NovelToon NovelToon
Tarian Di Atas Bara

Tarian Di Atas Bara

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Bintang Ju

"Tarian di Atas Bara"
(Kisah Nyata Seorang Istri Bertahan dalam Keabsurdan)

Aku seorang wanita lembut dan penuh kasih, menikah dengan Andi, seorang pria yang awalnya sangat kusayangi. Namun, setelah pernikahan, Andi berubah menjadi sosok yang kejam dan manipulatif, menampakkan sisi gelapnya yang selama ini tersembunyi.

Aku terjebak dalam pernikahan yang penuh dengan penyiksaan fisik, emosional, dan bahkan seksual. Andi dengan seenaknya merendahkan, mengontrol, dan menyakitiku, bahkan di depan anak-anak kami. Setiap hari, Aku harus berjuang untuk sekedar bertahan hidup dan melindungi anak-anakku.

Meski hampir putus asa, Aku terus berusaha untuk mengembalikan Andi menjadi sosok yang dulu kucintai. Namun, upayaku selalu sia-sia dan justru memperparah penderitaanku. Aku mulai mempertanyakan apakah pantas mendapatkan kehidupan yang lebih baik, atau harus selamanya terjebak dalam keabsurdan rumah tanggaku?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Ju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku selalu Salah

Pagi itu, aku terbangun dengan tubuh yang terasa sakit dan kaku. Aku tertidur seorang diri di gubuk tua itu, tanpa Andi di sampingku. Saat aku mencoba menggerakkan tubuhku, tiba-tiba pintu gubuk terbuka dengan kasar. Andi masuk dengan wajah yang memerah menahan amarah.

 "Tari! Kenapa kau tidak mendengarkan perintahku untuk tetap di dalam rumah?!" bentaknya. Aku terperanjat mendengar nada suaranya yang begitu keras. 

"A-Andi, kau darimana saja? Aku sangat mengkhawatirkan ..." 

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Andi tiba-tiba melemparkan sebuah batu ke arahku. Batu itu mengenai lenganku, membuatku meringis kesakitan. 

"Andi, apa yang kau lakukan?!" tanyaku.

"Aku tidak mengerti mengapa kau tiba-tiba bersikap kasar padaku?" Kataku Sambil menangis karena kesakitan. 

"Kau tinggalkan aku sendirian di gubuk tua ini, sekarang kau datang marah-marah. Kau sudah tidak normal lagi Andi". Kataku dengan nada rendah karena sambil menahan sakit.

 Sakit di lengan dan sakit di hatiku. Tiba-tiba, seorang pria tua yang aku kenal, dia adalah ayah mertua masuk menyusul, wajahnya tampak marah. 

"Andi! Kenapa kau membiarkan istrimu tidur sendirian di sini?! Kau meninggalkannya tanpa perlindungan!" omel si ayah mertua. 

"Sekarang kau datang langsung menyakitinya, suami macam apa kau ini?" Tambah ayah mertua. Andi terlihat semakin gusar.

 "Ayah, ini bukan salahku! Dina yang tidak mau mendengarkan perintahku!" Bantah Andi. 

Aku semakin bingung melihat pertengkaran itu. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Andi membalikkan fakta, menyalahkan dan balik memarahiku?" Ucapku dalam hati. 

"Inilah salah satu alasan ayah tidak menikahkan mu dengan perempuan yang berada di luar kampung kita. Ini yang ayah khawatirkan terjadi di antara kalian Andi". Kata ayah mertua lagi.

 Aku semakin tidak mengerti. Ada apa sebenarnya di dalam diri Andi. Setelah berucap begitu, ayah mertua pun langsung pergi meninggalkan kami berdua dan meninggalkan aku dalam rasa penasaran.

 Aku semakin penasaran dengan kalimat yang baru saja ayah mertua ucapkan.

 Tiba-tiba, tanpa peringatan, Andi kembali melemparkan batu ke arahku. Kali ini mengenai dadaku, membuatku memekik kesakitan. 

"Andi, hentikan! Kenapa kau melakukan ini padaku?!" Aku berusaha mencari perlindungan, tapi Andi malah memarahi dan memakiku. 

"Kau memang istri yang tidak berguna. Kenapa kau keluar di saat aku pergi ?". Ucap Andi dengan nada membentak.

 Dia sepertinya marah sekali Kepadaku yang tidak tau apa-apa. 

"Apa yang kau katakan sehingga ayah datang langsung melabrak saya?". Tanya Andi penuh amarah 

"Tunggu dulu Andi. Aku sama sekali tidak mengerti maksud pertanyaanmu". Sela ku. "sejak kau tinggalkan dari kemarin, aku tidak pernah kemana-mana dan tidak pernah bertemu siapapun apalagi mau melaporkanmu". Bantahku 

"Aku juga tidak tahu darimana ayah memperoleh informasi tentang kondisiku yang tinggal sendirian semalam". mencoba meyakinkan Andi.

 "Aku heran sama kamu Andi. Kau yang salah, meninggalkan aku sendirian, malah balik menyerangku, marah-marah lagi". Tambahku mencoba menyadarkan Suami. 

Andi pun terdiam. Dan langsung masuk ke dalam gubuk. Yang membuatku bertambah bingung dengan sikapnya. 

Pagi yang seharusnya cerah itu berubah menjadi kelam bagi diriku. Aku dilempari batu oleh orang yang seharusnya mencintai dan melindungiku. Apa yang sebenarnya terjadi? Pertanyaan itu terus mengisi hati dan pikiranku. Aku yang merasa tidak melakukan apa-apa, tapi selalu saja menjadi sasaran pelampiasan am4rah suami.

 *** 

Keesokan harinya, Setelah sebelumnya mertua memarahi suamiku, Andi, suasana di dalam gubuk itu menjadi mencekam. Andi menatapku masih dengan pandangan penuh kebencian. "Dina, apa yang kau lakukan sehingga membuat ayah marah padaku kemarin?!" bentaknya. 

Aku tersentak mendengar nada suaranya yang tiba-tiba saja meninggi tanpa ada awalan.

 "Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya tertidur seorang diri di sini. Bahkan sekedar keluar pun dari tempat ini aku tidak berani. Karena aku takut ada binatang buas di luar atau ada ular". Sanggahku. 

Bukannya mereda, amarah Andi semakin memuncak. Dia berjalan mendekat ke arahku, membuat tubuhku gemetar ketakutan. 

"Kau ini benar-benar tidak berguna! Gara-gara kau, aku dimarahi ayah!" Andi mencengkeram kerah bajuku, membuat napasku tercekat. 

"A-Andi, kumohon, jangan lakukan ini..." Aku berusaha menenangkannya, tapi Andi seakan-akan tidak mendengarkan. 

Tiba-tiba, Andi mengangkat tangannya, siap men4mparku. Aku memejamkan mata, bersiap menerima pukul4nnya. 

Namun, pukulan itu tak kunjung datang. Perlahan, aku membuka mata dan melihat Andi terdiam, tangannya masih terangkat. Andi tampak ragu, seakan-akan ada sesuatu yang menghentikannya. 

Akhirnya, dia menurunkan tangannya dan berbalik membelakangiku.

 "Pergilah dari sini. Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi," ujarnya dingin. 

"Kenapa Andi? Kenapa kau menghentikan tanganmu? Bukankah itu yang ingin kau lakukan padaku?. Pukull4h jika itu yang bisa membuatmu puas. Dan aku akan pasrah dengan apapun yang kau mau perbuat kepadaku". Tantangku sekaligus ingin mendengar alasan Andi selalu menyakitiku. 

Aku juga terkejut mendengar kata-katanya tadi. Sambil mengingat kembali kalimat Andi yang baru saja diucapkanya tadi

 "Pergi? Kemana aku harus pergi? Di luar sana, aku tak punya tempat untuk berlindung". Kataku dalam hati. 

Tapi aku tidak mau lagi bersuara. Aku tahu, membantah Andi hanya akan memperburuk keadaan. 

Dengan berat hati, aku berdiri dan hendak berjalan keluar dari gubuk itu. Tapi aku berhenti di depan pintu sambil berpikir.

 "Jika aku keluar, kemana aku akan pergi, aku hanya tahu bahwa aku tidak bisa tinggal di sini lagi. Tapi aku juga tidak bisa kemana-mana karena disini jauh dari pemukiman". Kataku dalam hati. 

Meskipun suamiku, Andi, tampaknya sudah tidak mau menerimaku lagi. Tapi aku memutuskan untuk tidak keluar dari gubuk itu. Air mata mulai mengalir di pipiku. 

Hari-hari yang penuh nestapa ini seakan tidak ada habisnya. Apa yang harus kulakukan?  

*** 

Hari-hari berlalu dalam nestapa di tempat asing ini. Andi berubah menjadi sosok yang tak kukenal lagi. Sikapnya kasar dan emosional, selalu memarahiku dan memakiku tanpa alasan yang jelas. 

Aku merindukan Andi yang dulu, yang penuh kasih sayang dan perhatian. Setiap kali aku berada di dekatnya, jantungku berdebar kencang. Aku tak pernah tahu kapan Andi akan meledak dan melampiaskan amarahnya padaku.

 Seringkali aku harus menahan sakit karena puku1an atau lemp4ran barang darinya. Aku merasa begitu ters1ksa dalam kesendirian di tempat asing ini. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk memperbaiki hubungan kami. Setiap kali aku mencoba berbicara dengannya, Andi hanya menepis dan mengabaikanku. Hidupku dipenuhi dengan ketakutan dan keputusasaan. Aku tak lagi merasa bahagia, bahkan untuk sekedar tersenyum. 

