Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.
Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.
Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYKB 3 Istriku Hanya Saphira
Suami Yang Ku Benci (3)
Masih Flashback
" Mereka lahir karena ulahmu. Tapi, mereka hanya anak-anak ku." tegas Saphira menatap tajam Kaivan.
Saphira tidk berniat sedikit pun untuk berbohong. Karena wajah mereka tidak bisa di sembunyikan selamanya. Kemiripan itu terlalu kentara.
" Jadi, malam itu..."
" Jangan pernah mengungkit malam itu!!." tegas Saphira. Ia benci malam itu.
" Kita harus bicara," putus Kaivan akhirnya. Ia pun menghampiri kedua anak nya.
" Mau lihat ruang kerja Ayah?," tawar Kaivan
Hatinya berdesir melihat kedua anak yang masih berseragam sekolah itu. Ia yakin mereka adalah buah hatinya.
" Ayah? Ayah siapa?," tanya
Kaivan berjongkok di hadapan keduanya.
" Ini ayah kalian." tunjuknya pada dirinya sendiri. Sakit ternyata saat ia tak dikenali anak sendiri.
Tapi, ini bukan salah mereka.
" Buna, apa benar Om ini ayah kami?,"
Saphira hanya mengangguk. Ia ingin segera pergi dari sana agar tidak lagi menjadi tontonan karyawan.
" Tapi, Buna bilang Ayah kerjanya jauh. Kenapa ayah ada di tempat kerja Buna?" tanya Si sulung yang sangat Kritis.
" Ayo kita cerita di ruang kerja Ayah saja. Kalian bisa bertanya sepuasnya,"
Dari sanalah pertemuan mereka bermula hingga ajakan menikah terucap.
Flashback end
Tok ..Tok...Tok ..
Ketukan pintu menyadarkan Kaivan dari lamunannya.
" Masuk,"
" Saya hanya ingin mengingatkan kalau kita akan ada meeting siang ini," ucap Sintya, sekretaris Kaivan
" Baik. Siapkan semuanya. Sebentar lagi saya kesana,"
" Baik, Pak," Sintya mengangguk.
Kaivan hanya melihat datar sekretarisnya. Entah kenapa ia semakin tak suka pada cara berpakaiannya yang semakin terbuka.
" Sin,.."
" Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu lagi,"
" Kamu sudah tahu aturan berpakaian di perusahaan ini kan?"
Deg
" Su.. Sudah, Pak," jawab Sintya tergagap.
" Kalau besok kamu masih berpakaian seperti ini, kamu tahu konsekwensinya," Ancam Kaivan pada sekretarisnya yang baru saja bekerja dua Minggu ini.
" Ba.. Baik, pak. Maaf,"
Kaivan hanya mendesah saat Sintia keluar dari ruangannya.
" Ck, apa tidak ada yang serius mau bekerja?," gumam Kaivan.
Sementara Sintya misuh-misuh tak jelas saat sudah menutup pintu ruangan Kaivan. Niat hati menggoda atasan,yang ia dapat malah teguran.
...******...
" Phira sayang, tolong antarkan ini pada Ivan ya ke kantor. Dia bilang ingin makan siang dengan masakan Bunda," pinta Anin pada menantunya yang hari ini datang mengantarkan kedua cucunya ke rumahnya.
" Iya, bunda," Saphira tersenyum.
Dari semua yang ia alami, ia bersyukur mendapat mertua yang sangat baik. Yang tidak melihat latar belakangnya juga bisa menerima keberadaan anaknya.
" Ini juga untuk teman-temanmu disana. Bawalah!," Anin menyiapkan kotak makan lain untuk teman-teman Saphira saat bekerja di kantor Kaivan.
" Apa ini tidak merepotkan?," Saphira tidak enak hati.
" Tidak. Mereka sudah baik pada menantu dan kedua cucuku,"
" Terimakasih, Bunda," Mata Saphira berkaca-kaca.
" Kenapa malah sedih begitu?," Anin mendekati Saphira dan memeluknya.
" Phira hanya jadi ingat ibu." ucapnya.
Perhatian-perhatian yang mertuanya berikan itu selalu mengingatkannya pada ibunya yang telah tiada. Bahkan dari ibu tirinya sekalipun ia tak mendapatkan perhatian itu.
" Do'akan almarhumah ya. Dia sudah tenang disana. Dan bunda, sekalipun hanya mertua kamu, kamu sama seperti Ivan. Anak bunda," Saphira semakin tersentuh.
Kadang Phira tidak percaya kalau bunda adalah ibu kandung Kaivan. Batin Saphira.
Saphira sering membandingkan sikap Anin dan Kaivan di masa lalu. Padahal, di masa kini Kaivan sudah berusaha sebaik mungkin dalam memperlakukan Saphira. Tapi, Saphira tidak melihat itu semua karena rasa bencinya.
