Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 ~ Rencana Dean ~
Dean yang tertawa mendengar ibunya menyerang Anna, sontak terdiam. Terlebih saat Tn. Monteiro menoleh ke arahnya seolah minta penjelasan. Dean teringat kalau kemarin dirinya diperintahkan mengantar Anna pulang. Namun, tiba-tiba Veronica menelpon dan minta dijemput.
Dean merasa tersanjung. Merasa bahagia jika Veronica membutuhkannya. Merasa berguna dan bisa melakukan sesuatu untuk Veronika. Begitu pun sebaliknya, Veronica bisa saja meminta sopirnya untuk menjemput.
Mengetahui Veronica memilih untuk dijemput olehnya, Dean jadi kehilangan akal sehat. Tidak peduli lagi pada tugasnya. Veronica yang ingin bermanja padanya adalah hal yang sangat disukai Dean. Apapun alasan Veronica tidak penting baginya.
“Tadi aku dijemput teman. Kami shopping bareng, taunya dia ketemu sama pacarnya ya aku ditinggal sendirian. Aku jadi ingat kamu dong, makanya aku minta jemput,” ucap Veronica sambil bergelayut di lengan Dean.
“Nggak apa-apa, Sayang. Aku kan udah janji bakal siap jemput antar kamu,” jawab Dean.
“Tapi aku nggak ganggu kesibukan kamu kan?” tanya Veronica semakin menempel pada Dean yang menjinjing semua kantong belanjaan Veronica.
“Nggak kok, aku nggak ada kesibukan apa-apa,” jawab Dean meski langsung teringat pada Anna yang ditinggalkannya begitu saja.
Kini menyesalkan apa yang dilakukannya. Tanpa pikir panjang mendorong tubuh Anna keluar dari mobilnya. Dean tidak peduli jika akhirnya Anna jatuh sakit karena kehujanan. Sekarang ayahnya sedang menatapnya meminta penjelasan. Dean bahkan tidak berani menoleh ke arah ayahnya.
“Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak mengantarnya pulang? Kamu melawan perintahku? Jika berani melawan katakan secara langsung! Jangan iya di depanku tapi kamu abaikan perintah di belakangku!” bentak Tn. Monteiro.
“Bukan begitu Dad, kemaren aku ada urusan mendadak,” jawab Dean.
“Urusan mendadak? Urusan penting apa itu? Sejak kapan kamu punya urusan yang membuat kamu abaikan perintahku?” bentak Tn. Monteiro lagi.
Ny. Maria bahkan reflek menutup kedua telinganya. Melihat putranya mendapatkan bentakan begitu keras karena Anna, nyonya itu semakin sebal melihat wajah Anna. Ny. Maria mencoba menenangkan hati suaminya.
“Sudahlah Dad, sudah berlalu juga,” ucap Ny. Maria.
“Sudah berlalu? Jadi tidak perlu dibahas lagi? Aku harus biarkan dia lakukan itu padaku? Kamu bisa jamin yang telah berlalu itu tidak akan terulang lagi?” tanya Tn. Monteiro bertubi-tubi.
Ny. Maria tidak bisa menjawab semuanya. Hanya melirik Anna dengan tatapan mata yang tajam, penuh dendam. Karena gadis itu dirinya dibentak suaminya. Tn. Monteiro membentaknya dan putranya di depan gadis yang dianggapnya remeh itu. Sementara Anna berdiri dengan tenang. Ekspresi yang datar melihat keributan keluarga itu.
“Kamu tidak bisa jawab, kan? Biarkan aku selesaikan urusanku. Biar aku ajari anak yang tidak punya rasa tanggung jawab ini!” bentak Tn. Monteiro lagi pada Ny. Maria lalu beralih pada putranya. Melihat itu Anna angkat bicara.
“Tuan …! Aku rasa sekarang Tuan Dean sudah menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi. Nggak mungkin Tuan Dean tidak mengerti pelajaran tanggung jawab yang Tuan ajarkan padanya. Tuan Dean, tidak mungkin sebodoh keledai, bukan?” tanya Anna.
Bola mata Dean bahkan terbelalak mendengar ucapan Anna. Ny. Maria bahkan ternganga. Anna hanya ingin segera menyudahi pertengkaran antara ayah dan anak itu.