Setiap hari hanya diisi dengan tangis dan permohonan agar Andi kembali seperti dulu. Terkadang, aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Andi berubah menjadi sosok yang begitu menakutkan bagiku? Apa salahku sehingga dia memperlakukanku dengan begitu kejam? Aku merindukan hari-hari indah ketika kami baru menikah. Saat-saat di mana Andi begitu lembut dan perhatian padaku. Namun, semua itu seakan hanya tinggal kenangan. Kini, hari-hariku dipenuhi dengan ketakutan dan kesendirian. Aku tak tahu kapan semua ini akan berakhir, kapan Andi akan kembali menjadi sosok yang kucintai. Yang aku tahu, aku harus bertahan dan terus berjuang, meskipun hidup terasa begitu berat. 

 ***

 Hari-hari berlalu dengan penuh penderitaan dan kesengsaraan. Andi, suamiku, semakin lama semakin menunjukkan sifat buruknya. Dia seolah-olah ingin menyiksaku secara mental dan fisik.

 Suatu hari, Andi tiba-tiba memerintahkanku untuk bekerja di ladang, di bawah terik matahari yang menyengat. Tanpa membiarkanku memakai topi atau sesuatu pelindung apapun. Dia memaksaku untuk berada di bawah sinar matahari selama berjam-jam.

 "Aku tidak ingin kau terlihat cantik di depan laki-laki lain," ujarnya dengan nada dingin. "Kau harus bekerja keras di bawah matahari agar kulitmu menjadi gelap dan kusam." Katanya lagi. 

Aku terkejut mendengar perkataan Andi. "Kenapa kau melakukan ini padaku, Andi? Apa salahku sehingga kau ingin membuatku terlihat jelek?". Tanyaku kepadanya. 

"Bukankah aku istrimu yang harusnya tampil cantik di hadapan mu?" Tanyaku lagi. 

"Kau jangan banyak omel, kalau kau ingin hidupmu baik, ikuti apa yang aku perintahkan". Kata Andi dengan nada tinggi. 

Dan dengan berat hati, aku pun menuruti perintahnya. Aku berharap dengan menurutinya, sikapnya kepadaku akan baik. 

Hari demi hari, aku bekerja di bawah terik matahari, tanpa pelindung apapun. Kulitku perlahan-lahan terbakar dan memerah, membuatku merasa sangat sakit dan tak nyaman. Namun takan sedikit pun tampak di raut wajah Andi untuk memberikan belas kasih Kepadaku.  Seolah-olah aku ini budak yang harus melakukan apa pun dalam kendalinya. 

Setiap kali aku kembali ke gubuk, Andi akan memperhatikanku dengan seksama, seolah-olah mencari sesuatu yang salah. Dia tampak puas melihat wajahku yang memerah dan kulitku yang mulai mengelupas. 

"Bagus, kau terlihat sangat buruk sekarang. Dengan begini, Tidak ada laki-laki yang akan melirikmu lagi," katanya dengan nada mengejek. 

"Andi, mengapa kau terus menyiksaku seperti ini?. Apa salahku? Apa kau lupa kalau Aku ini istrimu, Andi?". Kataku sambil menangis berharap belas kasih suamiku. 

Sungguh aku tak kuasa menahan air mataku. Apa salahku sehingga Andi memperlakukanku seperti ini? Apakah dia tidak lagi mencintaiku? 

Hari demi hari, aku terus dipaksa untuk bekerja di bawah matahari, tanpa ada sedikit pun kepedulian dari Andi. Tubuhku semakin lemah, tapi aku tidak bisa melawan. Aku hanya bisa pasrah dan menangis dalam diam. Apakah aku akan terus hidup dalam siksaan seperti ini? Kapan semua ini akan berakhir? Aku merindukan Andi yang dulu, yang penuh kasih sayang. Namun, sosok itu seakan telah lenyap, tergantikan oleh seseorang yang asing bagiku. 

 ***

 Hari-hari di rumah nestapa ini semakin berat untuk dijalani. Andi, suamiku, semakin tidak terkendali dalam sikapnya. Kecurigaan dan kecemburuan telah membutakannya. 

Suatu hari, ketika Andi pergi keluar untuk beberapa saat, aku berusaha menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Namun, saat Andi kembali, dia langsung menyerbuku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan. "Kemana saja kau selama aku pergi? Jangan-jangan kau berselingkuh dengan laki-laki lain, ya?" tuduhnya dengan penuh kemarahan. 

Aku terkejut mendengar tudingan Andi. Bagaimana mungkin dia bisa berpikir seperti itu? Selama ini, aku selalu setia dan hanya mencintainya. 

