Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Ibu Akhirnya Tahu
"Papa dengar besok ibu kamu udah bisa keluar dari rumah sakit." Pagi itu, saat Tuan Keenan baru saja tiba di depan meja kerja Arneta, dia langsung saja mengatakan hal tersebut.
Arneta terkesiap. Sedikit tidak menyangka jika Tuan Keenan mengetahuinya. "Benar, Pah."
"Jadi kamu akan membawa ibu kamu tinggal bersama kalian setelah keluar dari rumah sakit?"
Arneta terdiam. Jika mengikuti keinginan hatinya, dia tentu saja menginginkan hal tersebut. Namun, mengingat El tidak menginginkan hal yang sama, Arneta jadi bingung harus berkata apa dengan Tuan Keenan.
"Apa El tidak memperbolehkan kamu membawa ibu kamu tinggal bersama kalian?" Tuan Keenan langsung saja menebak hal tersebut.
"Emh, tidak seperti itu kok, Pah. Cuman aku belum tanya sama ibu aja ibu maunya tinggal dimana setelah keluar dari rumah sakit. Takut ibu gak nyaman kalau tinggal sama menantunya." Arneta memberikan alasan. Namun, alasannya tersebut tidak membuat Tuan Keenan bisa percaya begitu saja.
Siang harinya, Papa Keenan meminta El untuk makan siang bersama dengan dirinya dan Arneta di salah satu restoran. Mengetahui jika siang itu Tuan Keenan bukan hanya mengajak dirinya saja untuk makan siang bersama, melainkan El juga. Membuat Arneta sedikit takut bila kebohongannya pada Tuan Keenan tadi terbongkar.
"Pah..." tak lama setelah Tuan Keenan dan Arneta tiba di restoran, El nampak menunjukkan batang hidungnya. Pria itu menyapa Tuan keenan lebih dulu, kemudian Arneta.
"Kamu kenapa gak kabari aku kalau udah di sini sama Papa?" Suara El terdengar sangat lembut saat berbicara dengan Arneta. Berbeda jauh saat mereka sedang berada di rumah.
Arneta mengerutkan dahi. Bingung harus menjawab apa. Bagaimana dia bisa menghubungi El, sementara nomer ponsel pria itu saja dia tidak punya. Pernah Arneta meminta nomer telefon El, pria itu bukannya memberikannya, justru memakinya.
"Arneta, lain kali kalau kamu pergi kemana-mana itu kabari suami kamu." Tuan Keenan memberikan nasihat agar Arneta bisa bersikap seperti istri yang lebih baik lagi pada El.
Arneta mengangguk saja. Di dalam hati dia merasa kenapa kini terkesannya jika dirinyalah yang tidak bersikap baik sebagai seorang istri. Padahal kenyataannya El lah yang tidak bisa memperlakukan dirinya dengan baik.
Tuan Keenan tidak langsung mengatakan maksud dan tujuannya mengajak El untuk makan siang bersama dengan dirinya. Setelah makan siang bersama mereka telah selesai dilakukan, barulah Tuan El membuka suara.
"El, mertua kamu besok udah keluar dari rumah sakit. Papa harap kamu bawa dia tinggal sama kalian. Kan kasihan kalau mertua kamu tinggal sendiri di saat kondisinya sedang sakit seperti itu."
El menatap Arneta dengan sudut matanya. Sepertinya Arneta sudah memberitahukan kepulangan ibunya besok pada sang papa. Dengan memasang wajah setenang mungkin, El kemudian menjawab perkataan sang papa. "Bukannya aku gak mau, Pah. Cuma Bu Maria kayaknya kurang nyaman kalau tinggal bareng kami. Jadi, untuk kenyamanannya, aku udah mempersiapkan sebuah rumah untuk Bu Maria. Lengkap dengan seorang perawat yang akan aku tugaskan untuk menjaga Bu Maria."
Perkataan El lantas saja membuat Arneta terkejut. Bagaimana bisa suaminya itu mengatakan hal seperti itu pada Tuan Keenan tanpa mendiskusikannya lebih dulu dengan dirinya.
"El, kenapa kamu gak bilang kalau mau nyiapin rumah dan perawat buat ibu?" Saat sudah berada di kediamannya sore itu, Arneta langsung saja mempertanyakan hal tersebut pada El yang sudah tiba lebih dulu di rumah mereka.
