Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah bertubi tubi.
Lama menunggu, akhirnya terdengar suara deru motor di depan kontrakan, dan benar Rafli datang, mereka bisa melihat Rafli masuk, karena pintu yang terbuka.
"Assalamu'alaikum"ucap Rafli, mencium tangan kedua orang tuanya, yang ada di area kontrakan..
"Waalaikumsalam," ucap Mereka, menyambut kedatangan Rafli dengan Khawatir.
"Kamu, ga papa," ucap bu Romlah, mengecek tubuh Rafli.
"Wah, kaka Rafli kesini," ucap Muni, bertepuk tangan, dengan polosnya, karena dia tak tau apa yang terjadi.
"Ga papa bu, alhamdulilah, cuman ya itu, motor depannya rusak, sama yang mobil orang itu, kamu seneng kaka kesini," ucap Rafli, dengan sesal, lalu dia beralih menatap adiknya.
"Iya, ade seneng banget," ucap Muni, dengan girang.Rafli menangapi itu dengan senyuman paksa nya.
"Yaudah minum dulu, pasti kamu masih syok," ucap pa Beben, menatap anaknya yang tampak lusuh.
"Iya na, tenangin dulu, nanti baru kita cari solusi," ucap bu Romlah, menatap kasian pada Rafli.
"Pa, bu, maafin Rafli yah, malah bikin masalah, dalam kesulitan ini, Rafli punya uang dua juta pa, selebihnya Rafli berserah, sama ibu, sama bapak, Rafli minta tolong," ucap Rafli, dengan tangisnya, dia sedih, di malah menyusahkan kedua orang tuanya dikondisi ini.
"Ga papa na, mungkin ini takdirnya, kita cari usahakan, tenang dulu ya, yang penting kita mau tangung jawab," ucap pa Beben, melerai.
"Iya, kamu juga pasti masih syok kan," ucap bu Romlah.
"Iya bu, tapi Rafli sedih, dikeadaan ini, Rafli malah nambah beban lagi," ucap Rafli, dengan tangisnya.
"Ga papa na, kata bapak kamu juga, ini udah takdir, ga ada yang bisa mencegah takdir, " ucap bu Romlah, langsung memeluk Rafli, menguatkannya, agar Rafli tak menyalahkan diri sendiri.
"Iya na, ga papa, nanti juga ada solusi," ucap pa Beben, memeluk juga Rafli.
Lea menatap sedih percakapan mereka sejak tadi.
"Kakak, ko nangis terus, ko pada pelukan," ucap Muni, dengan polosnya, dia memicingkan mata, melihat situasi ini.
"Kakak ga kenapa napa, cuman lagi ngasih kasih sayang, makannya saling pelukan," ucap Lea, menahan tangisnya.
"Oh begitu, Muni juga sayang kalian, Muni juga mau ikut peluk," ucap Muni, merentangkan tanganya dan mendekat ke arah mereka.
Merekapun saling memeluk bersama pada akhirnya.
Dikeadaan seperti ini, siapa yang tidak sedih, akan hal yang saat ini menimpa hidupnya, mimpinya harus ia kubur kembali, dan saat ini, kakanya mengalami kecelakan, dan harus ganti rugi, dengan jumlah besar, jujur Lea sangat sedih, namun dia harus tegar, dia harus mampu melewati semua ini, untuk keluarganya, Lea sebisa mungkin, akan membantu keluarganya.
Keesokan paginya.
"Pa, gimana ya solusinya, kita minjem kemana" ucap bu Romlah, menatap kosong.
"Bapak ga tau bu, soalnya sodara sodara bapak kan, pada miskin, ga ada yang berpunya, atau ibu mau, gadaikan aja rumah, tapi jangan ke bank bu," ucap pa Beben, memberi solusi.
"Duh pa, jangan digadai lah, ada sodara mama dibandung pa, yang yah lumayan berada, hj endah, mama pinjem ke situ aja kali ya," ucap bu Romlah, mengungkapkan pikirannya, sejak semalam.
"Baik ga bu orang nya, takutnya kaya kemaren, ibu di maki maki sama sodara ibu," ucap pa Beben.
"Ini mah ornagnya baik alhamdullilah, pa," ucap bu Romlah .
