Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 3
Mendekati Evelyn perlahan dengan tatapan tajam. Baron tersenyum puas melihat Evelyn yang selalu ketakutan melihatnya.
"Aa...aa..." Evelyn gagap.
"Aa..aa.. Kenapa kau selalu ketakutan." tanya Baron dengan seringaian licik.
Baron mengangkat dagu Evelyn meski awalnya gadis itu merinding dan terhenyak ketika Baron menyentuhnya. "Kita baru bertemu tapi kau telah berhasil membuat kekasihku merasa terancam. Sebelumnya, Laura tidak pernah takut dengan wanita yang ingin merebutku, tapi tadi dia hampir gila dan ingin membunuhmu!" tutur Baron.
Ia menjauhkan dirinya dari Evelyn yang bingung dan takut. Memindai tubuh Evelyn dari ujung kaki hingga ujung kepala, dan berhenti tepat di bibir berwarna pink alami milik gadis itu.
Bagi Baron, Evelyn adalah gadis yang teramat polos. Ia mengenal Charles dan Ellen dan tahu betul cara mereka mendidik anak gadisnya ini. Evelyn dijaga dengan ketat dan tidak diperbolehkan berteman dengan sembarangan orang. Bisa dikatakan Evelyn bagai burung dalam sangkar emas. Karena didikan yang tidak sembarangan, Evelyn selalu menjadi anak yang berprestasi di sekolah. Nama Charles selalu jadi bahan pembicaraan rekan kerjanya karena prestasi putrinya. Baron mengetahui hal itu karena Peter selalu menceritakan tentang kehidupan keluarga sahabatnya.
Baron sedikit tertarik dengan gadis ini. Peter selalu mengatakan bahwa Evelyn adalah gadis yang bijak dan pandai bicara. Tapi dua kali mereka bertemu, gadis ini tidak pernah berani bicara bahkan menatapnya saja tampak jelas ketakutan di mata gadis itu.
"Bicaralah. Kenapa jadi diam. Di depan Nenekku kau sangat pandai bicara dan bahkan berhasil menghasut agar Nenek menjodohkan kita!" Baron sengaja mengarang untuk melihat reaksi Evelyn.
Evelyn menggeleng, entah kapan dia bicara panjang lebar dengan Nenek Han.
"Itu tidak benar. Aku tidak menyukaimu." balas Evelyn cepat, "Minggirlah, aku harus memberikan obat ini pada Nenek!" Evelyn hendak pergi tapi Baron tidak membiarkannya.
Baron malah menyudutkan Evelyn di dinding kamar. "Ternyata kau anak yang tidak sopan. Usia kita beda jauh, harusnya kau memanggilku kakak." ucap Baron, yang mana wajah mereka semakin dekat.
Evelyn memejamkan matanya. Aroma maskulin yang pekat dari tubuh Baron menguar di hidungnya membuat jantung semakin berdebar kencang. Ia belum pernah dalam posisi sedekat ini dengan lawan jenisnya.
"Baiklah Kak. Aku harus pergi. Tolong lepaskan."
"Evelyn..." suara Ellen terdengar dari luar kamar dan semakin dekat pertanda ia akan masuk ke dalam kamar.
Evelyn menatap Baron dengan panik, sementara Baron terlihat santai. Evelyn takut jika sampai Ellen melihatnya bersama laki-laki di ruangan tertutup. Memang, Ellen setuju dengan perjodohan mereka, tetapi wanita itu tidak akan senang dengan pergaulan bebas.
Sepertinya Baron juga tidak ingin terlibat masalah dengan Ellen jika mereka sampai ketahuan berduaan di kamar ini. Baron yang bingung segera menarik Evelyn masuk ke dalam lemari raksasa milik Neneknya yang ada di samping Evelyn.
Di dalam lemari yang gelap dan dipenuhi baju, keduanya bisa mengintip dari celah pintu lemari Ellen masuk ke dalam kamar. Ellen memanggil Evelyn, tapi karena tidak ada orang wanita itu hendak pergi.
Di dalam lemari yang sempit, Evelyn dan Baron berada dalam posisi mepet dan berdesakan. Evelyn merasa tidak nyaman dengan hidungnya yang gatal. Di dalam lemari itu sangat sesak dan berdebu. Baron bisa melihat Evelyn hendak bersin, sementara Ellen belum juga pergi dari kamar.