"Buna dan Nenek kenapa menangis?," tanya Shila pada kedua wanita yang berbeda usia itu
" Emm, tidak apa-apa. Buna hanya ingat Nenek Rubi," jawab Saphira sambil menghapus sisa-sisa air matanya.
" Oh iya, apa kita akan mengunjunginya?," tanya Shaka.
Jika ibunya sedang merindukan sang nenek, biasanya mereka akan berziarah. Namun, kini mereka ada di kotanya berbeda.
" Mungkin nanti saat kalian libur sekolah," jawab Saphira yang memang belum ada rencana sama sekali untuk berziarah setelah setahun dua tahun sudah mereka pindah.
" Ya, ajaklah Ayah kalian. Sekalian liburan keluarga," usul Anin.
Semenjak menikah, mereka belum pernah berziarah ke makam ibu kandung Saphira.
" Yeay. Akhirnya kita bisa merasakan liburan dengan ayah!!," Shila berteriak gembira.
Sementara Shaka hanya tersenyum kecil. Ia memang tidak se ekspresif Arshila. Namun, ia pun senang dengan usul sang nenek.
...******...
Saphira berjalan ke arah meja resepsionis. Di balik meja, kedua orang yang pernah menjadi rekan kerjanya sudah tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya.
" Phira!!! Akhirnya kamu main lagi ke sini," seru Nabila heboh.
" Ish , berisik." Mita yang saat itu ada di samping Nabila menutup kedua telinganya.
Nabila hanya mencebik namun, ia tak tersinggung sama sekali.
" Ini dari mama mertuaku,"
Saphira meletakkan paper bag yang ia bawa di meja resepsionis.
" Asyikk. Hari ini bisa hemat lagi," Nabila kembali bersorak senang saat menerima bungkusan itu.
Saphira hanya tersenyum. Nabila memang sangat berhemat agar bisa mengirimkan uang kepada orang tuanya di kampung.
" Sampaikan terima kasih kami pada Bu Anin ya." Ucap Mita.
" Makanan buatan Bu Anin memang selalu enak," puji Nabila.
" Iya, kamu benar. Aku malu karena tidak bisa masak sepandai beliau,"
" Masakan kamu juga enak kok," timpal Mita.
" Emm, Mas Kaivan ada kan?," tanya Saphira. " Tadi, aku lupa menelpon dulu sebelum ke sini,"
" Kayaknya ada sih. Belum lihat Pak Bos keluar soalnya," jawab Nabila.
" Tapi,tadi kayaknya ada tamu deh. Katanya teman kuliahnya," jelas Mita
" Oh, benarkah?,"
" Perempuan," tambah Mita.
Saphira hanya manggut-manggut.
Setelah puas berbincang ia pun naik ke lantai dimana ruang kerja suaminya berada.
" Eh, kamu mau kemana?," Sintya berdiri dan menghampiri Saphira yang akan membuka pintu ruangan Kaivan.
" Masuk," jawab Saphira acuh. "Pak Kaivan nya ada kan?,"
" Sudah ada janji? Kenapa main masuk saja?," Ketus Sintya.
" Kamu baru bekerja disini? Kamu tidak tahu siapa saya?," tanya Saphira.
Bukan ingin menyombongkan diri. Tapi,ia tahu wanita di depannya ini memandang sinis padanya.
" Ya, aku sekretaris baru Pak Kaivan. Memangnya kamu siapa? Istrinya Pak Kaivan?," Tanya Sintya
" Ya, saya istrinya,"
" Tolong jangan mengaku-ngaku. Mana mungkin kamu istrinya?," Pandangan merendahkan itu tak sekali ini saja Saphira dapatkan. Jadi, ia sudah mulai terbiasa.
Sintya memang tidak tahu jika orang di depannya ini adalah istri dari atasannya.
Saphira yang malas berdebat langsung mengambil ponselnya.
" Mas, aku dilarang masuk oleh sekertaris barumu," ucap Saphira dan langsung menutup lagi sambungan Telponnya.
Sintya di buat melongo melihatnya.
Ceklek
Pintu ruangan terbuka dari dalam.
" Sayang, kenapa tidak menelpon dulu?," Kaivan Langsung merangkul pinggang istrinya.
" Apa kamu sibuk?," tanya Saphira sambil melihat ke dalam ruangan dimana ada seseorang di dalam sana.
"Tidak. Untukmu aku selalu ada waktu," Kaivan tersenyum lembut.
Sintya mulai panas dingin. Ucapan wanita di depannya sepertinya benar.
M@mpus aku. Batin Syntia.
" Ini kesalahan kedua. Jika kamu melakukan kesalahan lagi, bersiaplah menerima hukuman,"
" Maaf, Pak. Saya tidak tahu kalau ini istri bapak,"
" Ini Istriku. Namanya Saphira. Ingat baik-baik wajah istriku. Hanya dia yang boleh masuk ke ruang ku tanpa izin siapapun. Dan kamu harus ingat, istriku hanya Saphira saja. Tidak ada yang lain," Tegas Kaivan.
Glek
TBC
lanjut thor