Eric adalah seorang pria yang dingin, dia selalu bersikap dingin dengan semua wanita terkecuali dengan adik dan mamanya. karena rasa sakit hatinya dengan kekasihnya dulu. suatu saat eric bertemu dengan elsa, seorang wanita yang membuatnya penasaran.
Sayangnya elsa sudah mempunyai kekasih, dan Eric terjebak dengan cinta segitiga di antara elsa dia dan kekasih elsa. Apakah elsa dan Eric akan bisa bersatu…? Jika penasaran dengan ceritanya, silahkan baca novel ini…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Menjalani nasib.
Tepatnya di ruang meeting, eric yang sudah berada di ruangan tersebut bersama para staf dan sekertarisnya aldo, bersiap akan memulai meeting hari ini yang di pimpin aldo sekertaris eric.
Aldo yang akan membuka rapat hari ini, tiba tiba ucapannya terhenti karena suara ketukan pintu di luar ruangan.
Tok.. tok.. tok..
Terlihat handel pintu yang dibuka dari arah luar, muncul elsa dengan membawa berkas di tangannya.
“Maaf saya terlambat,” dia berjalan menuju kursi yang sudah di sediakan, dia duduk di samping kiri tempat duduk eric.
“Aduh, kenapa gue duduk di dekat ni orang.” Elsa melangkah mendekat ke kursi yang sudah di sediakan untuk dirinya.
Elsa menganggukkan kepalanya ketika melihat eric yang memandangnya, elsa kemudian duduk. dan meletakkan berkas yang dia bawa tadi di depan mejanya.
“Baiklah saya rasa semua sudah hadir, mari kita mulai meeting hari ini.” Terlihat suasana tegang di ruangan tersebut.
Dua jam pun berlalu, meeting yang diharapkan berjalan dengan cepat menjadi sangat lama karena eric yang tidak puas akan presentasi yang di bawakan elsa.
Satu persatu mereka keluar dari dalam ruang meeting, tampak wajah kesal elsa yang keluar bersama memei.
“Sabar ya el, jangan anggap serius omongan pak eric tadi.” Ucap memei menenangkan elsa sahabatnya.
“Mei, apa dia punya dendam sama aku ya, sampai aku harus merevisi ulang presentasi ku tadi.” Ucap elsa sambil menyentak nyenyak kan kakinya ke lantai.
“Sabar ya el, sabar.” Memei mengelus pundak elsa.
“Sayang, kamu tidak apa apa.” Tanya rio yang menghampiri elsa dan memei, yang hampir dekat dengan meja kerja rio.
“Sayang…“ elsa menatap ke rio dengan pandangan mata yang tampak sayu, elsa tiba tiba memeluk tubuh tegap rio.
“Kebiasaan deh, kalau udah ketemu cowoknya, gue di cuekin.” Ucap memei sambil pergi menjauh dari elsa dan rio yang masih berpelukan.
“Apa yang terjadi, kenapa kamu kelihatan nggak semangat gitu.” Tanya rio sambil mengelus rambut elsa.
“Gue rasanya pengen resign aja sayang,” ucap elsa.
“Kenapa harus resign, emang kamu buat kesalahan apa sampai mau resign segala, kalau masih bisa diperbaiki ya diperbaiki aja.” Rio mempererat pelukannya, dia ingin kekasihnya saat ini merasa nyaman dan tidak gelisah lagi.
Elsa yang merasa nyaman saat bersama dengan kekasihnya rio, tidak mau melepas pelukannya.
Tanpa elsa dan rio ketahui, ada sepasang mata yang melihat kelakuan mereka.
“Ada apa pak, apakah ada sesuatu yang mengganjal pikiran bapak saat ini.” Ucap aldo sambil memperhatikan raut muka kesal atasannya.
“Tolong mulai besuk buat peraturan baru, dilarang berpacaran di dalam perusahaan. Jika masih ada yang nekat melakukannya, maka akan dipotong gaji selama tiga bulan.” Ucap eric sambil melangkah menuju ke arah lift.
“Baik pak,” jawab aldo sambil berjalan di belakang eric.
Eric melangkah dengan langkah tegapnya berjalan melewati elsa dan rio yang sedang asik berpelukan dari tadi, serasa dunia milik mereka berdua yang lain ngontrak.
Aldo yang melihat atasannya berjalan di depannya, tiba tiba melepaskan pelukannya.
“Kenapa sayang…?” Tanya elsa menatap raut takut aldo.
“Baru saja pak eric dan pak aldo lewat sayang, maaf aku mengejutkanmu ya.” Rio menangkup wajah elsa, dia takut kalau kekasihnya marah akan sikapnya.
Elsa menggeleng cepat, membalas ucapan rio.
“Nanti sepulang kerja kita makan di tempat langganan kita bagaimana..?” Ajak rio.
“Hmm… iya aku mau, tapi motorku bagaimana..?” Tanya elsa yang masih kawatir dengan motor matic kesayangannya.
“Nanti biar memei bawa motor kamu, setelah selesai makan kita bisa ambil motor kamu di rumah memei, bagaimana…?” Ucap rio mengusulkan idenya ke elsa.
