa pengawal yang melindungi anak saya." jawab pak candra, dia takut jika bu anggun kenapa kenapa jika menemui anaknya.
" bapak tenang saja, saya juga memilikinya, bahkan pengawal saya lebih banyak diluar." jawab bu anggun dengan tenang.
" tapi jangan sakiti anak kita, biar bagaimanapun sifatnya, dia tetap darah daging kita, saya tidak mau sampai dia terluka." ucap bu lilis yang sedari tadi diam ikut berbicara setelah mendengar, jika bu anggun akan menemui anaknya, dan dia mengkhawatirkan anaknya.
" ibu tenang saja, saya hanya akan memberikan sedikit pelajaran saja pada anak ibu, saya hanya akan sedikit menyakitinya jika dia sudah keterlaluan." jawab bu anggun dengan memegang tangan bu lilis.
" maaf ya nak anggun, kita jadi merepotkan kamu, harusnya kita bisa merebut sertifikat itu lagi secara baik baik, tapi sepertinya anak itu memang sudah sangat jauh dari didikan yang kita ajarkan selama ini, setelah dia menikah." ucap pak candra meminta maaf pada bu anggun, dan bu anggun hanya menanggapinya dengan anggukan dan senyuman.
" lebih baik mamah bicarain dulu sama papah, mamah jangan bertindak sendirian." ucap kiran takut jika bu anggun akan terluka.
" iya sayang, mamah juga akan mendiskusikan dulu sama papah sebelum mamah mendatangi anak mereka." jawab bu anggun tersenyum manis pada kiran.
tokk..
tokk..
bu lilis bangkit untuk membuka pintu setelah mendengar salam dan ketukan dari arah pintu. Bu lilis sudah tahu jika yang datang adalah sifa.
" masuk nak, ngobrol di dalam saja." sifa pun mengangguk menurut, dan berjalan mengikuti bu lilis.
" sayang kamu sudah selsai beresin pakaian kamu.?" tanya bu anggun saat melihat sifa yang sudah berdiri di hadapannya.
" sudah mah, aku kesini hanya bawa sedikit pakaian, karna malas berat bawanya saat di jalan." jawab sifa sambil tersenyum pada bu anggun.
" ya sudah yuk mah kita pulang, nanti mampir ke toko buku dulu ya mah, aku mau beli beberapa buku dan alat tulis lainnya." kiran bangkit menajak bu anggun segera pulang. bu anggun pun mengangguk dan ikut bangkit dari duduknya.
" pak haji, dan bu hajah, saya pamit pergi dari sini ya, terima kasih kalian selama ini sudah sangat baik pada saya, kalian tidak pernah mempermasalahkan jika saya telat membayar." ucap sifa berpamit pada mereka sambil mengucapkan terimakasih pada mereka yang tidak pernah mempermasalahkan jika sifa telat membayar uang sewa kost.
mereka pun tersenyum menanggapi ucapan sifa.
" besok saya akan ajak suami saya kesini pak, bu, agar masalah kalian cepat selsai." bu anggun berucap pada pak candra dan bu lilis.
" terima kasih ya nak, maaf bapak jadi ngerepotin kalian karna kejadian ini." jawab pak candra.
" tidak ngerepotin pak, itu belum seberapa dari apa yang sudah bapak lakukan dulu pada kami."
setelah mengatakan itu bu anggun berpamit pada mereka. ketiga wanita yang cantik itu berpamit, dan mencium takzim tangan kedua pasangan suami istri yang sudah sepuh itu.
" huufff... dasar anak durhaka, ternyata anak mereka berubah setelah menikah." bu anggun menghembuskan nafas kasar seraya bergumam dalam hati.
" gimana kalau kita mampir dulu dibutik mamah setelah beli buku, mamah sudah lama tidak datang ke sana." ucap bu anggun membuat kiran dan sifa menghentikan obrolan mereka dan menatap bu anggun bersama.
" boleh mah, tapi disana ada mukena kan.?" jawab kiran dan bertanya karna melihat jam yang sudah menunjukan jam 3 lebih.
" ada tapi apa mukena yang kemaren temen mamah beri kamu kurang suka.?" bu anggun salah menanggapi ucapan kiran, mengira kiran ingin membeli mukena lagi. kiran tersenyum menatap bu anggun.
" bukan mah, tapi ini sudah masuk waktu Sholat Ashar, nanti kita Sholat dulu disana." jelas kiran, bu anggun tersenyum malu mendengarnya.
" ya nanti kalian bisa pilih sendiri disana, disana juga udah mamah siapin ruangan khusus untuk para pegawai mamah yang ingin Sholat."
" kiran sangat beruntung, memiliki orang tua seperti kalian, mungkin ini juga buah dari kesabaran kiran yang selama ini dihina dan di pandang rendah didesa." gumam sifa dalam hatinya.
" terima kasih ya mah." kiran memeluk bu anggun yang berada disampingnya, karna kiran duduk ditengah mereka.
" sama sama sayang." bu anggun membalas pelukan kiran.
" hemm aku gak di ajakin pelukan nih." sifa membuka suara sambil melirik mereka berdua.
bu anggun dan kiran tersenyum melihat sifa.
" sini sayang, kamu juga sekarang anak mamah." sifa langsung memeluk kiran dan bu anggun. supir yang mengantarkan mereka hanya tersenyum melirik ketiga perempuan cantik dibelakangnya yang sedang berpelukan..
setelah membeli buku mereka langsung mampir ke butik bu anggun. sifa menolak saat bu anggun menyuruhnya untuk memilih baju yang ada dibutiknya, karna melihat harga yang tertara disana sangat mahal..
" gak usah mah, lagian baju aku masih bagus bagus." ucap sifa saat bu anggun menempelkan dress pada tubuhnya.
" sudah fa pilih aja yang kamu suka, mumpung disini." kiran juga menyuruh sifa memilih baju.
" nanti mamah rugi dong kalau aku pilih yang aku suka, soalnya banyak sekali yang aku suka disini." jawab kiran seraya bercanda.
" tidak sayang, butik mamah tidak akan bangkrut jika kamu hanya ambil beberapa." sifa menggaruk kepala yang tidak gatal mendengar jawaban bu anggun.
" bercanda mah, lagian buat apa aku ambil banyak banyak kalau gak dipakai." ucap sifa menjawab bu anggun.
" kan nanti bisa kamu pakai, saat ada acara dikantor papah, dan acara lainnya." bu anggun kembali berucap, dan di angguki setuju kiran.
" ya udah ayo aku pilihin." kiran menggandeng sifa, bu anggun juga mengikuti langkah mereka, dan di ikuti 2 karyawan bu anggun yang bekerja dibutiknya yang sedari mereka datang sudah menyambutnya.
kiran pun mengambil beberapa gaun yang tidak terlalu terbuka, yang sifa sentuh kiran langsung mengambilnya, dan menyerahkan pada karyawan bu anggun yang mengikutinya.
" mbak bungkus langsung ya." ucap kiran menyuruh karyawan bu anggun langsung membungkus pakaian yang tadi kiran serahkan, membuat sifa kaget.
" kenapa setiap pakaian yang aku sentuh, kamu ambil dan kamu serahkan pada mereka ran, apa kamu menyukainya.?" tanya sifa penasaran, sedangkan kiran tersenyum.
" itu buat kamu, yang kamu sentuh bearti itu pakaian yang kamu suka." jawaban kiran membuat sifa kaget, dan cepat cepat menurunkan tangannya dari pakaian yang sedang menggantung yang sedang sifa sentuh saat ini.
" kenapa kamu berpikiran begitu ran, aku cuma senang aja dengan modelnya tapi tidak menyukainya." ucap sifa bohong.
" sudah kamu nurut aja, iya kan mah.?" kiran meminta persetujuan dari bu anggun.
" iya gak apa apa, mega kamu bungkus sekarang ya pakaian yang ada ditangan kamu itu." jawab bu anggun, dan menyuruh karyawan yang bernama mega itu membungkusnya.
" jangan mah, itu banyak banget." sifa merasa tidak enak dengan bu anggun.
" tidak apa sayang, anggap saja itu hadiah karna kamu kamu menemani kiran dirumah." bu anggun menjawab sambil memegang tangan sifa. sifa menghembuskan nafas panjangnya.
dan sifa tidak berani menyentuh pakaian yang ada dibutik bu anggun lagi. karna dia takut akan langsung dibungkus lagi seperti tadi.
Bersambung...