Arvian Ken Sagara, seorang CEO tampan yang mengidap Gynophobia. Dimana, orang pengidapnya memiliki ketakutan tak rasional terhadap wanita. Setiap kali wanita yang mendekat padanya, Arvian menunjukkan sikap yang sangat berlebihan hingga membuat wanita yang mendekat padanya merasa sakit hati. Jika ada yang menyentuhnya, tubuh Arvian akan mengalami gatal-gatal. Bahkan, mual.
Namun, bagaimana jika dirinya terpaksa harus menikahi seorang janda yang di cerai oleh suaminya? demi mendapatkan hak asuh keponakannya dari keluarga adik iparnya. Apakah Gynophobia Arvian akan bereaksi saat di dekat wanita bernama Aluna Sagita janda tanpa anak itu?
"Sudah baik aku mau membantumu, dasar Mr. Gynophobia!" -Aluna Sagita.
"Onty tantik! Calangeee!!" ~Arega Geofrey Sagara.
"Jangan mendekati ku! Aku Alergi berada di dekat kalian para wanita!" ~Arvian ken Sagara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjuang bersama
Malam hari, Aluna berjalan menghampiri Arvian yang sedang duduk di kolam renang. Terlihat, pria itu sedang merendam kakinya sembari tengah memikirkan sesuatu. Tanpa menyapa, Aluna pun duduk di sebelah pria itu. Perbuatan Aluna tentu saja membuat Arvian terkejut di buatnya.
"Astaga!" Pekik Arvian dengan memegangi d4d4nya.
Aluna terkekeh pelan, "Maaf." Ujar Aluna dengan tersenyum lembut.
Arvian menghela nafas pelan, dia kembali menggerakkan kakinya di dalam air. Melihat itu, Aluna pun turut memasukkan kakinya ke dalam kolam renang. Dia melakukan hal yang sama dengan apa yang Arvian lakukan saat ini. Suasana hening memeluk mereka, belum ada yang berniat membuka suaranya. Sampai, akhirnya Aluna pun melunturkan gengsinya.
"Kamu mau gimana kedepannya?" Tanya Aluna yang mana membuat Arvian menoleh.
"Maksudnya?" Tanya Arvian dengan tatapan bingung.
Aluna mendongakkan kepalanya, dia menatap langit malam yang tak menampakkan bintang untuk menghiasi langit. "Maksudku, tentang pernikahan kita. Tentang hubungan kita, perasaan kita, keturunan. Kamu mau bagaimana? AKu ingin kita terbuka, jika ingin pernikahan ini berakhir manis. Jujur saja, aku takut pernikahan keduaku saat ini kembali gagal. Walaupun awal pernikahan kita atas sebuah kesepakatan. Tapi, aku menjalani tugasku sebagai seorang istri dengan tulus." Terang Aluna.
Arvian terdiam, dia tak menjawab perkataan Aluna. Pria itu justru memainkan tangannya dengan perasaan cemas. Melihat kecemasan pada raut wajah Arvian, membuat ALuna memberanikan diri untuk menyentuh tangan pria itu. Sejenak, Arvian tersentak kaget. Namun, pria itu pun tak menarik tangannya. Dia jutsru membiarkan Aluna menyentuh tangannya dan menyatukan jari jemari mereka.
"Aku tahu tentang trauma mu,siang tadi aku bertemu dengan Vion dan menanyakan tentang segalanya." Perkataan Aluna membuat Arvian. terkejut, pria itu menoleh dan menatap tak percaya pada wanita di sebelahnya itu.
Aluna tersenyum, "Maaf, tapi aku berhak tahu alasanmu begitu takut saat akan menyentuhku. Aku tahu, Vion telah menjelaskannya padaku." Lanjut Aluna.
"Vion menceritakan semuanya?" Tanya Arvian dengan tatapan tak percaya.
Aluna meringis pelan, lalu menganggukkan kepalanya. "Tadi siang, sebenarnya aku menemui Reza untuk bertanya tentangmu. Tapi, Reza malah memintaku bertemu Vion. " Yasudah, jadi aku menemui Vion di rumah sakit. Tapi, chek up ku tadi beneran kok." Seru Aluna.
Arvian menghela nafas kasar, dia tahu alasan mengapa asistennya begitu aneh hari ini. Ternyata, Reza baru saja bertemu dengan Aluna. Arvian rasanya ingin marah, tetapi dia juga tak bisa. Akhirnya, pria itu pun hanya diam dan menutup mulutnya rapat-rapat.
"Sampai kapan? Sampai kapan kamu akan terbelenggu dengan takutmu itu? Semuanya tidak akan pernah berubah, sebelum kamu sendiri yang merubahnya. Berapa banyak lagi obat yang mau kamu minum? Apa kamu tidak ingin menikmati hidupmu yang baru? Apa kamu tidak ingin merasakan ketenangan dan kebahagiaan? Kehidupanmu tidak akan berubah dengan apapun kecuali kamu sendiri yang merubahnya. Jika kamu tidak mau merubahnya, kamu tidak akan pernah sembuh." Terang Aluna dengan memberi nasihat. Berharap, Arvian akan mendengarkannya.
"Apa yang harus aku rubah? Aku bingung." Lirih Arvian.