"Memangnya kamu siapa yang harus selalu aku kabari setiap aku memiliki rencana?" Ketus El.
Arneta menatap pria itu dengan datar. "Tapi aku belum tentu setuju jika ibu kamu bawa tinggal di rumah tanpa ada aku, El. Bagaimana pun juga, ibu pasti tidak akan nyaman kalau tinggalnya sama orang lain."
Tatapan mata El terlihat menghunus tajam pada Arneta. "Terus kamu maunya ibu kamu tinggal di sini dan menguasai rumah ini, begitu?!!"
Arneta tersentak. Sungguh menyakitkan sekali tuduhan pria itu kepada dirinya. "Aku hanya ingin ibu tinggal bersamaku, El. Ibuku juga tidak akan berbuat hal yang macam-macam di sini!"
El lantas mendorong sebelah pundak Arneta hingga membuat Arneta mundur selangkah. "Ingatlah, jika kamu bukan siapa-siapa di rumah ini. Jadi siapa pun yang ingin tinggal di rumah ini, semuanya atas persetujuanku!!"
Arneta terdiam. Lidahnya sudah sulit difungsikan untuk berbicara. Perkataan yang ingin Arneta keluarkan pun akhirnya tercekat di tenggorokan begitu saja. El yang sudah tidak memperdulikan Arneta pun lekas melangkah ke arah kamarnya berada.
"Ibu, maafin aku, Bu..." Arneta terduduk lemah di atas sofa. Sepertinya dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa agar ibunya tetap tinggal bersamanya. Apa lagi El sebagai pemilik rumah sudah melarang.
Pada akhirnya, Arneta mengatakan hal tersebut pada Bu Maria saat ia berkunjung ke rumah sakit malam itu. Seakan sudah mengetahui keputusan Arneta, wajah Bu Maria kelihatan biasa saja setelah Arneta selesai berbicara.
"Iya. Ibu tahu kok kalau Ibu gak bakalan tinggal sama kamu, Neta. Tapi gak masalah, selagi Ibu masih punya tempat tinggal, Ibu gak akan nuntut banyak sama kamu. Lagi pula masih ada perawat yang bisa jaga Ibu selama tinggal di kontrakan."
Arneta terkesiap. Bagaimana ibunya bisa mengetahui hal tersebut sementara dirinya sendiri belum mengatakannya.
"Tadi El datang ke sini. Dia menyampaikan semua itu sama Ibu." Kata Bu Maria seakan mengetahui apa yang ada di dalam pemikiran Arneta saat ini.
Lagi, Arneta terkesiap. "El datang ke sini, kapan, Bu?" Arneta sangat penasaran. Sejak awal mereka menikah, El kelihatannya sangat enggan bila dibawa bertemu dengan ibunya. Tapi kenapa sekarang El mau datang sendiri menemui ibunya?
"Tadi sore. Sebelum dia pulang ke rumah kalian."
Arneta tidak lagi berkata-kata. Namun, di dalam hatinya saat ini sangat merasa miris dengan sikap yang El tunjukkan kepada ibunya. Sangking tidak inginnya El tinggal bersama ibunya, pria itu sampai memikirkan banyak cara agar keinginannya terwujud.
"Sudahlah, Neta. Gak usah terlalu mikirin Ibu. Kamu fokus jalani rumah tangga kamu saja dengan El. Lagian Ibu tinggal di sana bukan hanya sendiri. Masih ada perawat yang akan menemani Ibu di sana." Bu Maria menenangkan hati Arneta.
Arneta menatap ibunya dengan kedua bola mata yang nampak berkaca-kaca. Sepertinya tanpa ia tanya sekali pun, ibunya sudah mengetahui jika rumah tangga yang ia jalani dengan El tidaklah baik-baik saja.
"Mungkin ini hukuman buat Ibu atas kesalahan Ibu di masa lalu. Ibu sangat menyesal telah menjadi ibu yang buruk buat kamu sehingga saat ini kamu yang harus menanggung akibat dari semua perbuatan yang sudah Ibu lakukan." Sambung Bu Maria dengan ekspresi wajah yang nampak sedih.
***
Jangan lupa tinggalkan komennya dulu yuk sebelum lanjut😊
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga