Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Kalau aku bisa sembunyi mungkin saat ini aku sudah lari mencari persembunyian tapi apalah daya aku hanya bisa diam seribu bahasa saat bang Tara mengenalkan wanita itu sebagai bosnya dan parahnya lagi tiba-tiba suaminya datang dan itu membuat wajahku semakin malu.
"Dia siapa? " tanya seorang pria yang baru datang.
"Oh dia istrinya Kian" jawab si wanita sambil merangkul tangan si pria.
"Bang, kenalin ini istri ku Erika" ucap bang Tara memperkenalkan ku dan aku langsung menjabat tangan si pria.
"Adrian" ucapnya.
Kami pun duduk kembali dan aku hanya diam saja karena malu dan gak ikut bicara. Setelah selesai bang Tara ngajak aku pulang dan selama di jalan aki hanya diam saja dan sibuk dengan pikiranku yang memikirkan tingkah ku tadi.
"Kamu mau tunggu disini apa mau ikut masuk? " tanya bang Tara tiba-tiba membuat ku kaget karena ternyata kami sudah sampai di suatu temat yang sepertinya kontrakan.
"Aku tunggu disini saja" jawab ku cuek dan aku hanya melihat sekeliling hingga bang Tara ke luar.
"Ayo" ajak bang Tara yang sudah keluar dengan membawa tas dan sepertinya isinya baju.
Kami pun jalan pulang dan selama di perjalanan kami tidak banyak bicara karena aku yang masih malu dan aku bisa melihat bang Tara dari tadi terus tersenyum mungkin menertawakan kejadian tadi. Tapi jika sedang tidak kesal aku ingin sekali menatapnya karena bang Tara jika sedang tersenyum gantengnya bertambah.
Saat kami akan sampai rumah aku melihat di depan banyak orang.
"Adaan apaan tuh? " tanya ku dan bang Tara hanya mengangkat bahu tidak tahu.
Setelah motor berhenti aku langsung turun dan melangkah mendekati kerumunan itu.
"Ada apa ini? " tanya ku dan seorang wanita berbalik dan langsung melayangkan tangannya ke pipi mulus ku. Aku yang kaget langsung menatap wanita itu.
"Akhirnya kamu datang juga" ucap Ratna yang tak lain adalah istrinya Rusli, ya wanita yang menampar ku adalah istrinya bang Rusli.
"Berani muncul juga kamu jalang" ucap mamanya Rusli ngatain aku.
"Maksud anda apa?, nyebut istri saya seperti itu? tiba-tiba bang Tara menyela kami semua dan membuat aku terkejut karena dia membelaku.
Mamanya Rusli menatap bang Tara dari atas sampai bawa seperti menilai bang Tara.
" Jadi ini pria yang sudah mesum dengan kamu Erika"ucapnya mengingatkan kejadian dua hari lalu.
"Lumayan juga tapi sayang dia cuman kuli" sambung Ratna menghina bang Tara.
Semua orang tertawa mendengar ucapan Ratna dan itu membuat aku naik darah dan langsung mendorong Ratna membuat dia jatuh.
"Jangan pernah menghina orang hanya karena dia seorang pekerjaan kecil." tegas ku.
"Sudah Erika" ucap mama sambil mengusap tangan ku.
"Kalian mau ngapain kesini? " tanya bang Tara menanyakan maksud mereka datang ke rumah ku.
"Saya kesini hanya ingin mengingatkan sama tuh cewek" tunjuk nya pada ku. "Jangan pernah mencoba mendekati bang Rusli lagi" ucapnya.
Aku yang gak Terima di tuduh seperti itu langsung membalasnya ucapannya. "Siapa yang dekati dia lagi? ".
"Tadi pagi kami lihat kamu bertemu Rusli di jalan dan bahkan kamu mencoba merayunya" ujar salah satu ibu-ibu.
"Oh tadi pagi, ya aku memang ketemu suami kamu tapi bukan aku yang mau tapi dia yang menghadang ku di jalan" ucap ku dengan penuh penekanan.
"Alah bohong kamu" ucap salah satu ibu-ibu lagi.
Karena kesal aku pun segera mengusir mereka sambil mengangkat sepatu.
"Pergi kalian semua dari sini" usir ku membuat semua orang membubarkan diri karena mereka takut aku lempar sepatu.
Setelah semua orang pergi aku langsung masuk kamar dan menangis dengan puas bahkan aku tidak menghiraukan bang Tara yang menatap ku di depan pintu. Bang Tara pun keluar kembali dan masuklah mama. Mama duduk di tempat tidur dan aku langsung memeluk kakinya dan menangis di pangkuan mama. Mama terus membelai rambutku tanpa berkata apa-apa karena mama tau setelah aku puas menangis nanti aku pasti akan bercerita.
