Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8.
Amira yang kini sudah sampai di halaman sekolah, langsung disambut ramah oleh para anggota OSIS yang sudah tiba terlebih dahulu disana karena sudah memiliki jadwal berjaga di hari ini.
" Assalamu'alaikum, kak Amira!" salam dari beberapa anggota OSIS kepada Amira.
" Wa'alaikumsalam." jawab Amira dengan ramah.
Sepanjang gerbang pemeriksaan, Amira selalu mendapatkan salam atau sapaan, walaupun ada beberapa murid yang tidak melakukan itu.
" Semangat banget anak-anak hari ini." ucap Amira, kepada Irma yang merupakan bendahara OSIS di SMA NEGERI BANDUNG INDEPENDEN SCHOOL.
" Biasa, awal-awal kek gini semangatnya masih berkobar, beda lagi kalau nanti." sahut Irma sambil tertawa pelan.
Mereka yang bertemu di gerbang depan sekolah, kini langsung berjalan bersama memasuki ruang kelas.
" Jangan gitu, doa'in aja semangat mereka selalu seperti itu." ujar Amira.
" Iyah aku doa'in, tapi aku gak yakin juga sih." sahut Irma.
...🖤🖤🖤🖤🖤...
Setelah sampai di kelas, Amira yang masih memiliki sisa waktu sebelum jam pelajaran dimulai, menyempatkan dirinya untuk mengerjakan tugas yang masih belum dia selesaikan sebagai sekretaris umum di keanggotaan Osis itu.
" Laporan nya udah siap?" tanya Irma, yang baru saja masuk ke ruang Osis.
" Sebentar lagi selesai." jawab Amira dengan pandanganya yang tetap fokus kepada layar laptopnya.
" Mau aku bantu?" tanya Irma kembali.
Dia langsung menarik sembarangan kursi yang ada disana, kemudian dia langsung duduk disamping Amira, sambil melihat laporan yang sedang Amira buat.
" Gak papa, sebentar lagi juga selesai." jawab Amira.
" Oke, kamu udah makan?" tanya kembali Irma.
" Belum sempat." jawab Amira jujur sambil menggeleng pelan kepalanya.
" Udah ku duga."
Lantas Irma pun langsung membuka tas ransel miliknya, kemudian dia mengeluarkan dua buah kantong plastik yang berisi roti bakar yang baru saja dia beli.
" Aku tadi beli dua, nih, satu buat kamu." ucap Irma yang langsung memberikan satu bungkus roti bakar itu kepada Amira.
" Makasih, Irma." ujar Amira yang langsung menerima pemberian roti bakar dari sahabatnya itu.
" Sama-sama."
" Oh, ya, anggaran kemarin udah kamu rekap?" tanya Amira, tiba-tiba saja dia diingatkan tentang hal itu.
" Udah, aku lupa kemarin belum kirim ke kamu." jawab Irma sambil cengengesan.
Amira hanya bisa tertawa pelan, melihat kelakuan temannya itu.
" Gak papa nanti aja, besok deadline pengumpulannya." ucap Amira mengingatkan dan langsung mendapatkan anggukan dari Irma.
" Guys, nanti setelah pulang sekolah Fajar minta kita buat kumpul dulu sebelum rapat dimulai." ucap Rangga selaku wakil ketua Osis, sekaligus sahabat nya Fajar.
" Oke." jawab Irma yang langsung mengacungkan ibu jarinya.
" Kamu mau?" tawarnya pada Rangga, karena dia melihat sorot mata Rangga yang terus melihat ke arah roti bakarnya.
Rangga dengan senang hati, langsung mengangguk.
" Boleh."
" Beli sendiri." jawab Irma yang langsung kembali menjauhkan roti bakarnya saat Rangga hendak mengambilnya.
Dan hal itu tentu saja membuat Rangga geram, tetapi Irma seolah tidak peduli.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Setelah pulang sekolah, Amira, Irma dan juga Rangga pun sudah berada di ruang Osis mereka juga sudah duduk berjajar dengan Fajar yang sudah ada di hadapan mereka.
" Ada beberapa Anggota yang harus dievaluasi, secara pribadi." terang Fajar.
" Ini ada daftar beberapa anggotanya, saya sudah bagi tugas ke kalian buat evaluasi anggota yang berbeda." sambung Fajar kembali sembari dia langsung menyerahkan sebuah berkas yang sudah dia rekap sebelumnya kepada mereka bertiga.
" Kapan kita evaluasi mereka?" tanya Amira.
" Selesai rapat."
" Gimana cara ngasih tau mereka?" tanya Irma, sambil membaca daftar nama-nama anggota yang harus mereka evaluasi.
" Aku udah kirim pesan pribadi ke mereka supaya gak langsung pulang terlebih dahulu, setelah rapat nanti." sahut Rangga.