"Andi, kau salah paham. Aku hanya ada di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa," jelasku dengan nada merendah. Namun, Andi tidak mau mendengar penjelasanku. Dia semakin marah dan terus-menerus mencurigaiku. Amarahnya meledak, membuatnya melayangkan pukul4n ke arahku. "Kau bohong! Pasti kau berselingkuh saat aku pergi!" teriaknya dengan penuh kebencian. 

Aku tak kuasa menahan air mataku. Hatiku hancur melihat Andi yang begitu tidak mempercayaiku. Aku berusaha meyakinkannya, tapi sia-sia. 

"Andi, kumohon percayalah padaku. Aku tidak berselingkuh, aku hanya mencintaimu," isakku dengan penuh kepedihan. 

Namun, Andi tetap tidak mau mendengar. Dia semakin kalap dan memaki-makiku dengan kata-kata yang menyakitkan. Aku hanya bisa menangis dan memohon, tapi Andi seolah-olah telah kehilangan akal sehatnya. Penderitaanku semakin bertambah. Andi telah menjadi sosok yang asing bagiku, yang tidak lagi mendengarkan penjelasanku. Hatiku hancur melihat betapa dia telah berubah menjadi sosok yang begitu menakutkan. Akankah semua ini berakhir? Kapan Andi akan kembali menjadi sosok yang kucintai? Aku terus bertanya-tanya, di tengah tangis dan keputusasaan yang menyesakkan dada.

  ***

 Penderitaanku di rumah nestapa ini semakin tak tertahankan. Andi, suamiku, semakin hari semakin tidak stabil dan mudah tersulut emosi. Kecurigaan dan kecemburuannya semakin menjadi-jadi, membutakan hatinya. Pada suatu hari, Andi kembali menyerbuku dengan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar. 

Dia yakin bahwa aku telah berselingkuh dengan laki-laki lain saat dia tidak ada di rumah.

 "Kau pasti bersenang-senang dengan laki-laki lain saat aku pergi, kan? Mengaku saja!" teriaknya dengan penuh amarah.

 Aku mencoba untuk menjelaskan kebenaran, namun Andi tidak mau mendengarkan. Dia terus-menerus menuduhku dan memaksa agar aku mengakui kesalahanku.

 "Andi, kumohon percayalah padaku. Aku tidak melakukan apapun, aku hanya di rumah mengerjakan pekerjaan rumah!" Aku berusaha meyakinkannya dengan nada memohon. Namun, Andi tidak mau menerima penjelasanku. Dia semakin kalap dan tiba-tiba meraih sebuah tongkat kayu yang ada di dekatnya.

 "Kau pikir aku bodoh? Kau pasti berbohong!" hardiknya, lalu mengayunkan tongkat itu ke arahku. Aku tidak sempat menghindar. Tongkat kayu itu menghantam tubuhku dengan keras, membuatku kesakitan dan terjatuh ke lantai. Andi terus memukul1ku tanpa ampun, seolah-olah ingin menghancurkanku.

 "Andi, hentikan! Aku tidak berbohong, aku hanya di rumah!" Aku menjerit kesakitan, tapi Andi tidak peduli. 

"Bagaimana mungkin aku melakukan perbuatan hina itu. Sedangkan kau tahu sendiri tiada seorang pun yang lewat disini.  Bahkan binatang sekali pun. Lagi pula aku sudah jelek begini.  Mana ada yang tertarik kepadaku. Bukankah itu yang pernah kau katakan?". Kataku mencoba membela diri. 

Air mataku mengalir deras jatuh ke pipiku. Aku tidak habis pikir, kenapa Andi bisa memperlakukanku seperti ini. Apa salahku sehingga dia begitu tega menyiksaku? Akhirnya, Andi berhenti memukul. Dia menatapku dengan pandangan penuh kebencian, lalu pergi meninggalkanku yang tergeletak kesakitan di lantai. Aku hanya dapat menangis dalam diam, meratapi nasibku yang semakin menyedihkan. Kapankah semua ini akan berakhir? Akankah Andi kembali menjadi sosok yang dulu kucintai?

1
Bintang Ju
soalnya novel kedua baru lg di kerja
Aprilia Hidayatullah
GK ada cerita yg lain apa ya Thor,kok monoton bgt cerita'y,,,,jdi bosen kita baca'y,,,,🙏
Bintang Ju: makasih masukkannya. ini kisah memang khusus yang terjadi dalam rumah tangga. jadi gmn ya mau ceritain yg lain. ada saran ut bisa mengalihkan cerita begitu?
atau aku buat cerita novel lain gitu maksudnya?
total 1 replies
Kumo
Terima kasih, bikin hari jadi lebih baik!
Bintang Ju: terimakasih kk
total 1 replies
Willian Marcano
Merasa beruntung nemu ini.
Bintang Ju: terimakasih /Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!