Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh
Erik dan Ayu turun dari motor dan keduanya berjalan menuju ke tempat sebuah ruko tempat penyewaan tenda dan pelaminan yang pria itu pesan bersama Ana sebulan yang lalu.
Langkah Erik tampak ragu, di jalan tadi dia sempat berhenti dan berdebat dengan Ayu. Pria itu menyarankan agar pernikahan mereka secara sederhana saja, hanya mengundang kerabat terdekat. Namun, Ayu tak setuju. Dia ingin pesta seperti yang kakaknya rencanakan.
Mereka masuk ke Ruko itu dan mengatakan ingin bertemu dengan pemiliknya. Pekerja meminta mereka masuk ke salah satu ruangan. Kebetulan pemiliknya ada di tempat.
Setelah masuk, keduanya dipersilahkan duduk. Erik yang pernah bertemu dengan wanita itu tersenyum kikuk.
"Mas Erik, Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita yang bernama Tika itu. Raut wajahnya tampak sedikit terkejut.
"Begini, Mbak. Saya ingin memajukan pesta pernikahannya. Seminggu lagi, apakah bisa?" tanya Erik dengan ragu.
"Saya lihat jadwal dulu. Apa di tanggal itu penuh pemakaian tenda atau masih ada!"
Tika membuka sebuah buku dan melihat jadwal pada tanggal itu. Dia lalu tersenyum.
"Kebetulan masih ada sisa satu set tenda dan pelaminan. Jadi benar yang dikatakan Mbak Ana jika pernikahan kamu dan dia batal. Kamu akan menikah dengan wanita berbeda. Apa ini calon pengantin wanitanya?" tanya Tika.
Dia memandangi Ayu. Baru tadi Ana datang meminta uang pembayaran tenda dan pelaminan. Sebenarnya tidak bisa meminta uang yang telah di setor. Tapi melihat wajah Ana yang lelah dan sedih, Tika ingin memberikan semua uangnya. Namun, Ana justru menolak.
Ana hanya meminta uangnya. Uang Erik sebagai uang muka, tidak mau dia ambil. Gadis itu mengatakan pada Tika jika nanti pasti Erik akan datang dengan calon pengantin wanitanya.
"Kapan Kak Ana datang ke sini?" tanya Ayu.
Mendengar Kakaknya telah datang ke sini, Ayu menjadi cemas dan kuatir. Dia mulai berpikir buruk.
"Setengah jam yang lalu baru pergi dari sini," jawab Tika.
Ayu langsung memandangi Erik. Pria itu juga tampak terkejut. Dalam hatinya berkata, berarti gadis itu tadi keluar rumah karena ingin ke sini. Tak menyangka jika Ana bisa bergerak cepat.
"Untuk apa Kak Ana ke sini?" tanya Ayu. Dia sangat penasaran tujuan sang kakak datang. Takut sekali jika yang ada dalam pikirannya itu benar terjadi.
"Ana datang untuk membatalkan pemakaian tenda dan pelaminan kami," jawab Tika.
Kembali Ayu dan Erik saling pandang. Takut jika sang kakak membatalkan dan mengambil uang pembayarannya. Bukankah Ana mengizinkan dia memakai apa pun yang telah dia sewa.
"Tak masalah jika dia datang hanya untuk mengatakan jika pernikahan kami dibatalkan," ucap Erik dengan suara pelan.
"Kami datang untuk memakai semua tenda dan pelaminan yang Kak Ana sewa, cuma tanggalnya dimajukan," lanjut Ayu.
"Boleh saja. Kebetulan memang masih ada sisa satu set pelaminan dan tenda."
"Bagus jika begitu. Jadi saya bisa pakai itu dan tak perlu lagi melakukan pembayaran'kan? Berarti semua sudah deal!" seru Ayu.
Tika sang pemilik jasa sewa tenda dan pelaminan itu tampak keheranan mendengar ucapan Ayu. Dia menatap wanita itu dengan penuh tanda tanya.
Ayu yang menyadari tatapan Tika, lalu bertanya. Dia ingin tau maksud dari pandangan wanita itu.
"Kenapa Mbak Tika memandangi saya seperti itu, apa ada yang salah dengan ucapan saya?" tanya Ayu.