Setelah puas menangis aku pun menceritakan kejadian tadi pagi pertemuan ku dengan Rusli.
"Kalau saja aku bisa pergi dari kampung ini, aku ingin banget bawa kalian semua pindah dari kampung ini" ucapku memberitahu mama keinginan ku.
"Kita gak bisa lari begitu saja untuk masalah ini, kita harus buktikan jika kamu gak salah" balas mama.
"Tapi itu sulit ma, mereka hanya akan percaya dengan perkataan orang yang berduit" ujar ku.
"Yang sabar saja! mama yakin semua ini pasti akan berakhir dan kedepannya kamu akan mendapatkan kebahagian" ucap mama dan aku hanya mengangguk saja.
Mama pun keluar dan aku langsung mengambil baju dan handuk untuk mandi. Namun saat akan keluar kamar dan membuka pintu bang Tara ada di balik pintu.
"Aku mandi dulu, abang istirahat dulu saja" ucapku lalu pergi tanpa menunggu jawaban bang Tara.
Selesai mandi aku masuk kamar dan aku melihat bang Tara sedang menghubungi seseorang dan aku pun menyiapkan handuk untuknya mandi. Setelah menelepon bang Tara mengambil handuk dan langsung keluar menuju kamar mandi.
Aku pun naik ke tempat tidur dan bersandar menunggu bang Tara selesai mandi. Tak lama dia masuk dengan memakai celana pendek, kaos dan handuk masih di leher.
"Ganteng banget" pujiku dalam hati karena gak mungkin aku sebutkan yang ada nanti dia kepedean.
"Ngapain lihat nya seperti itu? " tanya nya menyadarkan aku dalam lamunan.
"Gak" jawab ku jutek.
Bang Tara gak membalas lagi ucapan ku dia langsung duduk di kursi sambil bermain ponsel.
"Bang" panggil ku dan dia hanya melirik saja.
"Kamu gak penasaran tentang kejadian tadi? " tanya ku padanya.
"Aku gak akan bertanya jika kamu gak mau cerita" balasnya dengan tanpa menatapku.
Akhirnya aku ceritakan semuanya namun aku malah di buat kesal dengan responnya yang biasa saja tanpa bertanya atau apa. Akhirnya aku putuskan keluar kamar saja dari pada kesal.
"kamu kenapa lagi? " tanya mama yang melihat wajahku di tekuk.
"Kesal aku sama bang Tara" jawab ku dan duduk di meja makan.
"Memang kenapa? " tanya mama mendekati aku dan duduk di hadapan ku.
"Ya aku cerita panjang-panjang respon dia malah biasa saja" jawab ku.
"Memang kamu maunya gimana? " tanya mama.
Aku pun terdiam memikirkan pertanyaan mama yang memang ada benarnya kenapa aku harus kesal juga.
Mama pun meninggalkan aku sambil tersenyum karena tingkah ku. Akhirnya aku pun membantu mama membuat makan malam namun lagi-lagi gangguan datang dan sekarang dari kak Bella.
"Erika, Erika" teriaknya manggil nama ku.
"Ada apa sih Bel? " tanya ayah yang keluar dari kamar.
"Erika mana Ayah? " bukannya menjawab dia malah bertanya balik.
Aku yang kesal langsung menghampirinya "ada apa sih kak? " tanya ku kesal.
"Kamu ngapain sih bikin malu keluarga saja" omelnya.
"Maksud kakak apa? " tanya ku tak mengerti.
Dia langsung ngeluarin ponsel dan menunjukan vidio yang saat aku di tampar dan di maki oleh Ratna membuat orang yang melihatnya salah paham.
"Terserah kakak mau percaya vidio itu" ujar ku lalu kembali ke dapur.
Namun tiba-tiba aku mendengar kakak Bella berkata "Erika, suami kamu ganteng banget" teriaknya.
Kemarin malam kak Bella tidak terlalu jelas melihat bang Tara jadi dia baru sadar jika suami ku ganteng.
Aku langsung kembali dan melihat bang Tara keluar dan bicara dengan kakak Bella. Namun aku melihat bang Tara sepertinya tidak nyaman dengan kehadiran kakak Bella. Aku tersenyum puas karena masih kesal dengannya.
"Kamu kenapa tersenyum? " tanya mama saat melihat wajah ku senang.
"Itu bang Tara kaya risih gitu di dekati kak Bella dan di ajak bicara" jawab ku dan mama langsung melihatnya.
"Kamu bukannya bantuin" omel mama.
"Biarin siapa suruh bikin aku kesal" balas ku dan mama langsung menegur kakak Bella untuk tidak dekat-dekat bang Tara.