"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit
Riko tak kesulitan untuk menghabiskan makanan yang Sasmita masak, ternyata rasanya tak terlalu buruk dari juru masak dirumah besarnya. Justru masakan Sasmita memiliki ciri khas sendiri meksipun nama masakan ini sering kali Riko makan.
Setelah menyelesaikan makannya, Riko meminum obat yang tersedia hingga selesai.
Sasmita kembali datang setengah jam setelahnya, wanita membereskan nampan makanan namun ada yang aneh, piring itu tampak bersih tak ada sisa, karena biasanya Riko makan selalu ada sisa walaupun hanya sedikit.
"Ada apa?" tanya Riko yang berada dibelakang Sasmita.
Wanita itu menoleh dan menggeleng, bibirnya melengkung senyum.
"Tidak apa-apa Tuan, saya bawa keluar ini sebentar," Katanya yang langsung berjalan pergi.
Sasmita terseyum senang melihat makanan yang ia berikan habis tak tersisa.
"Benar kaca Cika, sebenarnya di baik," Gumamnya sendiri.
Kembali ke kamar, Riko baru saja mendapat telepon saat Sasmita baru saja masuk.
"Tuan mau jalan-jalan keluar?" Tanya Sasmita.
Riko meletakkan ponselnya, "Temani aku ke rumah sakit,"
Sasmita hanya mengangguk, ia mengingat jadwal Riko untuk pergi ke dokter, dan jadwal itu seharunya lusa bukan, pikirnya.
"Baik," Tidak ada penolakan, Sasmita hanya mengikuti apa yang disuruh majikanya, mendorong kursi roda Riko menuju lift untuk turun kebawah.
Ting
Pintu lift terbuka, Sasmita mendorong kursi roda Mario melewati ruang keluarga, dan ternyata di sana ada Mayang dengan pelayannya Cika.
"Riko kamu mau kemana?" Tanya Mayang sambil mendekati Riko dan Sasmita.
"Tuan akan kerumah sakit nyonya," Bukan Riko melainkan Sasmita yang menjawab.
Mayang memicing menatap Sasmita, lalu menatap Riko kembali dengan sendu.
"Bukanya jadwal kamu masih lusa? Ada apa kamu mau kerumah sakit?" tanya Mayang dengan wajah bingung dan penasaran.
"Bukan urusan Mama, aku akan pergi dengan pelayan ku!" Ucap Riko dengan suara dingin.
"Ayo!" Titah Riko pada Sasmita.
Sasmita mengangguk pada Mayang, dirinya pamit pergi membawa Riko.
Sedangkan Mayang hanya bisa menatap nanar pugung Riko yang semakin menjauh.
"Sabar nyonya," Ucap Cika yang melihat kesedihan di mata majikannya.
Mayang hanya bisa mengusap ujung matanya yang basah, ia tak bisa berbuat apa-apa.
*
*
Sasmita duduk disisi supir yang mengemudi, wanita itu duduk diam dengan pandangan lurus kedepan.
Sedangkan Riko sibuk dengan gadget di tangannya, banyak laporan yang dia terima dari Diko maupun orang suruhannya.
Perusahaan Fernandez adalah perusahaan terbesar, perusahaan Fernandez masuk kedalam jajaran tiga besar master busines dua tahun sebelumnya. Namun dua tahun kedepan ini perusahaan Fernandez mengalami penurunan, itu karena Riko tak lagi bisa memegang kendali perusahaan dengan maksimal.
Meskipun ada Tuan Rio Fernandez di perusahaan itu, nyatanya pria itu tak bisa membuat sahan perusahaan Fernandez stabil, justru mengalami penurunan secara berkala.
Berbeda dengan perusahaan Briana, Luxury.. justru berkembang pesat setelah sempat mengalami kebangkrutan dua tahun lalu. Kini Briana tampak sedang menikmati puncak kejayaannya dalam dunia bisnis. Membuat wanita itu tak kenal dengan suaminya sendiri.
Akan tetapi bukan itu yang Riko pikirkan, meksipun hanya duduk di atas kursi roda namun Riko bukan seorang pria pengangguran dan miskin, Riko memiliki perusahaan sendiri yang dikelola orang kepercayaannya, perusahaan yang sudah berdiri sejak dirinya tergiur dengan dunia bisnis, baginya mencoba peruntungan adalah sebuah tantangan, dan terbukti selama bertahun-tahun Riko berhasil mengembangkan bisnis yang ia dirikan, meskipun sama besarnya dengan Fernandez.
Perusahaan Fernandez adalah perusahaan keluarga, siapa saja bisa menginginkan perusahaan itu terutama kerabat dan keluarga, hanya saja kakeknya mempercayakan perusahaan itu pada papanya, Rio Fernandez.
Sampainya di rumah sakit, Riko dibantu dengan supir untuk turun dari mobil. Kini Sasmita yang menemani Riko bertemu dengan dokter.
"Kamu tunggu di luar saja, saya bisa sendiri," Ucap Riko saat keduanya sudah sampai didepan pintu ruangan dokter.
"Em, baik tuan."
Riko pun menjalankan kursi rodanya sendiri untuk memasuki ruangan dokter.
Sedangkan Sasmita memilih menunggu di kursi tunggu bersama pasien lain.
"Kenapa Tuan bukan bertemu dengan dokter Orthopaedi," Batin Sasmita melihat tag diatas pintu.