Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Kaki Terluka
"Iya pak, tolong antar saya ke rumah." pinta Zafira sambil membenahi piyamanya yang masih berantakan.
"Baik neng, silakan. Saya antar neng dulu sebelum saya pulang ke rumah." sahut si pengemudi yang diangguki Zafira dengan lega.
Zafira sempat mengusap dada sebelum masuk ke dalam mobil merasa sangat berterima kasih masih ada kendaraan yang akan membawanya pergi dari tempat ini.
Belum sempat Zafira masuk ke dalam taxi, sebuah tangan kekar menahan pintu mobil. Pria yang tadi menolongnya berkata dengan tersengal karena kelelahan berlari mengejar Zafira.
"Pak Arga. Pak Arga yang menyuruh kami menjaga nona." ucap pria itu memberitahu dengan nafas tersendat.
Mata Zafira seketika membulat mendengar nama papanya disebutkan.
"Papa?." ucapnya tidak percaya.
Gadis itu mengurungkan niat masuk ke mobil. Dia berbalik kemudian berhadapan dengan pria yang menolongnya.
"Maksudmu papaku yang sudah menyuruh kalian menolongku?." sambung Zafira menatap lurus pria di hadapannya.
"Betul nona. Pak Arga yang menugaskan kami menjaga nona dari nona keluar rumah sampai kembali ke rumah." jelas bodyguard papa Arga yang diberi tugas menjaga Zafira selama Fariz belum pulang ke rumah.
Zafira bernafas lega kemudian tersenyum. Gadis itu akhirnya bisa tersenyum setelah melewati perjuangan panjang yang hampir merenggut kehormatannya jika bodyguard sang papa tidak datang di waktu yang tepat.
"Sampaikan pada papaku. Aku sangat mencintainya dan terima kasih kalian datang tepat waktu." ucap Zafira tersenyum menundukkan kepala kepada kedua bodyguard papa Arga kemudian masuk ke dalam taxi lalu menutup pintu kendaraan.
"Nona, jangan pergi dulu." panggil pria di balik kaca mobil.
Zafira membuka kaca mobil dengan sebuah pertanyaan terlukis dari sorot matanya.
"Kami akan membawa mobil nona ke rumah." tawar pria itu menyodorkan tangan ke arah Zafira.
Zafira bengong sesaat. Benar juga, dia melupakan mobilnya. Dia pun merogoh kantong piyama. Untung kunci mobil tidak jatuh saat dia berlari tadi.
"Sekali lagi terima kasih atas bantuan kalian. Jika tidak ada kalian, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Tolong catat nomor rekening kalian, aku akan men-transfer untuk biaya makan kalian 1 bulan ke depan." ucap Zafira memberikan ponselnya agar si bodyguard mencatat nomor rekening mereka.
"Terima kasih nona. Tidak perlu. Kami sudah mendapat gaji lebih dari cukup dari pak Arga." tolak bodyguard tersebut tersenyum sopan.
"Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu." pamit Zafira sambil memberikan kunci mobil kepada anak buah papa Arga kemudian menutup kaca mobil.
Taxi pun melaju. Suasana hening. Sang sopir fokus dengan jalanan setelah Zafira memberitahu alamat yang akan dituju.
Selama di perjalanan, bayangan buruk yang baru saja menimpanya masih berputar di kepala. Dia bertanya-tanya dan menebak mengapa Ronald ada di tempat itu? Apakah dia sengaja mengikutinya? Dan siapa dua preman yang tadi hampir mencelakai dirinya?
Zafira berfikir, kalau Ronald serta dua pria tersebut memiliki hubungan. Tidak mungkin di saat yang bersamaan dan juga di tempat yang sama ketiga orang itu serempak ingin mencelakainya.
Zafira yakin, ini semua ada hubungannya dengan Ronald. Pasti pria itu yang telah menyuruh dua preman berotot untuk menangkap bahkan menyekapnya. Memikirkan hal itu bulu kuduknya merinding. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika sampai anak buah sang papa tidak menyelamatkan dirinya.
Sepeninggal Zafira, Ronald terlihat dibantu berdiri oleh dua orang pria yang tadi sempat mengejar Zafira. Setelah membersihkan darah dari ujung bibir serta hidung, Ronald pun kembali menunjukkan power-nya sebagai boss sambil memegang perut serta pinggang yang terasa remuk redam.
"Kemana gadis itu? Kalian gagal kan?." Ronald menatap geram kedua suruhannya.
"Maaf boss, kami sudah berusaha mengejarnya tapi gadis itu berhasil lari." ucap salah satu dari dua pria itu, menunduk penuh rasa bersalah.
"Bodoh! Mengurus satu gadis saja tidak becus! Tadi aku menyuruh kalian menangkapnya bukan justru membiarkannya lari! Kemana otak kalian? Dasar bodoh! Badan saja yang berotot tapi tenaga kalian kosong! Aku batalkan membayar kalian!." bentak Ronald meninggalkan kedua preman yang berdiri kecewa karena angan-angan mendapat bayaran jutaan hilang dalam sekejap mata.
Taxi yang ditumpangi Zafira akhirnya sampai dengan selamat di rumah. Zafira membayar ongkos bahkan melebihi beberapa lembar uang merah sebagai ungkapan terima kasih kepada bapak sopir karena datang di waktu yang tepat.
Setelah berpamitan dengan sang sopir dan tak lupa menyampaikan banyak terima kasih, Zafira tertatih menuju rumah. Sekarang baru terasa perih di bagian bawah telapak kaki serta lutut. Tadi saat kejadian menegangkan, rasa perih itu seolah menghilang karena dikejar rasa takut yang memburunya.
Bi Senah yang sejak tadi berdiri gelisah menunggu di depan teras, mengkhawatirkan keadaan Zafira langsung berlari menghampiri Zafira yang sedang berjalan tertatih menuju teras. Melihat kondisi Zafira, bi Senah sudah dapat menebak kalau telah terjadi sesuatu pada gadis itu.
Ini kedua kalinya Zafira pulang ke rumah dalam keadaan tertatih. Kemarin terkilir. Hari ini terluka. Sampai kapan ini berakhir? Fikir bi Senah sedih.
"Neng, kenapa neng? Apa lagi yang terjadi pada neng?." rasa khawatir terlihat jelas di wajah bi Senah karena sudah berulang kali Zafira mengalami hal-hal yang mencemaskan bagi orang yang melihatnya.
Kemarin kakinya baru saja sembuh dari terkilir. Kemarinnya lagi menangis mengurung diri di kamar dari pagi sampai malam hingga melupakan dua kali jadwal makan. Dan malam ini pulang dalam keadaan awut-awutan dengan lutut terluka dan jalan tertatih. Banyak sekali kejadian yang menimpa diri Zafira sejak Fariz tidak berada di sisinya. Bi Senah semakin cemas saja memikirkan keadaan Zafira.
Bagaimana kalau Fariz benar-benar tidak kembali ke rumah ini? Apa kondisi Zafira akan seperti ini terus? Memikirkan hal tersebut membuat bi Senah makin pusing.
"Bantu aku masuk bi." pinta Zafira yang segera dituruti bi Senah, sedikit menopang tubuh Zafira dan membantunya berjalan, langsung ke kamar.
Bi Senah mengobati kaki serta lutut Zafira yang terluka. Telapak kaki bagian bawah terluka tetapi hanya sedikit.
Sebenarnya Zafira enggan menceritakan kejadian yang baru menimpanya tetapi melihat kekhawatiran yang ditunjukkan bi Senah membuat gadis itu pun mau tidak mau menceritakan semuanya dari mulai bertemu dua pria ber-otot sampai perlakuan Ronald yang melecehkan dirinya.
Mendengar itu bi Senah terkejut bukan kepalang. Mukanya berubah sedih. Di dalam hati dia menaruh rasa kasihan melihat kondisi majikannya.
Sejak ditinggal sang suami. Zafira selalu mendapat kesulitan bahkan malam ini kehormatannya nyaris direnggut oleh mantan kekasihnya.
Sambil mengobati luka Zafira, bi Senah tidak henti-hentinya menasehati supaya kejadian seperti ini jangan sampai terulang kembali. Dia juga menguatkan diri Zafira agar tidak terus menerus meratapi kepergian Fariz bahkan sampai mengesampingkan keselamatan pergi di tengah malam demi mendatangi tempat kenangan mereka.
Jika diizinkan, bi Senah serta mang Karman ingin sekali membantu Zafira untuk mencari keberadaan Fariz namun rasanya kurang etis, ikut campur terlalu dalam urusan majikan sedangkan dia sadar, posisinya hanyalah pekerja di rumah ini.
...*****...