"Hatimu." Aluna memegang d4d4 Arvian dengan tangannya yang tak menggenggam pria itu. Kedua mata mereka bertemu, saling menatap dengan sorot mata yang lekat.
"Kamu harus merubah hatimu. Kamu harus menghilangkan ketakutan dalam hatimu. Buang perasaan kecewa dan takutmu, dan tunjukkan perasaan bahagiamu. Memang tidak mudah, tapi kamu bisa berjuang. Aku akan menemanimu berjuang. Kita sama-sama sembuhkan rasa sakit kita, yang pernah terjadi di masa lalu."
Arvian meneguk kasar lud4hnya, dia menatap mata Aluna yang menatapnya dengan penuh binar. Jantung Arvian berdegup kencang, dia pun mengeratkan genggamannya pada tangan Aluna yang mana membuat wanita itu akhirnya menyadarinya. Dengan tersenyum lembut, Aluna menangkup tangan Arvian yang ada di genggamannya.
"Apa kamu akan seperti ini saja? Terus takut dan terbayang dengan apa yang terjadi saat itu? Apa kamu rela tertekan sementara dia bahagia? Arvian, dunia tidak seburuk yang kamu bayangkan. Aku disini, kita coba sama-sama yah." Perkataan Aluna membuat mata Arvian berkaca-kaca.
"Aku takut mengecewakanmu. Rasanya, sulit menghapusnya dari ingatanku." Lirih Arvian.
Aluna menggelengkan kepalanya, satu tangannya terangkat dan mengelus pipi Arvian dengan lembut. Arvian pun terbuai dengan kelembutan yang Aluna berikan. Sejenak, pria itu berpikir. Mengapa Efendi bisa menyia-nyiakan wanita seperti Aluna? Padahal, wanita itu sangat lembut dan berhati tulus.
"Aku akan sangat senang, jika kamu membawaku untuk membantumu keluar dari trauma yang kamu alami." Lirih Aluna.
Arvian tersenyum tipis, "Baiklah, aku akan berusaha untuk keluar dari traumaku demi kamu." Ujar Arvian dengan tatapan lembutnya.
Tatapan mereka sangat lekat, seolah tak ingin lepas. Naluri keduanya menggerakkan tubuh mereka lebih dekat, tatapan mereka pun berubah seolah mengisyaratkan sesuatu. Perlahan, tangan Arvian terlepas dari genggaman Aluna. Dia mengarahkan tangannya menegang wajah sang istri dan mendekatkan wajah mereka. Aluna memejamkan matanya, dia membiarkan Arvian melakukan apa yang pria itu mau.
Pria itu hanya meng3cup bibir Aluna sekilas sebelum menyatukan keningnya mereka. Mereka saling merasakan deru nafas mereka, degup jantung keduanya pun berdetak cepat. Aluna tersenyum, suaminya berhasil maju walaupun selangkah untuk sembuh dari traumanya.
"EKHEE CAYANGKU DIMANAAAA!!"
Teriakan Arega membuat Aluna dan Arvian menjauhkan kening mereka. Keduanya saling menatap dengan mata membulat sempurna. "Arega belum tidur?!" Kaget Arvian.
"Belum! Aku meninggalkan dia men0nt0n abjad!" Pekik Aluna.
Arvian menepuk keningnya, keduanya pun segera beranjak dan memasuki rumah. Terlihat, Arega berlari ke sana dan kemari tanpa arah. Pria kecil itu mencari Tante kesayangannya. Langkahnya terhenti mendadak saat melihat kedatangan orang yang dia cari. Air matanya kembali membasahi pipinya, dia segera berlari dengan tangannya yang terentang.
"EKHEEE CAYANGKUUU!!" Aluna mengambil alih Arega, dia menggendong pria kecil itu dan menenangkannya.
"Sudah, jangan menangis. Aunty kan sudah disini." Ujar Aluna.
"Tapi hiks ... tapi ...,"
"Syuutt ... Mau makan mau minum bikin sendiri,"
"Cuci baju celana cetlika pun cendili."
Aluna berjalan menjauhi Arvian, dia beranjak membawa Arega ke kamarnya. Hanya cara itu yang bisa menenangkan bocah menggemaskan itu. Beruntung, Arega tertarik dan melanjutkan rilik yang Aluna ucapkan. Sehingga, tangisnya bocah itu terhenti dan bibirnya tersenyum lebar.
"Apalagi tanggal tua mendekati, aku bagai buj4ngan yang tak punya istri."
"Nacib memang nacib kalau begini, cemua apa apa-apa ku lakukan cendili."
Melihat kepergian keduanya yang menghilang dari pandangannya, membuat Arvian hanya bisa melongo tak percaya. Dia menghela nafas pelan sembari menggelengkan kepalanya pelan. "Ya, dangdut terus. Hari-hari tanpa dangdut. Padahal yang beli susu dia aku, bukan dangdut. Kenapa dia tidak minta susu ke dangdut? Sangat meresahkan." Gerutu Arvian.
Namun, tiba-tiba pria itu tersenyum saat mengingat kegiatannya dengan Aluna barusan. Dia menyentuh bibirnya dengan perasaan yang sangat bahagia. "Pertama kalinya, dan aku menyerahkan nya pada istriku. Aku berhasil menjaganya." Gumam Arvian dengan bangga.
\_
Jangan lupa dukungannya🥰🥰