“Baiklah, nanti biar aku bilang sama memei dulu, semoga aja dia mau ya sayang.” Dengan manja elsa bersandar di lengan rio.
“Kalau gitu ayo kita kerja, kamu semangat ya… jangan ada drama resign segala, oke.” Rio menoel puncak hidung mancung elsa.
Elsa yang mendapat perlakuan manis dari rio tersenyum senang dengan sikap rio, setelah drama elsa yang akan mengajukan resign dan rio yang berusaha membujuk kekasihnya untuk tetap tinggal, mereka akhirnya kembali ke meja kerja masing-masing, melanjutkan pekerjaan mereka yang menumpuk dan harus di selesaikan.
Saat ini tampak wajah eric yang terlihat meradang, dia teringat akan kemesraan elsa dan rio tadi.
“Bisa bisanya dia bermesraan seperti itu di saat sedang bekerja, apa dia tidak malu dan apa dia tidak takut kalau gue pecat.”
Gerutu eric yang hanya bisa dia dengar sendiri, entah kenapa saat ini eric terlihat tidak senang dengan kelakuan elsa dan kekasihnya tadi.
Tiba tiba terbersit ide jahil eric untuk elsa, terlihat eric tersenyum smirk membayangkan kekesalan elsa nanti. Eric menekan tombol di interkom yang ada di samping meja kerjanya, terdengar suara aldo dari balik interkom tersebut.
“Al, tolong manager pemasaran yang bernama elsa suruh ke sini menemuiku.” Perintah eric ke aldo.
“Baik pak” jawab aldo dengan cepat.
Setelah menunggu selama 15 menit, terdengar suara ketukan dari pintu masuk ruang kerja eric.
“Masuk.” Perintah eric, tampak elsa membuka pintu di ruang kerja eric dengan langkah sedikit lesu.
“Ada apa bapak memanggil saya, apa ada yang bisa saya bantu.” Tanya elsa.
“Saya ingin melihat data penjualan sepuluh tahun terakhir ini, dan saya ingin kamu mencetaknya lalu serahkan ke saya hari ini juga.”
Elsa langsung memelototkan matanya mendengar perintah eric.
“Tapi pak, saya juga harus merevisi ulang presentasi saya tadi. Kan tadi bapak bilang, saya harus menyerahkan nya untuk rapat besuk pagi, bagaimana saya bisa selesai hari ini pak.” Dengan lesu elsa memberi alasan ke eric.
“Saya tidak mau tahu, kalau perlu kamu lembur untuk hari ini.” Ucap enteng eric.
“Tapi pak… saya…”
Belum sempat elsa meneruskan ucapannya, eric menyela pembicaraan elsa.
“Jika kamu keberatan dengan perintah saya, silahkan buat surat pengunduran diri kamu hari ini.” Ucap eric tegas.
“Huh… baiklah pak, saya permisi undur diri.” Belum sempat eric menjawab, elsa pergi meninggalkan eric yang terbengong menatap kepergian elsa.
Elsa berjalan keluar dari ruangan eric, aldo yang melihat elsa yang berjalan dengan lesu berusaha menegurnya.
“Kamu kenapa…?” Tegur aldo.
“Pak, ada nggak pintu ajaibnya Doraemon, saya mau pinjam sebentar buat kembali ke waktu pagi hari saat saya bangun dari tidur.” Ucap lesu elsa, aldo yang mendengar kata kata tidak jelas elsa hanya menggelengkan kepalanya.
Belum sempat aldo menjawab, elsa berjalan pergi meninggalkan aldo.
“Ada ada saja tuh cewek, mana ada pintu Doraemon. Kalau ada gue mau juga pinjam.” Monolog aldo.
Elsa yang sudah duduk di meja kerjanya, menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Rio yang melihat kekasihnya tampak tidak bersemangat setelah kembali dari ruang CEO, berinisiatif mendekati elsa.
“Kenapa lagi sayang, apa kamu ada masalah sama CEO kita.” Tanya aldo.
“Sayang, sepertinya acara makan malam kita batal deh, tadi pak eric menyuruhku mencetak data penjualan selama sepuluh tahun terakhir, dan aku juga harus merevisi ulang hasil presentasi ku tadi. Serta kamu tahu, aku harus selesaikan hari ini juga. OMG… rasanya pikiranku kacau banget, maaf ya kita tidak bisa pergi malam ini.” Ucap sesal elsa ke kekasihnya.
“Tidak apa apa sayang, kan bisa lain hari.” Ucap Rio memaklumi.
“Terima kasih sayang, kamu mau mengerti akan kondisi aku sekarang ini.” Elsa rasanya ingin sekali menangis di hadapan rio, tapi dia malu jika harus dilihat karyawan lain.
“Oke aku kembali ke meja kerja aku dulu ya, selamat bekerja ya sayang.” Sebelum pergi rio membelai pipi elsa dengan sayang.
Karena perlakuan rio, elsa seperti mendapatkan suport energi dari kekasihnya.
“Aku siap, ayo. Semangat elsa kamu bisa. Buat si eric itu kaget dengan hasil kerja mu, ayo semangat.” Lirih elsa menyemangati dirinya sendiri.