"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa atau dipaksa ?
Biasanya kalau orang yang akan menikah pasti wajahnya berseri-seri, menanti datangnya hari bahagia, karena akan bersanding dengan pujaan hati. Tapi Lusi melihat wajah Ghina sang calon pengantin tidak ada aura kebahagiaan.
“Presdir Hotel inikah calon suami Ghina?
“Iya Mbak Lusi,” Ghina menghelakan napas panjang.
“Beruntung sekali kamu pilih calon suaminya, udah ganteng, presdir lagi,” puji Lusi.
“Eemmm, bukan memilih sendiri Mbak Lusi, tapi dijodohkan karena balas budi. Yang lebih mirisnya Ghina bukan pengantin sesungguhnya, presdirnya sudah punya calon pengantin yang sesungguhnya,” ucap Ghina melepaskan semua dugaan Lusi yang terlihat indah.
Lusi tercengang, “Maaf ya Ghina, yang sabar, Mbak gak nyangka.” Lusi sebagai wanita dewasa, paham akan perkataan Ghina. Tidak menyangka di usia mudanya, harus melewati perjodohan.
Lusi tidak kembali bertanya, dia melanjutkan pekerjaannya. Tidak tega kalau bertanya lagi, kecuali Ghina yang menceritakannya, Lusi akan menjadi pendengar yang baik. Sudah hampir 1 tahun Lusi mengenal Ghina, anak yang ceria, supel dan ramah. Dia sudah menganggapnya gadis itu sebagai adiknya.
“Dela, giliran kamu,” pinta Lusi dari pintu kamar yang telah dibukanya.
Edward terlihat sudah tidak ada dikamar.
“Eike merinding loh duduk di samping Presdir. Eike gak kuat, tuh cowok ganteng banget,” puji Dela sambil membersihkan wajah Ghina.
“Terus ...?” tanya Ghina.
“Pengen eike kekep tuh di kamar, jangan di kasih keluar ... mmm pokoknya abis deh tuh eike makan!”
“Hahahahaha." Ghina terkekeh membayangkannya jika benar terjadi.
“Cepetan Dela kerjanya, kita harus balik ke butik dulu. Nanti malam kita menginap di sini buat persiapan acara besok,” titah Lusi.
“Lusi, besok beneran itu gosip?” tanya Dela.
“Serius beneran, Bu Feby sudah konfirmasi.”
“Astaga Cin ... masih kecil udah mau kawin. Eike aja belum kawin Cin ... iiih.” Dela tersungut kesal-kesal manja ke Ghina.
“Ya udah Kak Dela aja besok jadi pengantinnya, gantiin Ghina,” celetuknya.
“Eike becanda Cin, gak mungkin eike jadi pengantin. Nanti malah di gerebek ama orang-orang,” jawab Dela sambil merapikan rambut Ghina.
Beberapa karyawan butik sudah rapi memasukkan semua barang ke dalam koper. Gadis itu kembali memakai pakaiannya. Dan ikut berkemas-kemas.
Dela, Lusi dan karyawan butik meninggalkan kamar hotel, begitu juga dengan Ghina.
“Mau ke mana?” tanya Edward pas di depan pintu kamar saat Ghina ikut keluar.
“Pulanglah ... memangnya mau ke mana lagi!” ketusnya.
“Kembali masuk!” titah Edward.
Tapi tampaknya tidak digubris Ghina, malah melanjutkan langkah kakinya.
“GHINA ...!” pekik Edward, salah satu tangannya menarik tangan Ghina untuk masuk kembali ke kamar.
“IIISSSH,” desis Ghina agak sakit pergelangan tangannya yang di tarik Edward.
“Bisa gak Om, gak usah pakai tarik-tarik tangan. Emangnya saya barang!” kembali ketus.
“Kalau kamu tadi menurut, saya tidak akan menarik kamu.” Edward mendudukkan bokongnya di salah satu sofa di ruang tamu.
“Duduk kamu!” titahnya.
Dengan terpaksa Ghina duduk di hadapan Edward.
“Besok kita akan menikah, malam ini keluarga besar akan datang dan menginap di hotel ini. Saya minta kamu berpura-pura bahagia menyambut pernikahan kita.” Edward menatap wajah Ghina yang terlihat kurang senang.
“Cih ... kenapa juga saya harus berpura-pura bahagia, kalau saya tidak pernah menginginkannya. Tampaknya Om yang sangat terlihat bahagia, karena sebentar lagi mimpi akan menikah dengan mbak Kiren terwujud. Kenapa bukan kalian berdua saja yang menikah besok!” dengus Ghina, kesal.
Dengan sorot mata yang tajam memandang Edward, Ghina menyilangkan kakinya, refleks postur tubuhnya agak berbeda. Bibir Ghina yang terlihat sensual seperti mengundang perhatian Edward. Ghina memegang leher putihnya jenjangnya dengan salah satu tangannya, tapi seakan-akan menggoda Edward.
“Jadi gimana Om, saya di gantikan dengan mbak Kiren. Bereskan!”
“Ferdi, kasih dokumennya,” titah Edward, sedari tadi Ferdi berdiri di belakang Edward.
Ghina membuka amplop coklat, dan membaca isi kertas tersebut.
“Surat Perjanjian! Kayaknya Om suka sekali dengan surat perjanjian!” dilemparnya kertas tersebut ke muka Edward.
“Kurang ajar kamu Ghina!” amarah Edward memuncak.
“Ya ... kurang ajar! Mau apa! kenapa tetap ingin menikah dengan saya!” Ghina bangkit dan jari telunjuknya menunjuk-nunjuk ke Edward.
Ingin rasanya dia menghujamkan bogemannya ke wajah ganteng Edward. “Orang kaya selalu bisanya mengancam, dan menggunakan kekuasaannya!” teriak Ghina.
“Saya tidak akan menikah dengan Om Edward!” Ghina bergegas keluar.
“AAAHHH ...!” pekik Ghina, tubuhnya sudah di angkat Edward bagaikan karung beras. Edward membawanya ke kamar.
“AKHH ...!” ringis Ghina saat tubuhnya dihempaskan ke atas ranjang. Edward langsung mengunci kamar. Di bukanya jas yang dia kenakan.
Ghina buru-buru bangkit dari ranjang, langkah Edward semakin dekat dan kembali menarik raga gadis itu ke atas ranjang.
Pria tersebut mengungkung tubuh Ghina “Om mau ngapaiin?” tubuh Ghina memberontak.
“Sepertinya kita harus melakukannya!” jawab Edward dengan tersenyum jahat.
“Dasar gila!” Tubuhnya sudah dikungkung Edward. Ghina bisa merasakan ada sesuatu yang mengeras di atas daerah sensitifnya.
Entah kena angin apa Edward menggebu-gebu mengecup leher Ghina.”Tolong ... tolong ... gue mau di perkosa!” teriak Ghina.
“Mmpphf ...!” bibir Ghina sudah di sumpal dengan bibir Edward, awal Edward menciumnya dengan brutal, tapi lama kelamaan dilumaatnya dengan lembut. Ghina yang belum punya pengalaman dalam ciuman, dia tidak membalasnya, malah air matanya keluar. Tangannya mulai memukul bahu Edward.
Edward yang melihat Ghina mengeluarkan air mata, dia melepaskan pagutannya.
Tangisan Ghina pecah, ditutupnya bibirnya dengan salah satu tangannya agar tidak terdengar kencang.
“Sa-saya setuju besok akan menikah, jadi jangan sentuh saya lagi!” pinta Ghina sambil terisak.
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Ghina, Edward tersenyum ternyata usahanya tidak sia-sia.
“Bagus! Bersihkan diri kamu, lalu tanda tangan surat perjanjian itu!” titah Edward lalu keluar dari kamarnya.
“Hiks ...hikss ...!” Ghina menutup wajahnya dengan kedua tangannya, kembali menangis.
Andaikan Om ... andaikan Om ada hati buat Ghina. Ghina akan sangat bahagia.
Udah Ghin, jangan berlarut menangisnya, kamu kuat, kamu bisa menghadapinya. Dia laki-laki yang tidak pantas buatmu. Ayo segera bangkit, batin Ghina.
Dihapusnya air mata di pipinya, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dibasuh wajahnya agar terlihat segar.
“Kamu kuat Ghina, kamu bisa menghadapinya!” gumamnya sambil melihat dirinya sendiri di cermin. Setelah siap dia kembali ke ruang tamu, terlihat Edward menunggunya.
Ghina segera mengambil kertas yang berada di meja. Dan kembali membacanya.
SURAT PERJANJIAN
1. Pihak pertama akan menikah dengan wanita lain setelah melakukan pernikahan dengan pihak kedua, dan tidak memerlukan persetujuan pihak kedua.
2. Pihak pertama akan memberikan nafkah lahir setiap bulannya.
3. Pihak pertama dan pihak kedua tidak akan ada kontak fisik, dan hubungan intim.
4. Pihak kedua tidak wajib melakukan tugas seorang istri.
5. Pihak kedua tidak boleh mengganggu hubungan pihak pertama dengan istrinya.
6. Pihak kedua jika menolak menikah dengan pihak pertama, maka pekerjaan orang tua pihak kedua akan diberhentikan.
7 ... 8 ... 9 dst
Gadis itu sudah tidak sanggup lagi membacanya. Dia langsung membubuhkan tanda tangannya, diikuti Edward menanda tanganinya. Kemudian berkas tersebut di ambil Ferdi.
.
.
bersambung ....
n