"Yaudah atu, pinjem aja ke itu bu, insyaallah semoga pandemi makin reda ya jadi nanti bapak cari uang lagi, yang banyak, buat bayar hutang" ucap pa Beben .
"Iya, tar ibu telpon nya, aga siangan aja pa, ga enak, kalau pagi pagi, udah minjem uang aja," ucap bu Romlah, berpikir jernih.
"Iya, terserah ibu aja," ucap pa Beben.
Seakan ujian tak ada henti hentinya, dalam keluarga Lea, hari ini tiba tiba tante Rahayu menelpon Lea, mengabarkan bahwa dia putus dengan tunangan nya, dan tunangan nya meminta semua yang sudah diberikan kepada Rahayu.
"Mah, tante nelpon, " ucap Lea, memberikan telponnya.
"Yah angkat aja," ucap bu Romlah.
"Udah, mau ngomong sama mama katanya," ucap Lea, yang memang sudah menelpon lebih dulu.
"Halo, kenapa Rahayu," ucap bu Romlah, setelah menerima hp dari Lea.
"Kak, Rahayu udah putus, sama s komar," ucap Rahayu, di sebrang sana.
"Kenapa bisa putus, kamu kan udah tunangan, ko malah putus, bukan nya ngerencanain pernikahan, malah putus," ucap bu Romlah tampak marah, mendengar ucapan Rahayu.
"Kita ga cocok kak, terus harus gimana lagi, kalau ga cocok, dan memutuskan buat pisah," ucap Rahayu, dengan suara tegas di sebrang sana.
"Yaudah, kalau udah putus, mau gimana," ucap bu Romlah.
"Ini Rahayu kan di phk, kerja nya, di pabrik, terus ga ada ongkos mau pulang, kemana coba ka, minta solusi, " ucap Rahayu, dengan suara lemahnya.
"Hah, di phk, astagfirullah, dari kapan di phknya," ucap bu Romlah, semakin kaget mendengar penuturan Rahayu.
"2 minggu lalu, ka," ucap Rahayu, dengan pelan.
"Udah 2 minggu, kamu baru ngomong, udah ngasih tau bapak kamu, belum," ucap bu Romlah, dia jadi emosi.
"Udah kak, udah ngasih ta bapak, cuman ya, bapak nyuruh pulang, terus kalau keadaan nya kaya gini gimana dong, ka," ucap Rahayu, terdengar bingung.
"Ya, kamu pulang aja, isolasi nanti, kalau dah dikampung," ucap bu Romlah, memberi solusi.
"Iya, masalahnya Rahayu ga punya uang ka, Rahayu nelpon juga, karena gini ka, s komar malah minta, apa yang udah dikasih suruh dibalikin lagi, dalam bentuk uang, kemaren uang yang rahayu punya, udah dikasih kedia, ini juga punya uang cuman 100rb, buat makan hari ini," ucap Rahayu, dengan sedih.
"Hah, suruh dibalikin uang, mau dibalikin berapa dia," ucap bu Romlah, semakin marah.
" 8 jt ka" ucap Rahayu, dengan pelan.
"Astagfirullah, Rahayu uang dari mana, kamu ini," ucap bu Romlah, memijit pelipisnya.
"Ga tau Rahayu juga, ka, ngomong ke bapak juga, Rahayu ga berani, takut malah berantem sama bapak," ucap Rahayu.
"Udah pasti, kalau itu mah bapak marah besar, terus sekarang kamu mau nya gimana, " ucap bu Romlah.
"Rahayu minta tolong sama kaka, tolong bantu bayarin," ucap Rahayu dengan pelan.
"Astagfirullah Rahayu, uang dari mana kaka, kemaren aja s Rafli nabrak, mobil orang, harus ganti 10jt, sekarang kamu ikut ikutan 8 jt, dari mana kaka punya uang 18jt Rahayu, ujian apa ya Alloh," ucap bu Romlah sedih.
"Kak maaf, Rahayu bener bener minta maaf, Rahayu ga tau minta tolong ke siapa lagi, cuman ke kaka yang paling dekat, sama Rahayu" ucap Rahayu, memohon.
"Yaudah, nanti kaka pikirin, sekarang kamu tenang aja, udah ya, assalamualaikum, " ucap bu Romlah, mematikan telpon sepihak.