“Apa! Aku impoten.”
Super kaya dengan wajah tampan menawan membuat wanita menggilai dan bertekuk lutut di bawah kakinya, Namun hingga saat ini Devano Kaisar belum terlihat memiliki pasangan, membuat orang meragukan kelaki-lakiannya.
“Rumor sampah. Aku tidak akan menikah jika belum menemukannya,” Bayangan perempuan misterius berkalung emas terkenang yang menyelamatkan nyawanya.
Hingga suatu situasi membuat pertahanan Devan runtuh. Ia terpancing membuktikan keganasannya di ranjang dengan gadis cantik, pekerja keras bernama Jasmine putri. Namun sial, perempuan itu ternyata pelayan rumahnya.
Terjebak satu malam panas membuat Devan harus menikah dengan Jasmine si pelayan. Ini gila. Kenapa harus dia? Sungguh Devan tidak terima karena telah melanggar janjinya untuk tidak menikah. Bagaimana dengan perempuan misterius yang menolongnya?
Dan Jasmine segala upaya ia lakukan agar bisa membiayai kuliahnya namun takdir malah membawanya menikah dengan majikan. Ini gila!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Pamit
Fajar menyingsing, di kamar pelayan. Sebelum berkutat dengan pekerjaan rumah. Jasmine memulai hari dengan sibuk berkemas memasukkan pakaian ke dalam koper, besok dia akan bertolak ke kampung halaman menikmati hari libur bersama nenek.
Seseorang masuk ke dalam kamar membuat perhatian Jasmine teralihkan.
“Rena,” ujar Jasmine.
“Apa semua sudah siap?” tanya Rena berjalan mendekat menatap Jasmine yang sedang memasukan pakaian ke dalam koper.
“Iya. Aku akan berangkat besok,” ujarnya.
“Mimin! Aku pasti merindukanmu, untuk sementara aku kehilangan teman bergosip,” decak Rena memeluk Jasmine manja.
“Rena,” protes Jasmine.
Jasmine memutar bola mata malas. Bergosip. Oh karena bergosip dengan Renalah dia mendapatkan masalah besar yang membuatnya seakan ingin gila. Terjebak pernikahan dengan Devan. Kali ini dia pulang membawa status sebagai istri. Kalau neneknya tahu neneknya bisa terkena serangan jantung.
Istri ...
“Apa aku harus memberitahukan tuan Devan,” batin Jasmine.
“Tapi apa itu penting. Bagaimana jika dia mencariku, emmm ....” Jasmine bermonolog sendiri.
“Baiklah Aku akan memberitahukan tuan Devan. Sekaligus pamit nanti,” batin Jasmine tidak baik jika dia pergi begitu saja tanpa memberikan informasi pada pemuda itu.
***
Di kolam renang yang luas seorang pemuda bergerak lincah di dalam air. Berenang kesana kemari. Di dalam air Devan mengenang bagaimana reaksi tubuhnya bersama dengan perempuan yang ia benci. Bagaimana wajah cantik itu, semua terus berputar dalam pikiran.
Sejenak ia berhenti mengatur napas tak lama kembali masuk ke dalam air. Sudah sejak tadi ia melakukannya tanpa lelah. Seolah berenang bisa membuat bayangan di pikirannya luntur terkena dinginnya air kolam.
Devan seakan frustrasi mikirkan bagaimana mengubah debaran jantungnya yang menggila jika berdekatan dengan pelayannya itu. Jasmine telah berhasil membuat hatinya porak-poranda. uhg, ini tidak boleh.
“Ini salah. Ini tidak boleh terjadi. Perasaan ini harus hilang,” guman Devan semakin meliuk-liuk di dalam air.
Devan berenang ke tepi, mengatur napas yang seakan habis. Langkah kaki terdengar samar arah pandang Devan mengarah pada perempuan yang berjalan mendekat dengan nampan di tangan. Ah sial perempuan yang membuatnya menggalau ada di sini.
Devan kemudian keluar dari kolam, meraih handuk kimono berwarna putih memakainnya setelahnya melangkah melalui Jasmine.
“Jus Anda tuan,” sapa Jasmine menawarkan pada pemuda yang berjalan ke arahnya.
Devan hanya diam tanpa satu kata pun memasang wajah dingin berlalu meninggalkan Jasmine.
Jasmine berbalik menatap nanar ke pergian Devan, mengerutkan alis. Dia belum bicara tentang akan pulang kampung pemuda itu malah telah pergi tanpa kata.
***
Malam menyambut jejeran pelayan sedang berada di dapur menyiapkan makan malam untuk Devan.
Setelah beberapa saat makanan telah tertata di sebuah nampan siap untuk di antarkan pada anak pemilik rumah. Seperti biasa Jasmine bersiap membawa ke kamar Devan. Ini sudah menjadi tugasnya sejak pemuda itu pulang dari rumah sakit. Namun terhenti saat bibi Anna mengucapkan perintah.
“Rena antarkan makanan ini untuk tuan Devan,” ucap bibi Anna membuat Jasmine dan Rena terhenyak, tumben. Tidak seperti biasanya.
“Aku, Bi. Bukan Mimin,” ucap Rena memastikan.
“Iya. Tuan Devan ingin pelayan lain yang mengantarkannya,” jelas bibi Anna.
Rena menatap Jasmine yang hanya mengendikan bahunya. Dia tidak mengerti mengapa Devan berubah .
Rena pun menjalankan tugas sedangkan Jasmine terdiam dengan pikirannya, sejak tadi Devan seperti menghindarinya, padahal Jasmine mencari waktu untuk bicara pada pemuda itu. Apa dia punya kesalahan? Batin Jasmine bertanya-tanya.
Jasmine menarik napas berat dia tidak punya kesempatan bicara pada Devan. Bagaimana caranya dia pamit pada pemuda itu?
Hai segini dulu ... lagi buntu ini .... ntar di lanjut lagi ...
Yaelah Devan di tinggal Mimin pulang kampung makin galau loe ....
Like, coment ....