"Biasanya, bagi yang ingin memakai tenda kami, harus melakukan pembayaran paling sedikit 75 persen dari total pembayaran, seminggu sebelum acara berlangsung. Karena acara pesta Mbak dan Mas Erik akan diadakan minggu depan, maka saya minta pembayaran seperti yang saya katakan tadi!"
Erik dan Ayu kembali saling pandang. Dia tak menyangka jika Ana akan meminta uangnya. Bukankah di rumah gadis itu mengatakan ikhlas jika dia memakainya.
"Maksudnya kami harus melakukan pembayaran lagi?" tanya Ayu dengan raut wajah terkejut.
Tangannya mengepal menahan amarah. Merasa dibohongi dan dibodohi. Jadi dia telah tertipu wajah lugunya.
"Ya, Mbak. Semua uang pembayaran telah diminta Mbak Ana. Dia hanya menyisakan uang muka," ucap Tika.
Wajah Ayu memerah menahan emosinya. Dalam hatinya berkata, dia akan buat perhitungan dengan wanita itu.
Erik menarik napas dalam. Bagaimana dia akan membayarnya. Kedua orang tuanya tak mau membantu. Mereka kecewa saat Erik membatalkan pernikahan dengan Ana.
Kedua orang tua Erik begitu menyayangi gadis itu. Kekecewaan bertambah saat mengetahui jika anaknya telah menghamili Ayu.
Jika dengan Ana, sisa pembayaran akan ditanggung kedua orang tuanya. Walau gadis itu telah menolaknya, tapi tetap kedua orang tua Erik ingin membantu juga. Ana berpikir, pesta akan di adakan di rumah kediaman dirinya, jadi itu merupakan tanggung jawab dirinya sendiri.
Erik sebenarnya sangat menyesal atas perbuatannya dengan Ayu. Gara-gara itu dia harus kehilangan orang yang tulus mencintai dirinya yaitu Ana. Jika saja saat itu dia tak tergoda melakukan hubungan badan dengan Ayu.
Sore itu, Erik menemani Ayu ke hotel tempat wanita itu pernah magang. Dia ingin meminta tanda tangan manajer hotel sebagai bukti jika telah selesai.
Memang itu bukan pertama kalinya mereka pergi berdua. Erik sering mengantar gadis itu kuliah di akademi perhotelan. Kedekatan mereka diketahui Ana. Tak ada kecurigaan gadis itu pada keduanya, karena dia yang terlalu percaya dengan pria itu.
Hari itu hujan turun dengan derasnya, sehingga dia dan Ayu memilih menunggu hujan reda di hotel itu. Tak disangka hujan begitu awetnya hingga pukul sembilan malam.
Ayu yang kelelahan menyandarkan tubuhnya ke pria itu. Entah setan mana yang menggodanya sehingga dia mengecup pipi wanita itu. Ayu terbangun dan tersenyum. Lalu berbisik, "Mas kita menginap di sini saja ya. Sepertinya hujan begitu awet."
"Bagaimana dengan orang tuamu, apakah mereka mengizinkan?" tanya Erik.
"Aku akan menelepon dan mengatakan menginap di rumah teman," jawab Ayu.
Setelah berpikir sesaat, akhirnya mereka memutuskan menginap hingga hubungan terlarang itu terjadi. Merasa ketagihan, hampir tiap akhir pekan mereka lakukan. Sehingga uang gaji Erik selalu habis tiap bulannya.
"Bagaimana Mas, Mbak, apakah akan tetap memakai jasa kami?" tanya Tika.
Pertanyaan Tika itu membuat Erik tersadar. Dia lalu memandangi Ayu. Sepertinya wanita itu juga sedang menunggu jawaban dari bibirnya.
"Mbak Tika, mungkin saya akan mengganti paketnya. Saya minta paket pelaminan yang murah saja. Sesuaikan dengan keuangan saya saat ini," ucap Erik pelan dan berhati-hati.
Ucapan Erik itu membuat Ayu terkejut. Rasanya tak percaya dengan pendengarannya. Mana mungkin dia pesta secara sederhana.
"Apa-apaan ini, Mas? Apa aku tak salah dengar?" tanya Ayu dengan raut wajah marah.
Kawin..... kawin.... kawin.... kawin...