Anna merasa bosan. Tidak bisa melakukan apa-apa, hanya berdiri saja. Tidak melakukan apapun untuk persiapan pernikahannya. Juga tidak bisa pergi dari tempat itu untuk memulai bekerja. Tn. Monteiro hanya bolak-balik memarahi istrinya dan putranya.
“Ya kamu benar. Untuk apa ribut-ribut lagi. Jika terjadi seperti ini, aku hanya tinggal memanggil dia dengan sebutan keledai,” ucap Tn. Monteiro lalu melangkah keluar ruangan diikuti oleh Ny. Maria.
Dean menatap Anna. Begitu Tn. Monteiro keluar, Dean langsung mendekati Anna. Laki-laki itu bahkan meremas lengan Anna. Gadis itu merasa kesakitan.
“Berani sekali kamu meledek aku,” ucap Dean.
Begitu dekat hingga Anna memundurkan wajahnya. Mata Anna membesar. Seolah bersiap siaga pada apa yang akan dilakukan oleh Dean Monteiro. Meski perasaan Anna sedikit panik, Anna masih berusaha menjawab ucapan Dean Monteiro dengan percaya diri.
“Yang aku katakan tadi itu kenyataan. Apa Tuan merasa tersindir? Merasa mirip kele ….”
Sebelah tangan Dean sontak terangkat ke udara. Yang melihat kejadian itu pasti membayangkan telapak tangan Dean segera hinggap di pipi halus Anna. Namun, entah kenapa laki-laki itu tidak melanjutkan yang sudah dia bayangkan sendiri.
“Kamu … memang ingin menjebakku. Kamu ingin membuat aku terlihat buruk di hadapan ayahku, kan?” ucap Dean lalu melepaskan genggaman tangannya di lengan Anna.
“Tergantung dirimu sendiri Tuan. Ingin terkesan baik atau buruk di hadapan Tn. Monteiro,” jawab Anna.
Dean sudah melepaskan Anna sepenuhnya. Membalik badan hendak melangkah menuju pintu keluar ruangan. Namun, ucapan Anna menghentikan langkahnya.
“Kamu tau kan, seorang istri harus patuh pada suami?”
Dean menatap Anna sambil tersenyum meremehkan. Anna hanya diam menatap wajah tampan itu. Dean melirik pintu keluar lalu berbisik pada Anna.
“Kamu bukan keledai, kan? Kamu pasti tau, setelah menikah nanti, aku akan berkuasa atas dirimu … sepenuhnya,” bisik Dean.
Lalu sejajarkan wajahnya di hadapan Anna. Menatap kedua bola mata yang indah itu kemudian tersenyum. Senyum yang begitu manis seolah-olah tulus.
“Ayo, kita urus dokumen pernikahan kita. Yang semangat yaa,” ucap Dean kembali tersenyum manis.
Dean meraih tangan Anna dan menyelipkan di lengannya. Seolah-olah seperti pasangan yang romantis. Anna langsung menarik tangannya dengan tatapan mata tajam. Segera gadis itu melangkah keluar ruangan. Dean mengikuti dari belakang.
Apa-apaan orang itu? Batin Anna.
Rasa panik muncul dalam hati Anna. Gadis itu merasa Dean mulai mengikuti irama permainan. Hal itu membuat Anna panik. Dean seperti benar-benar menikmati dan menyetujui rencana pernikahan itu. Mengikuti dengan patuh semua keinginan Tn. Monteiro dan Ny. Maria demi suksesnya pesta pernikahan.
“Sepertinya kamu harus dapatkan izin menikah dari orang tuamu, Sayang,” bisik Dean.
Anna kaget mendengar ucapan Dean. Bukan hanya karena izin yang harus didapatkan dari orang tua, tapi cara Dean memanggil dirinya membuat Anna ngeri. Anna merasa Dean memiliki rencana busuk.
Rencana busuk apa ini? Ingin terlihat patuh di depan orang tua? tanya Anna dalam hati.
Anna tidak sempat memikirkan kelakuan Dean. Gadis itu kembali disibukkan dengan urusannya sendiri. Dalam waktu dekat Anna harus bisa mendapatkan tanda tangan dari ayahnya, sebagai tanda izin menikah. Anna merasa bingung karena baru kemaren menyangkal akan menikah pada orang tuanya.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...