Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Mau kemana kalian! " bentak pak Bram melihat Sahira membawa tas berukuran sedang di pundaknya.
"Aku mau keluar dari rumah ini." acuh Sahira.
"Ngapain kamu keluar dari rumah ini, memang kalian mau tinggal dimana? mau jadi gelandangan apa." sinis pak Bram
Sahira hanya diam, dan tetap berjalan tanpa perduli dengan ocehan sang ayah, di ikuti oleh Galang dari belakang.
"Sahira! jangan keras kepala kamu! tinggal di rumah ini saja." kesal sang mama.
"Kenapa menahan ku keluar dari rumah ini? takut ya ngak ada pembantu gratis lagi, ngak ada yang bakal mengerjakan pekerjaan rumah ini." cibir Sahira.
Memang selama ini Sahira lah yang banyak mengerjakan pekerjaan rumah itu, termasuk memasak dan bersih bersih rumah.
"Ck, pede sekali kau ini, papa dan mama hanya menghawatirkan kamu, mau makan apa kamu di luar sana Hu... Mau hidup jadi gelandangan." cibir Rega.
"Terimakasih atas perhatiannya, sungguh membuat aku terharu, tapi aku lebih memilih menjadi gelandangan dari pada hidup berdampingan dengan orang orang yang tidak punya hati." sarkas Sahira
"SAHIRA... " pak Bram sudah mengangkat tangan dan tangan itu hampir melayang ke wajah Sahira, namun dengan sigap Galang lansung menangkis tangan pak Bima tersebut.
"Jangan pernah sekali kali melayangkan tangan anda kepada istri saya." ujar Galang dingin.
"Ck, apa apaan kau ini, terserah saya mau saya apakan anak itu, dia adalah anak saya, saya berhak melakukan apa saja kepadanya." sarkas pak Bram tak Terima Galang menghalangi perbuatannya.
"Saya yang lebih berhak! " pungkas Galang, Sahira lansung membeku mendapatkan pembelaan dari sang suami, baru kali ini dirinya di bela dengan tulus oleh seseorang.
"Haiii.... Anak muda, apa hak anda, anda cuma orang asing di rumah ini! " sinis pak Bram.
"Anda mulai pikun ya, tuan. Bukan kah baru beberapa jam yang lalu saya mengucapkan ijab kabul, dan sekarang anak anda itu adalah istri saya, jadi seluruh hidup anak anda adalah tanggung jawab saya." tekan Galang.
Deg....
Pak. Bram di buat syok mendengar penuturan Galang itu, dia pikir laki laki yang dia minta menikahi anaknya itu bodoh, atau mungkin tidak akan perduli dengan anaknya, ternyata dia salah sangka, anak muda itu berani melawannya demi melindungi Sahira.
"Kenapa diam? anda sudah ingat." sinis Galang.
Galang menatap sang istri dan mengukurkan tangannya kepada Sahira.
"Ayo." ajak Galang kepada Sahira.
Dengan senang hati dan tanpa keraguan Sahira menyambut uluran tangan dari laki laki yang berstatus suaminya itu.
"Apa kau mampu memberi tempat tinggal dan memberi makan anak saya!" pekik Sama mama.
"Hahaha.... Apa anda mengakui istri saya sebagai anak anda? " tanya sumbang Galang.
Hati Sahira menghangat mendengar Galang mengakui dirinya adalah istri Galang, namun tidak perduli dengan ucapan yang keluar dari mulut sang mama, yang menyebut dirinya adalah putri mamanya, karena perlakuan mereka, sudah melukai hati Sahira dengan sangat dalam, kata kata "Anak saya" di bibir orang tuanya itu sudah tidak ada artinya lagi bagi Sahira.
Hahaha.....
"Klau anda memang orang tua istri saya, anda tidak akan pernah tega melukai hati istri saya, anda tidak akan tega mengambil kebahagian anak anda ini, anda hanya mengakui anak anda hanya di bibir saja, tapi tidak di hati anda." sinis Galang.
"Jangan sok tau kamu! " marah Bu Hana menatap tajam kepada Galang.
"Ck, tidak usah berpura pura lagi, anda hanya takut tidak mempunyai babu gratisan lagi di rumah ini, bukan karena anda perduli dan sayang kepada istri saya." telak Galang.
Bu Hana bungkam tidak dapat lagi membela diri, setiap kata yang di ucapkan olehnya, selalu di balas oleh menantu urakannya itu.
"Kamu percaya sama saya kan? saya bisa memberi kamu makan, walau seadanya, dan kamu mau kan? saya membawa kamu tinggal walau belum pasti dimana kita akan tinggal, atau mungkin kita akan berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, tapi saya janji, saya akan selalu menjaga dan melindungi kamu dengan baik." ucap Galang sungguh sungguh kepada Sahira.
"Saya percaya kepada suami saya." sahut Sahira berkaca kaca.
Galang melukiskan senyum tipis di bibirnya.
"Terimakasih sudah percaya sama saya." ucap Galang mengelus sayang puncak kepala Sahira di depan seluruh keluarganya.
Ingin rasanya Sahira melompat masuk kedalam pelukan suaminya itu, sungguh hatinya sangat membuncah mendapatkan perhatian yang sangat dia inginkan selama ini, namun dia malu dan takut di bilang perempuan murahan.
"Ya sudah mari kita pergi." ujar Galang menggandeng hangat tangan Sahira.
"Selangkah kau keluar dari rumah ini, berati kau bukan anak saya lagi, saya haramkan kau menginjak rumah ini! " Teriak pak Bram dengan lantang.
Tetiba langkah Sahira terhenti, dan Galang lansung menatap istrinya itu.
Sahira membalas tatapan suaminya dengan senyum di bibirnya, namun tatapan matanya menyiratkan banyak luka di sana.
Pak Bram dan yang lainnya tersenyum puas, karena Sahira berhenti melangkah, bearti anak itu pasti takut tidak di anggap anak oleh mereka.
Sahira berbalik, dan tersenyum hampa. "Silahkan anda tidak mengakui saya anak kalian, toh selama ini kalian juga tidak pernah mengakui saya anak, anda hanya takut kehilangan babu gratisan di rumah ini, bukan karena perduli dengan saya, jadi saya tidak takut sama sekali tidak di akui anak dan di haramkan untuk menginjak rumah ini lagi, dengan senang hati saya keluar dari rumah ini." ucap Sahira dengan senyum di bibirnya, tapi tak di pungkuri hati sakit bagai di tusuk sembilu mendengar ucapan orang tuanya itu.
"Ayo mas, aku ngak mau berlama lama di rumah ini lagi." pinta Sahira kepada sang suami.
Galang mengangguk dan membawa Sahira keluar dari rumah itu tanpa keraguan sedikit pun.
Bersambung...
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vite ya..., 😘😘😘
thor nama tokohnya suka terbalik di dialog yg hrsnya sahira jd namira