Sebelum Evelyn membuat mereka ketahuan dengan bersinnya, Baron langsung membekap mulut Evelyn.
"Ssst...." Baron mendesis. Ia mengintip lagi dan untungnya Ellen telah pergi.
Baron lega dan melihat Evelyn yang masih panik. Gadis itu mengira Ellen masih di sana, ia tidak bisa melihatnya karena kini ia membelakangi pintu lemari.
Berada dalam posisi yang intim dan suasana yang pas, tubuh Baron merasakan gejolak yang tidak pantas. Ada sesuatu yang bangun dalam tubuhnya. Dan itu disebabkan oleh Evelyn. Gadis polos yang manis yang tidak menyadari sedang berada dalam terkaman mulut buaya liar.
"Mama sudah pergi?" Evelyn membuka mulutnya tetapi segera dibekap Baron lagi.
"Diamlah." bisik Baron. Tentu Baron yang brengsek tidak akan menyianyiakan kesempatan ini.
Baron menarik Evelyn dengan lembut hingga posisi mereka semakin intim. Bibir yang belum pernah disentuh oleh bibir laki-laki lain kini lenyap dalam lumatannya. Evelyn terhenyak, sekujur tubuhnya merinding. Ciuman pertamanya telah dicuri oleh Baron dengan paksa. Entah kenapa tubuh Evelyn menjadi kaku, ia ingin memberontak. Gadis itu sangat takut sampai tubuhnya tidak bisa merespon apapun.
Baron melepaskan ciumannya sejenak dan berbisik "Jangan bersuara kalau tidak mau ketahuan."
Pria bejat itu kembali mencium Evelyn. Sungguh ini adalah pengalaman yang paling mengesankan dalam hidup Baron. Pertama kalinya ia mencium gadis yang tidak berpengalaman sama sekali. Sangat menarik dan membuat tubuhnya semakin gencar ingin merasakan kenikmatan gadis ini.
Namun, sebelum Baron melancarkan aksi berikutnya, ia mendengar isakan kecil dari mulut gadis di pelukannya. Barulah Baron merasakan tubuh Evelyn gemetar hebat. Baron melepaskan Evelyn, pikirannya menjadi kacau. Ia menyadari kesalahannya yang telah melecehkan gadis lima belas tahun ini.
Baron membuka pintu lemari dan membawa Evelyn keluar. Kini ia bingung bagaimana cara menenangkan Evelyn. Jika sampai Ellen dan keluarganya tahu perbuatannya, maka habislah riwayatnya.
"Diamlah, pelankan suaramu atau orang-orang akan mendengar." astaga, Baron merutuki dirinya. Dia tidak punya kemampuan menenangkan wanita lain selain Laura.
Baron mendesis, "Perbaiki penampilanmu dan pergi dari sini. Ingat, jangan sampai kau mengadu pada Nenek atau orangtuamu!" Baron mengingatkan meski tahu Evelyn tidak akan berani melaporkan perbuatannya.
Evelyn merapikan rambutnya yang berantakan dan menghapus air matanya. Ia segera pergi dari kamar itu. Kini ia tidak hanya takut lagi dengan Baron, sekarang Evelyn membencinya.
"Evelyn dari mana saja, Mama cari di kamar Nenek tidak ada." cecar Ellen begitu putrinya datang.
"Tadi Evelyn ke kamar mandi dulu Mah." Evelyn sudah mengarang alasan itu sebelum memutuskan kembali ke ruang tamu.
"Oh, mana obatnya. Batuk Nenek sudah semakin parah." memberikan botol obat pada Nenek Han.
Evelyn ingin segera pergi dari rumah ini. Tapi Ellen dan Nenek Han sepertinya masih memiliki cerita yang panjang. Akhirnya ia memilih menunggu dan tidak mau jauh-jauh dari Mamanya. Ellen sepertinya juga tidak menyadari keanehan dalam dirinya.
Sore menjelang, barulah Ellen membawa mereka pulang. Saat akan masuk ke mobil, Evelyn tidak sengaja melihat Baron jendela lantai dua. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya dan masuk ke mobil setelah pamit dengan Nenek Han. Evelyn berjanji tidak akan mau kembali ke rumah itu lagi. Dia akan mencari cara agar Ellen tidak membawanya ke sana.