" Bagus kalau gitu." ujar Irma hendak menepuk pundak Rangga, tetapi Rangga sudah lebih dahulu menghindar.
" Oke, kalau begitu, kita lanjut lagi di waktu rapat nanti, Assalamu'alaikum."
" Walaikum'salam, ketua." jawab ketiga orang itu dengan serentak.
Mereka pun langsung kembali bubar ke kelas mereka, dan mengambil tas mereka masing-masing untuk bersiap mengadakan rapat evaluasi untuk seluruh anggota Osis.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Waktu kini sudah menunjukkan pukul 17:30 WIB, baik itu rapat Osis ataupun evaluasi masing-masing anggota Osis, semuanya sudah selesai dilaksanakan dan sekarang sudah waktunya para anggota Osis untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, kecuali para anggota inti.
Sehingga saat ini yang sudah tersisa hanyalah anggota inti saja.
" Kamu pulang nanti naik bis lagi?, aku anterin aja, ya?" tawar Irma kepada Amira.
" Gak papa, Irma, aku pulang naik bis aja." ucap Amira yang langsung menolaknya dengan sopan.
" Selalu aja gak mau." gumam Irma dengan pelan, karena Amira selalu menolak dan tidak pernah mau saat Irma memberikan tumpangan kepada Amira.
" Jelas lah Amira gak mau, orang kamu kalau bawa motor udah kayak orang kesetanan." cibir Rangga.
" Bacot!" bentak Irma, tanpa rasa takut sedikit pun.
Irma memang seorang perempuan, tetapi sikapnya terbilang terbalik dan sangat terlihat seperti seorang lelaki.
Teman-temannya itu sudah tidak aneh lagi dengan hal itu, karena mereka sudah tau bahwa Irma memang anak yang sangat tomboy.
" Udah, kalian emangnya gak cape selalu berantem setiap ketemu?" tanya Amira yang sudah mulai lelah melihat tingkah kedua temannya itu yang sulit sekali akurnya, mereka sudah seperti layaknya tom and jerry kalau mereka sudah bertemu.
" Dia yang duluan, Amira." ujar Irma menunjuk Rangga.
" Eh!, malah nyalahin gue." protes Rangga, dia tidak terima karena merasa disalahkan oleh Irma.
" Harusnya kalian evaluasi dia dari dulu." ujar Irma yang kembali menunjuk ke arah Rangga.
" Ngapain gue harus di evaluasi, orang gue selalu ngejalanin tugas gue dengan baik dalam organisasi." ujar Rangga membela dirinya.
" Gue juga." ucap Irma yang tidak mau kalah.
Memang benar, mereka selalu profesional kalau sudah berada di dalam organisasi, bahkan mereka bisa akur disaat mereka sudah menjalani tugas mereka di dalam organisasi.
Selebihnya, jangan harap kalau mereka bisa akur apalagi bisa saling membantu dan juga bekerjasama.
" Ck!, orang tua udah nyuruh gue pulang, gue pulang duluan ya." ucap Irma saat melihat notif pesan di ponselnya.
" Amira, kalau kamu gak mau aku anter sampe rumah, aku anter sampe halte depan, gimana? cape kalau jalan, aku janji akan bawa motornya pelan-pelan." tawar Irma kembali, entah sudah yang berapa kali dia sudah membujuk Amira, supaya Amira mau diantar olehnya.
Amira yang kembali ditawar tumpangan oleh Irma langsung diam sejenak tidak berani langsung memutuskan, dan dengan reflek dia malah memilih melirik ke arah Fajar terlebih dahulu untuk meminta jawabannya.
Fajar yang paham, langsung saja mengangguk pelan kepada Amira.
Untung saja interaksi mereka berdua tadi tidak disadari oleh Irma maupun Rangga.
" Gimana, Amira? kamu mau, kan?" tanya kembali Irma.
" Yaudah, boleh." putus Amira yang akhirnya menerima ajakan dari Irma.
Irma pun langsung tersenyum senang, karena kali ini Amira tidak mencoba untuk menolak ajakan nya lagi.
" Kita duluan ya semuanya, Assalamu'alaikum." ucap Amira berpamitan kepada Fajar dan juga Rangga.
" Walaikum'salam."
" Walaikum'salam, hati-hati Amira." ujar Rangga sambil melambaikan tangannya kepada Amira.
" Gue?" tanya Irma, karena tidak diperhatikan oleh Rangga.
" Gak usah gue bilang hati-hati juga, bahaya udah takut sama lo!" cibir Rangga dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Irma.
" Sialan!" umpat Irma, yang sudah menaiki motornya besarnya.
" Irma!" tegur Amira.
" Sorry, Amira." sahur Irma yang langsung terkekeh pelan.
Dia sering kali mendapatkan teguran dari Amira saat Irma yang selalu mengumpat itu, namun Irma tetap saja melakukan kesalahan yang sama.
TO BE CONTINUE.